Kisah Maksum Jauhari, Ulama dan Pendekar Silat Legendaris NU yang Miliki Berbagai Karamah
loading...
A
A
A
Keberadaan Ikatan Pencak Silat Pagar Nusa, yang juga diartikan sebagai pagarnya Nahdlatul Ulama (NU) dan bangsa, tak bisa lepas dari nama KH Maksum Djauhari. Ulama yang akrab disapa Gus Maksum tersebut, merupakan salah satu tokoh NU asal Kediri.
Cucu pendiri Ponpes Lirboyo Kediri, KH Abdul Karim tersebut, merupakan pendiri Ikatan Pencak Silat NU Pagar Nusa. Pria kelahiran Kanigoro, Kediri 8 Agustus 1944 ini, sejak kecil telah memiliki kelebihan dan karamah.
Dikisahkan, Gus Maksum mampu melompat dan melayang, dari satu tiang ke tiang yang lainnya di Masjid Kanigoro. Dia juga mampu berputar cepat di atas piring tanpa pecah laksana gangsing, padahal waktu itu dia belum mahir ilmu silat.
Sejak kecil Gus Maksum sudah gemar lelaku batin dan belajar pencak silat, sehingga ketika beranjak dewasa dia lalu melanglang buana ke beberapa daerah di Pulau Jawa, untuk berguru ilmu silat dan kanuragan.
Selain menguasai banyak aliran silat dengan sempurna, dia juga memiliki banyak kemampuan linuwih lainnya. Sehingga namanya identik dengan dunia persilatan, tenaga dalam, dan pengobatan.
Banyak cerita yang berkembang di masyarakat, Gus Maksum pernah melempar seekor sapi seperti melempar sandal. Padahal waktu itu dia masih remaja, dan bobot angkatan yang bisa dilakukannya tidak lebih dari 20 kg.
Kisah Gus Maksum melempar seekor sapi tersebut, terjadi saat dia membantu salah seorang keluarganya, memasang sapi ke alat bajak. Ketika hendak memasang alat tersebut, tiba-tiba sapi itu mengamuk dan dengan cepat menerjang ke arah dada Gus Maksum.
Secara refleks, Gus Maksum menangkis serangan sapi tersebut, sehingga sapi itu terpelanting beberapa meter jauhnya. Apa yang terjadi, membuat semua orang yang melihatnya terheran-heran.
Saat kecil, dia belajar agama pada orangtuanya, KH Abdullah Jauhari di Kanigoro. Masuk SD Kanigoro (1957), lalu melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Lirboyo, namun tidak sampai tamat. Selebihnya banyak diisi dengan pengajian-pengajian di Pesantren Lirboyo.
Namanya juga sempat terdengar ke seluruh pelosok daerah, ketika menjabat Komando Penumpasan PKI dan antek-anteknya di wilayah Kediri, dan sekitarnya. Salah satu kisah yang menunjukan karamah Gus Maksum, adalah ketika bentrok dengan orang-orang PKI di Alun-alun Kediri.
Gus Maksum yang waktu itu sangat muda usianya, mampu mengalahkan belasan orang-orang PKI sendirian. Setiap bacokan dan tebasan senjata tidak pernah bisa mengenai tubuhnya. Bahkan senjata lawan selalu berhenti jarak satu kilan dari tubuhnya.
Kalaupun ada yang sampai mengenai tubuh dia, senjata-senjata itu tak ada satupun yang melukainya. Dalam pertarungan itu Gus Maksum bukan hanya menggunakan olah kanuragan tapi juga dengan olah batinnya.
Kala itu, Gus Maksum juga dikenal dengan penampilan nyentriknya, karena berambut gondrong, jenggot, dan kumis panjang. Dia juga bersarung setinggi lutut, memakai bakiyak, berpakaian seadanya, dan tidak makan nasi. Sikapnya tegas. Karena itulah namanya banyak digandrungi anak-anak muda NU.
Penampilan Gus Maksum dengan rambut gondrongnya, bukan sekedar gaya atau hobi semata. Tetapi rambut gondrongnya itu merupakan sebuah ijazah yang didapat dari gurunya yaitu Habib Baharun Mrican Kediri. Sering terjadi keanehan-keanehan terkait dengan rambutnya. Diantaranya rambut Gus Maksum bisa berdiri, bisa mengeluarkan api, serta tidak mempan dipotong.
