Pecahnya Peperangan Mataram dan Banten Terjadi Ketika Sultan Amangkurat I Bertahta
loading...
A
A
A
PERTEMPURAN antara Kerajaan Mataram Islam dengan Banten akhirnya pecah. Pertempuran ini terjadi ketika Mataram di bawah kekuasaan Sultan Amangkurat I. Konon sang penguasa Mataram itu memiliki alasan yang tidak bisa terbantahkan hingga akhirnya melakukan pertempuran tak terelakkan.
Sultan kemudian menyatakan dirinya tidak tahan lagi melihat kesombongan orang Banten. Bahkan konon Sultan Amangkurat I juga merasa tersinggung dengan pelanggaran yang dilakukan Banten terhadap rakyat Mataram.
H.J. De Graaf pada "Disintegrasi Mataram : Dibawah Mangkurat I", mengisahkan bagaimana Banten konon membunuh rakyatnya di negaranya sendiri. Tetapi atas nasihat Tumenggung Pati, ia akan memberitahukan rencananya tersebut ke pihak Belanda terlebih dahulu.
Dan ini memang tepat sekali, tanpa persetujuan Batavia tidak mungkin dapat diadakan serangan terhadap Banten. Penguasa Mataram itu pun ingin supaya Banten menjadi kerajaan taklukannya.
Ini ternyata dengan jelas ketika Kepala Daerah Semarang menyita dua perahu Banten. Kemudian menyuruh para penumpangnya pulang kembali, setelah disediakan bagi mereka sebuah perahu tua dengan sedikit air dan beras.
Mereka menyampaikan pesan kepada Sultan Mataram bahwa kalau ia tidak cepat-cepat datang untuk memberi sembah kepada Sunan, maka bentengnya akan dihancurkan. Sultan sudah tentu tidak datang.
Beberapa waktu kemudian terdapat berita yang menyatakan bahwa Sunan sekitar awal bulan November 1657, disaksikan oleh keempat penguasa pantai mengusulkan untuk mengirimkan tentara ke Banten guna menaklukkannya.
Mungkin ini akan benar-benar terjadi, kalau Tumenggung Pati tidak memberanikan diri untuk berkata bahwa mereka harus dimaafkan karena menganut agama yang sama.
Perselisihan-perselisihan hanya timbul di kalangan rakyat biasa. Tetapi Tumenggung Pati itu merasa pasti, dan berani mengemukakan dirinya sebagai jaminan, bahwa Sultan Banten hanya berusaha supaya tidak kehilangan muka di hadapan Susuhunan.
Untuk mendukung pernyataannya ini dikemukakannya alasan-alasan lain. Sesungguhnya ia dapat pula menambahkan keterangan bahwa waktunya sudah men-jelang akhir tahun, dan bahkan akan merupakan tindakan nekat untuk melakukan serangan terhadap Banten tanpa bantuan Pemerintah Kompeni.
Setelah itu serangan besar terhadap Banten ditangguhkan, dan sebuah ekspedisi kecil sajalah yang dikirimkan ke Karawang.
Sultan kemudian menyatakan dirinya tidak tahan lagi melihat kesombongan orang Banten. Bahkan konon Sultan Amangkurat I juga merasa tersinggung dengan pelanggaran yang dilakukan Banten terhadap rakyat Mataram.
H.J. De Graaf pada "Disintegrasi Mataram : Dibawah Mangkurat I", mengisahkan bagaimana Banten konon membunuh rakyatnya di negaranya sendiri. Tetapi atas nasihat Tumenggung Pati, ia akan memberitahukan rencananya tersebut ke pihak Belanda terlebih dahulu.
Dan ini memang tepat sekali, tanpa persetujuan Batavia tidak mungkin dapat diadakan serangan terhadap Banten. Penguasa Mataram itu pun ingin supaya Banten menjadi kerajaan taklukannya.
Ini ternyata dengan jelas ketika Kepala Daerah Semarang menyita dua perahu Banten. Kemudian menyuruh para penumpangnya pulang kembali, setelah disediakan bagi mereka sebuah perahu tua dengan sedikit air dan beras.
Mereka menyampaikan pesan kepada Sultan Mataram bahwa kalau ia tidak cepat-cepat datang untuk memberi sembah kepada Sunan, maka bentengnya akan dihancurkan. Sultan sudah tentu tidak datang.
Beberapa waktu kemudian terdapat berita yang menyatakan bahwa Sunan sekitar awal bulan November 1657, disaksikan oleh keempat penguasa pantai mengusulkan untuk mengirimkan tentara ke Banten guna menaklukkannya.
Mungkin ini akan benar-benar terjadi, kalau Tumenggung Pati tidak memberanikan diri untuk berkata bahwa mereka harus dimaafkan karena menganut agama yang sama.
Baca Juga
Perselisihan-perselisihan hanya timbul di kalangan rakyat biasa. Tetapi Tumenggung Pati itu merasa pasti, dan berani mengemukakan dirinya sebagai jaminan, bahwa Sultan Banten hanya berusaha supaya tidak kehilangan muka di hadapan Susuhunan.
Untuk mendukung pernyataannya ini dikemukakannya alasan-alasan lain. Sesungguhnya ia dapat pula menambahkan keterangan bahwa waktunya sudah men-jelang akhir tahun, dan bahkan akan merupakan tindakan nekat untuk melakukan serangan terhadap Banten tanpa bantuan Pemerintah Kompeni.
Setelah itu serangan besar terhadap Banten ditangguhkan, dan sebuah ekspedisi kecil sajalah yang dikirimkan ke Karawang.
(don)