Kisah Jane Foster, Intelijen Amerika yang Memata-matai Soekarno-Hatta Setelah Kemerdekaan Indonesia
loading...

Jane Foster, seorang agen intelijen Amerika Serikat yang memata-matai Indonesia, menjadi bagian dari sejarah kelam hubungan internasional pasca-kemerdekaan. Foto ilustrasi/befreetour.com
A
A
A
KISAHJane Foster, seorang agen intelijen Amerika Serikat yang memata-matai Indonesia, menjadi bagian dari sejarah kelam hubungan internasional pasca-kemerdekaan.
Selama masa penjajahan hingga awal kemerdekaan, Indonesia menjadi target pengawasan oleh agen-agen intelijen atau mata-mata asing, termasuk Foster yang memiliki akses langsung ke tokoh-tokoh pergerakan nasional seperti Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta.
Lahir pada tahun 1912 di San Francisco, California, Jane Foster mengenyam pendidikan di Mills College, Oakland, sebelum akhirnya terjun ke dunia intelijen.
Kedekatannya dengan Indonesia dimulai pada tahun 1936 ketika ia menikah dengan diplomat Belanda, Leendert Kampert, dan menetap di Jawa. Namun, pernikahan tersebut tidak berlangsung lama, dan Foster kembali ke Amerika setelah bercerai.
Pada tahun 1943, Foster bergabung dengan Office of Strategic Services (OSS), sebuah organisasi intelijen yang menjadi cikal bakal Central Intelligence Agency (CIA).
Awalnya, ia ditempatkan di Salzburg, Austria, sebelum dipindahkan ke pedalaman Sri Lanka. Penugasan ini membuka jalannya untuk terlibat dalam operasi rahasia di berbagai wilayah Asia Tenggara, termasuk Sumatera, Hindia Belanda, dan Malaysia.
Pada Agustus 1945, Foster mendapat undangan dari Kolonel John Coughlin, komandan detasemen OSS di Sri Lanka, untuk menghadiri pertemuan di sebuah bungalow. Dalam pertemuan itu, ia ditawari peran sebagai sukarelawan untuk melaporkan perkembangan transisi pasca-perang di Jawa. Kesempatan ini menandai awal misinya dalam memata-matai Indonesia yang baru merdeka.
Bagi Foster, Indonesia bukanlah tempat yang asing. Ia sudah memiliki pengalaman tinggal di Jawa dan memahami kultur setempat. Hal ini membuatnya lebih mudah mendapatkan informasi dan beradaptasi dengan lingkungan politik Indonesia yang tengah bergejolak.
Selama masa penjajahan hingga awal kemerdekaan, Indonesia menjadi target pengawasan oleh agen-agen intelijen atau mata-mata asing, termasuk Foster yang memiliki akses langsung ke tokoh-tokoh pergerakan nasional seperti Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta.
Lahir pada tahun 1912 di San Francisco, California, Jane Foster mengenyam pendidikan di Mills College, Oakland, sebelum akhirnya terjun ke dunia intelijen.
Kedekatannya dengan Indonesia dimulai pada tahun 1936 ketika ia menikah dengan diplomat Belanda, Leendert Kampert, dan menetap di Jawa. Namun, pernikahan tersebut tidak berlangsung lama, dan Foster kembali ke Amerika setelah bercerai.
Pada tahun 1943, Foster bergabung dengan Office of Strategic Services (OSS), sebuah organisasi intelijen yang menjadi cikal bakal Central Intelligence Agency (CIA).
Awalnya, ia ditempatkan di Salzburg, Austria, sebelum dipindahkan ke pedalaman Sri Lanka. Penugasan ini membuka jalannya untuk terlibat dalam operasi rahasia di berbagai wilayah Asia Tenggara, termasuk Sumatera, Hindia Belanda, dan Malaysia.
Tugas Jane Foster di Indonesia
Pada Agustus 1945, Foster mendapat undangan dari Kolonel John Coughlin, komandan detasemen OSS di Sri Lanka, untuk menghadiri pertemuan di sebuah bungalow. Dalam pertemuan itu, ia ditawari peran sebagai sukarelawan untuk melaporkan perkembangan transisi pasca-perang di Jawa. Kesempatan ini menandai awal misinya dalam memata-matai Indonesia yang baru merdeka.
Bagi Foster, Indonesia bukanlah tempat yang asing. Ia sudah memiliki pengalaman tinggal di Jawa dan memahami kultur setempat. Hal ini membuatnya lebih mudah mendapatkan informasi dan beradaptasi dengan lingkungan politik Indonesia yang tengah bergejolak.
Lihat Juga :