Bukti dari kisah itu, salah satunya pada dekade 1970-an dia pernah terjaring razia rambut panjang. Namun terjadi keanehan, setiap kali aparat menggunting rambutnya, rambut itu tidak terpotong. Bahkan setiap gunting yang tajam beradu dengan rambut beliau selalu mengeluarkan percikan api.
Menanggapi kejadian tersebut, dalam berbagai kesempatan Gus Maksum hanya berkata semua hanyalah kebetulan saja dan berkat pertolongan Allah SWT. Sebelum mendirikan Pagar Nusa, kelebihan dan karamah Gus Maksum muda teruji ketika diundang menghadiri pertandingan silat di Kediri Timur.
Saat itu dia bertarung melawan pendekar silat, dari berbagai macam aliran silat yang sudah berkumpul di situ. Karena telah memiliki bekal dan kemampuan yang terlatih sejak kecil, Gus Maksum mampu mengalahkan puluhan pesilat sendirian. Bahkan lawan terakhir berhasil dikalahkan dengan sangat mudah, peristiwa ini terjadi saat dia berusia 16 tahun.
Gus Maksum juga terkenal dengan kemampuan olah batinnya ketika mampu mengalahkan, salah satu raja jin yang berdiam di tubuh salah seorang yang kesurupan. Raja jin tersebut bernama Jin Dempul. Orang kesurupan tersebut berhasil disembuhkan Gus Maksum, setelah Jin Dempul yang bersemayam di dalam tubuh orang itu berhasil ditaklukan.
Kisah lain mengungkapkan, Gus Maksum pernah kedatangan tamu dari Semarang, yang mengeluhkan kelakuan putranya karena suka mabuk-mabukan dan sering pergi ke lokalisasi. Bahkan putranya sering mengancam akan membunuh orang tuanya. Karena sudah tak tahan melihat kelakuan putranya itu, dia pergi ke rumah Gus Maksum di Kediri, dengan harapan mendapat obat untuk mengobati prilaku anaknya.
Tapi yang diharapkan tidak dipenuhi Gus Maksum, dia hanya membuatkan sepucuk surat untuk dibawa pulang agar dibacakan kepada anaknya. Walaupun orang tua itu bingung karena obat yang diharapkannya tidak diberi, dia tetap melakukan apa yang diperintahkan Gus Maksum dengan menyampaikan surat itu kepada anaknya.
Dan begitulah setelah surat itu dibacakan kepada anaknya, dalam waktu singkat kelakuan anaknya yang sebelumnya tidak bisa dikendalikan perlahan berubah. Singkatnya kelakuan anak itu tidak lagi nakal seperti dulu.
Kelebihan lainnya dari Gus Maksum, adalah saat NU masih menjadi partai sering bentrok dengan massa LDII yang dulu bernama Darul Hadits dan termasuk underbow dari Golkar. Suatu ketika massa LDII/Golkar berkonvoi melewati jalan depan Pesantren Lirboyo, saat itu Gus Maksum sedang menerima tamu.
Ketika arak-arakan itu sampai depan ndalem Gus Maksum, beliau langsung ke luar karena mendengar bising suara knalpot dan klakson kendaraan yang memekakan telinga. Melihat gelagat yang kurang baik ini, secara reflek Gus Maksum mengacungkan jari telunjuknya ke arah mereka.
Keajaibanpun terjadi, dengan serta merta seluruh ban kendaraan yang ditumpangi peserta konvoi bocor secara serentak. Karena bannya bocor rombongan konvoi itu tidak bisa melanjutkan arak-arakan.Akhirnya terpaksa mereka pulang dengan mendorong kendaraannya masing-masing.
Kelebihan ini juga terbukti ketika dia diundang pengajian di daerah Sragen, Jawa Tengah pada tahun 1999. Waktu itu tanpa ada sebab yang jelas, tiba-tiba ada orang yang menikamnya. Gus Maksum tidak terluka sedikitpun, hanya pakaian yang dipakai robek kena tikaman, lalu pakaian itu disimpannya karena pemberian dari salah seorang sahabatnya.
Gus Maksum juga disebut-sebut kebal terhadap santet. Sudah tidak terhitung banyaknya dukun santet yang pernah dihadapi. Sejak kecil Gus Maksum sudah terbiasa menghadapi berbagai macam-macam aliran ilmu santet.
