Akhir Kejayaan Singasari! Raja Kertanagara, Ekspedisi Pamalayu, dan Kudeta Maut Jayakatwang
loading...

Raja Kertanagara penguasa terakhir Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaan hingga menguasai Semenanjung Melayu. Potret Raja Kertanagara saat memimpin Kerajaan Singasari versi AI. Foto/IG @ainusantara
A
A
A
RAJA Kertanagara dikenal sebagai penguasa terakhir Kerajaan Singasari. Di bawah kepemimpinannya, Singasari mencapai puncak kejayaan hingga menguasai wilayah Semenanjung Melayu.
Demi memperkuat pengaruh politiknya, Kertanagara melancarkan sebuah ekspedisi besar bernama Ekspedisi Pamalayu, yang berhasil menundukkan sejumlah kerajaan di Semenanjung Malaya.
Keberhasilan ekspedisi ini menjadi bukti kepiawaian Kertanagara dalam memperluas kekuasaan. Pasukan Singasari dikerahkan secara maksimal ke wilayah luar negeri.
Namun, di balik kesuksesan itu, terdapat kegelisahan dalam hati sang raja. Gayatri, putri Kertanagara, beberapa kali mendengar curahan hati ayahnya yang merasa bahwa kekuasaannya berada di ambang kehancuran.
Menurut catatan Gayatri, muncul perbedaan kepercayaan yang cukup mencolok di Singasari. Dua agama besar, Buddha dan Hindu Syiwa, bersaing dalam menarik pengikut baru.
Dalam bukunya "Gayatri Rajapatni: Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit", Earl Drake mengisahkan bagaimana Kertanagara merespons situasi ini dengan strategi yang dianggap cukup inovatif.
Namun, Gayatri tidak secara rinci menjelaskan langkah-langkah yang diambil sang ayah. Bisa jadi, jawaban atas permasalahan ini memiliki dinamika tersendiri, yang mungkin berbeda dengan tantangan yang dihadapi pemimpin di era modern.
Salah satu tantangan terbesar bagi Kertanagara adalah perselisihan berkepanjangan antara Singasari dan Kediri. Meskipun kedua wilayah itu sempat bersatu, konflik berdarah terkait garis keturunan yang berhak atas takhta terus berlanjut.
Demi memperkuat pengaruh politiknya, Kertanagara melancarkan sebuah ekspedisi besar bernama Ekspedisi Pamalayu, yang berhasil menundukkan sejumlah kerajaan di Semenanjung Malaya.
Keberhasilan ekspedisi ini menjadi bukti kepiawaian Kertanagara dalam memperluas kekuasaan. Pasukan Singasari dikerahkan secara maksimal ke wilayah luar negeri.
Namun, di balik kesuksesan itu, terdapat kegelisahan dalam hati sang raja. Gayatri, putri Kertanagara, beberapa kali mendengar curahan hati ayahnya yang merasa bahwa kekuasaannya berada di ambang kehancuran.
Menurut catatan Gayatri, muncul perbedaan kepercayaan yang cukup mencolok di Singasari. Dua agama besar, Buddha dan Hindu Syiwa, bersaing dalam menarik pengikut baru.
Dalam bukunya "Gayatri Rajapatni: Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit", Earl Drake mengisahkan bagaimana Kertanagara merespons situasi ini dengan strategi yang dianggap cukup inovatif.
Namun, Gayatri tidak secara rinci menjelaskan langkah-langkah yang diambil sang ayah. Bisa jadi, jawaban atas permasalahan ini memiliki dinamika tersendiri, yang mungkin berbeda dengan tantangan yang dihadapi pemimpin di era modern.
Salah satu tantangan terbesar bagi Kertanagara adalah perselisihan berkepanjangan antara Singasari dan Kediri. Meskipun kedua wilayah itu sempat bersatu, konflik berdarah terkait garis keturunan yang berhak atas takhta terus berlanjut.
Lihat Juga :