Kisah Sultan Amangkurat I Marah Besar dengan Pangeran Jambi Gara-gara 5 Kali Dipanggil Enggan Datang
loading...
A
A
A
SULTAN Amangkurat I yang memimpin Kerajaan Mataram di Kotagede, Yogyakarta mulai melebarkan kekuasaan hingga ke luar Pulau Jawa. Putra Sultan Agung ini meluaskan wilayah hingga beberapa daerah di Pulau Sumatera.
Pada era Sultan Agung, tercatat hanya wilayah Palembang dan Jambi yang konon berhasil dikuasai dan selanjutnya diwariskan ke Sultan Amangkurat I.
Selanjutnya pada 1651, Sultan Amangkurat I menerima utusan dari Palembang dan Jambi. Utusan khusus dari kedua daerah itu datang istana Kerajaan Mataram.
Dalam catatan utusan Belanda untuk Mataram Van Goens, diceritakan saat itu Pangeran Jambi sendiri yang pada bulan April 1651 berkunjung ke istana Mataram di Kotagede, Yogyakarta.
Van Goens menjumpainya pada tanggal 21 April 1651 saat sang Pangeran Jambi dalam perjalanan di hutan jati antara Jatijajar dan Semarang.
Konon ia mengadakan pembicaraan yang panjang lebar dengan orang Jambi itu mengenai banyak masalah, sebagaimana dikisahkan pada "Disintegrasi Mataram: Dibawah Mangkurat I", dari H.J. De Graaf. Konon sang Pangeran Jambi itu membangkang ketika dipanggil oleh penguasa Mataram saat itu, Sultan Amangkurat I.
Sang Pangeran Jambi itu konon sudah dipanggil berkali-kali selama empat sampai lima tahun berturut-turut. Tetapi Pangeran Jambi itu baru menghadap di tahun keenamnya.
Hal itu pula yang membuat Sultan Amangkurat I itu naik pitam marah karenanya. Pangeran Jambi itu diperlakukan tidak hormat, berbeda ketika sang penguasa Kerajaan Mataram itu menerima tamu dari orang-orang Belanda.
Pada era Sultan Agung, tercatat hanya wilayah Palembang dan Jambi yang konon berhasil dikuasai dan selanjutnya diwariskan ke Sultan Amangkurat I.
Selanjutnya pada 1651, Sultan Amangkurat I menerima utusan dari Palembang dan Jambi. Utusan khusus dari kedua daerah itu datang istana Kerajaan Mataram.
Dalam catatan utusan Belanda untuk Mataram Van Goens, diceritakan saat itu Pangeran Jambi sendiri yang pada bulan April 1651 berkunjung ke istana Mataram di Kotagede, Yogyakarta.
Van Goens menjumpainya pada tanggal 21 April 1651 saat sang Pangeran Jambi dalam perjalanan di hutan jati antara Jatijajar dan Semarang.
Konon ia mengadakan pembicaraan yang panjang lebar dengan orang Jambi itu mengenai banyak masalah, sebagaimana dikisahkan pada "Disintegrasi Mataram: Dibawah Mangkurat I", dari H.J. De Graaf. Konon sang Pangeran Jambi itu membangkang ketika dipanggil oleh penguasa Mataram saat itu, Sultan Amangkurat I.
Sang Pangeran Jambi itu konon sudah dipanggil berkali-kali selama empat sampai lima tahun berturut-turut. Tetapi Pangeran Jambi itu baru menghadap di tahun keenamnya.
Hal itu pula yang membuat Sultan Amangkurat I itu naik pitam marah karenanya. Pangeran Jambi itu diperlakukan tidak hormat, berbeda ketika sang penguasa Kerajaan Mataram itu menerima tamu dari orang-orang Belanda.