Dia juga tidak segan-segan untuk menantang para dukun santet secara terang-terangan. Hal itu dilakukan, karena santet menurut Gus Maksum termasuk kemungkaran yang harus dilawan. Kekebalan Gus Maksum terhadap santet juga sudah pembawaan sejak lahir, karena dia masih keturunan Kiai Hasan Besari (Ponorogo).
Menurut Gus Maksum sebagai muslim tidak perlu khawatir terhadap santet, karena santet hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kufur atau murtad. Yang penting seorang muslim haruslah selalu ingat kepada Allah dan bertawakal kepadaNya.
Pengalaman Gus Maksum mengenai santet, diantaranya dialaminya ketika menginap di Desa Wilayu, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi. Sekitar pukul 01.30 WIB, saat Gus Maksum hendak istirahat, tiba-tiba dari arah kegelapan muncul bola api sebesar telur terbang menuju ke arah pahanya.
Dengan santai Gus Maksum membiarkan bola api itu mendekatinya. Ketika bola api itu sampai ke paha, dia cuma bertanya. "Mbanyol ta (mau bercanda ya?)". Seketika, bola api itu melesat pergi di tengah kegelapan malam.
Satu lagi kejadian yang pernah dialaminya, ketika bermalam di Desa Kraton, Ranggeh. Saat Gus Maksum beristirahat, dia didatangi kera jadi-jadian yang berusaha mencekiknya. Tapi usaha itu dibiarkannya saja, setelah beberapa lama baru ditanya Gus Maksum. "Mau main-main ya,". Langsung saja, kera itu lari menghindar dari Gus Maksum.
Sebagai pentolan utama NU, Gus Maksum selalu sejalur dengan garis politik NU, namun dia tak pernah terlibat politik praktis, tak kenal dualisme atau dwifungsi. Ketika NU bergabung ke dalam PPP maupun ketika PBNU mendeklarasikan bergabung dengan PKB, Gus Maksum selalu menjadi jurkam nasional yang menggetarkan podium.
Namun dirinya tidak pernah mau menduduki jabatan legislatif ataupun eksekutif. Gus Maksum wafat di Kanigoro pada 21 Januari 2003, dan dimakamkan di pemakaman keluarga Pesantren Lirboyo dengan meninggalkan semangat dan keberanian yang luar biasa.
Cucu pendiri Ponpes Lirboyo Kediri, KH Abdul Karim tersebut, merupakan pendiri Ikatan Pencak Silat NU Pagar Nusa. Pria kelahiran Kanigoro, Kediri 8 Agustus 1944 ini, sejak kecil telah memiliki kelebihan dan karamah.
Dikisahkan, Gus Maksum mampu melompat dan melayang, dari satu tiang ke tiang yang lainnya di Masjid Kanigoro. Dia juga mampu berputar cepat di atas piring tanpa pecah laksana gangsing, padahal waktu itu dia belum mahir ilmu silat.
Sejak kecil Gus Maksum sudah gemar lelaku batin dan belajar pencak silat, sehingga ketika beranjak dewasa dia lalu melanglang buana ke beberapa daerah di Pulau Jawa, untuk berguru ilmu silat dan kanuragan.
Selain menguasai banyak aliran silat dengan sempurna, dia juga memiliki banyak kemampuan linuwih lainnya. Sehingga namanya identik dengan dunia persilatan, tenaga dalam, dan pengobatan.
Banyak cerita yang berkembang di masyarakat, Gus Maksum pernah melempar seekor sapi seperti melempar sandal. Padahal waktu itu dia masih remaja, dan bobot angkatan yang bisa dilakukannya tidak lebih dari 20 kg.
Kisah Gus Maksum melempar seekor sapi tersebut, terjadi saat dia membantu salah seorang keluarganya, memasang sapi ke alat bajak. Ketika hendak memasang alat tersebut, tiba-tiba sapi itu mengamuk dan dengan cepat menerjang ke arah dada Gus Maksum.
Secara refleks, Gus Maksum menangkis serangan sapi tersebut, sehingga sapi itu terpelanting beberapa meter jauhnya. Apa yang terjadi, membuat semua orang yang melihatnya terheran-heran.
Baca Juga
Saat kecil, dia belajar agama pada orangtuanya, KH Abdullah Jauhari di Kanigoro. Masuk SD Kanigoro (1957), lalu melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Lirboyo, namun tidak sampai tamat. Selebihnya banyak diisi dengan pengajian-pengajian di Pesantren Lirboyo.
Namanya juga sempat terdengar ke seluruh pelosok daerah, ketika menjabat Komando Penumpasan PKI dan antek-anteknya di wilayah Kediri, dan sekitarnya. Salah satu kisah yang menunjukan karamah Gus Maksum, adalah ketika bentrok dengan orang-orang PKI di Alun-alun Kediri.
Gus Maksum yang waktu itu sangat muda usianya, mampu mengalahkan belasan orang-orang PKI sendirian. Setiap bacokan dan tebasan senjata tidak pernah bisa mengenai tubuhnya. Bahkan senjata lawan selalu berhenti jarak satu kilan dari tubuhnya.
Kalaupun ada yang sampai mengenai tubuh dia, senjata-senjata itu tak ada satupun yang melukainya. Dalam pertarungan itu Gus Maksum bukan hanya menggunakan olah kanuragan tapi juga dengan olah batinnya.
Kala itu, Gus Maksum juga dikenal dengan penampilan nyentriknya, karena berambut gondrong, jenggot, dan kumis panjang. Dia juga bersarung setinggi lutut, memakai bakiyak, berpakaian seadanya, dan tidak makan nasi. Sikapnya tegas. Karena itulah namanya banyak digandrungi anak-anak muda NU.
Penampilan Gus Maksum dengan rambut gondrongnya, bukan sekedar gaya atau hobi semata. Tetapi rambut gondrongnya itu merupakan sebuah ijazah yang didapat dari gurunya yaitu Habib Baharun Mrican Kediri. Sering terjadi keanehan-keanehan terkait dengan rambutnya. Diantaranya rambut Gus Maksum bisa berdiri, bisa mengeluarkan api, serta tidak mempan dipotong.
Bukti dari kisah itu, salah satunya pada dekade 1970-an dia pernah terjaring razia rambut panjang. Namun terjadi keanehan, setiap kali aparat menggunting rambutnya, rambut itu tidak terpotong. Bahkan setiap gunting yang tajam beradu dengan rambut beliau selalu mengeluarkan percikan api.
Menanggapi kejadian tersebut, dalam berbagai kesempatan Gus Maksum hanya berkata semua hanyalah kebetulan saja dan berkat pertolongan Allah SWT. Sebelum mendirikan Pagar Nusa, kelebihan dan karamah Gus Maksum muda teruji ketika diundang menghadiri pertandingan silat di Kediri Timur.
Saat itu dia bertarung melawan pendekar silat, dari berbagai macam aliran silat yang sudah berkumpul di situ. Karena telah memiliki bekal dan kemampuan yang terlatih sejak kecil, Gus Maksum mampu mengalahkan puluhan pesilat sendirian. Bahkan lawan terakhir berhasil dikalahkan dengan sangat mudah, peristiwa ini terjadi saat dia berusia 16 tahun.
Gus Maksum juga terkenal dengan kemampuan olah batinnya ketika mampu mengalahkan, salah satu raja jin yang berdiam di tubuh salah seorang yang kesurupan. Raja jin tersebut bernama Jin Dempul. Orang kesurupan tersebut berhasil disembuhkan Gus Maksum, setelah Jin Dempul yang bersemayam di dalam tubuh orang itu berhasil ditaklukan.
Baca Juga
Kisah lain mengungkapkan, Gus Maksum pernah kedatangan tamu dari Semarang, yang mengeluhkan kelakuan putranya karena suka mabuk-mabukan dan sering pergi ke lokalisasi. Bahkan putranya sering mengancam akan membunuh orang tuanya. Karena sudah tak tahan melihat kelakuan putranya itu, dia pergi ke rumah Gus Maksum di Kediri, dengan harapan mendapat obat untuk mengobati prilaku anaknya.
Tapi yang diharapkan tidak dipenuhi Gus Maksum, dia hanya membuatkan sepucuk surat untuk dibawa pulang agar dibacakan kepada anaknya. Walaupun orang tua itu bingung karena obat yang diharapkannya tidak diberi, dia tetap melakukan apa yang diperintahkan Gus Maksum dengan menyampaikan surat itu kepada anaknya.
Dan begitulah setelah surat itu dibacakan kepada anaknya, dalam waktu singkat kelakuan anaknya yang sebelumnya tidak bisa dikendalikan perlahan berubah. Singkatnya kelakuan anak itu tidak lagi nakal seperti dulu.
Kelebihan lainnya dari Gus Maksum, adalah saat NU masih menjadi partai sering bentrok dengan massa LDII yang dulu bernama Darul Hadits dan termasuk underbow dari Golkar. Suatu ketika massa LDII/Golkar berkonvoi melewati jalan depan Pesantren Lirboyo, saat itu Gus Maksum sedang menerima tamu.
Ketika arak-arakan itu sampai depan ndalem Gus Maksum, beliau langsung ke luar karena mendengar bising suara knalpot dan klakson kendaraan yang memekakan telinga. Melihat gelagat yang kurang baik ini, secara reflek Gus Maksum mengacungkan jari telunjuknya ke arah mereka.
Keajaibanpun terjadi, dengan serta merta seluruh ban kendaraan yang ditumpangi peserta konvoi bocor secara serentak. Karena bannya bocor rombongan konvoi itu tidak bisa melanjutkan arak-arakan.Akhirnya terpaksa mereka pulang dengan mendorong kendaraannya masing-masing.
Kelebihan ini juga terbukti ketika dia diundang pengajian di daerah Sragen, Jawa Tengah pada tahun 1999. Waktu itu tanpa ada sebab yang jelas, tiba-tiba ada orang yang menikamnya. Gus Maksum tidak terluka sedikitpun, hanya pakaian yang dipakai robek kena tikaman, lalu pakaian itu disimpannya karena pemberian dari salah seorang sahabatnya.
Gus Maksum juga disebut-sebut kebal terhadap santet. Sudah tidak terhitung banyaknya dukun santet yang pernah dihadapi. Sejak kecil Gus Maksum sudah terbiasa menghadapi berbagai macam-macam aliran ilmu santet.
Dia juga tidak segan-segan untuk menantang para dukun santet secara terang-terangan. Hal itu dilakukan, karena santet menurut Gus Maksum termasuk kemungkaran yang harus dilawan. Kekebalan Gus Maksum terhadap santet juga sudah pembawaan sejak lahir, karena dia masih keturunan Kiai Hasan Besari (Ponorogo).
Menurut Gus Maksum sebagai muslim tidak perlu khawatir terhadap santet, karena santet hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kufur atau murtad. Yang penting seorang muslim haruslah selalu ingat kepada Allah dan bertawakal kepadaNya.
Pengalaman Gus Maksum mengenai santet, diantaranya dialaminya ketika menginap di Desa Wilayu, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi. Sekitar pukul 01.30 WIB, saat Gus Maksum hendak istirahat, tiba-tiba dari arah kegelapan muncul bola api sebesar telur terbang menuju ke arah pahanya.
Dengan santai Gus Maksum membiarkan bola api itu mendekatinya. Ketika bola api itu sampai ke paha, dia cuma bertanya. "Mbanyol ta (mau bercanda ya?)". Seketika, bola api itu melesat pergi di tengah kegelapan malam.
Satu lagi kejadian yang pernah dialaminya, ketika bermalam di Desa Kraton, Ranggeh. Saat Gus Maksum beristirahat, dia didatangi kera jadi-jadian yang berusaha mencekiknya. Tapi usaha itu dibiarkannya saja, setelah beberapa lama baru ditanya Gus Maksum. "Mau main-main ya,". Langsung saja, kera itu lari menghindar dari Gus Maksum.
Sebagai pentolan utama NU, Gus Maksum selalu sejalur dengan garis politik NU, namun dia tak pernah terlibat politik praktis, tak kenal dualisme atau dwifungsi. Ketika NU bergabung ke dalam PPP maupun ketika PBNU mendeklarasikan bergabung dengan PKB, Gus Maksum selalu menjadi jurkam nasional yang menggetarkan podium.
Namun dirinya tidak pernah mau menduduki jabatan legislatif ataupun eksekutif. Gus Maksum wafat di Kanigoro pada 21 Januari 2003, dan dimakamkan di pemakaman keluarga Pesantren Lirboyo dengan meninggalkan semangat dan keberanian yang luar biasa.
(eyt)