Kisah Sultan Amangkurat I Marah Besar dengan Pangeran Jambi Gara-gara 5 Kali Dipanggil Enggan Datang

Sabtu, 03 Juni 2023 - 09:12 WIB
loading...
Kisah Sultan Amangkurat...
Raja Mataram, Sultan Amangkurat I marah besar dengan Pangeran Jambi yang dipanggil lima kali ke istana tidak datang. Pangeran baru datang di panggilan ke enam. Foto/Ist
A A A
SULTAN Amangkurat I yang memimpin Kerajaan Mataram di Kotagede, Yogyakarta mulai melebarkan kekuasaan hingga ke luar Pulau Jawa. Putra Sultan Agung ini meluaskan wilayah hingga beberapa daerah di Pulau Sumatera.

Pada era Sultan Agung, tercatat hanya wilayah Palembang dan Jambi yang konon berhasil dikuasai dan selanjutnya diwariskan ke Sultan Amangkurat I.



Selanjutnya pada 1651, Sultan Amangkurat I menerima utusan dari Palembang dan Jambi. Utusan khusus dari kedua daerah itu datang istana Kerajaan Mataram.

Dalam catatan utusan Belanda untuk Mataram Van Goens, diceritakan saat itu Pangeran Jambi sendiri yang pada bulan April 1651 berkunjung ke istana Mataram di Kotagede, Yogyakarta.



Van Goens menjumpainya pada tanggal 21 April 1651 saat sang Pangeran Jambi dalam perjalanan di hutan jati antara Jatijajar dan Semarang.

Konon ia mengadakan pembicaraan yang panjang lebar dengan orang Jambi itu mengenai banyak masalah, sebagaimana dikisahkan pada "Disintegrasi Mataram: Dibawah Mangkurat I", dari H.J. De Graaf. Konon sang Pangeran Jambi itu membangkang ketika dipanggil oleh penguasa Mataram saat itu, Sultan Amangkurat I.


Sang Pangeran Jambi itu konon sudah dipanggil berkali-kali selama empat sampai lima tahun berturut-turut. Tetapi Pangeran Jambi itu baru menghadap di tahun keenamnya.

Hal itu pula yang membuat Sultan Amangkurat I itu naik pitam marah karenanya. Pangeran Jambi itu diperlakukan tidak hormat, berbeda ketika sang penguasa Kerajaan Mataram itu menerima tamu dari orang-orang Belanda.

Berbeda perlakuan dengan urusan Jambi, Sultan Mataram itu menyambut berbeda utusan Palembang yang datang ke istana. Bahkan konon kedua utusan itu ditahan lama sekali dan mendapat sambutan yang ramah dan bersahabat.

Sebagaimana dicatatkan Van Goens, orang Jambi dan orang Palembang itu tidak akan mudah kembali pulang, tetapi dengan satu dan lain alasan akan ditahan oleh Susuhunan.

Seperti juga telah terjadi dengan utusan-utusan lain, untuk membuat mereka lebih bersujud lagi atau dengan kata lain lebih tunduk lagi pada Mataram.

Sehubungan dengan itu, orang tentu akan ingat kepada Cirebon. Tetapi dugaan ini ternyata tidak benar. Mereka berdua kembali ke tanah air masing-masing dengan selamat, sekalipun tidak dengan segera.

Pentingnya kunjungan kedua utusan dari Pulau Sumatera ini digambarkan pada Babad Momana. Saat itu Babad mengisahkan seorang adipati dari Jambi menghadap kepada Raja Mataram, Sultan Amangkurat I.

Ia menyampaikan dengan segala hormat pakaian seorang hamba Raja Adipati Jambi untuk sowan atau menghadap nyaosi panganggeni abdi dalem.

Babad Sangkala menambah keterangan ini dengan catatan tentang kedatangan utusan-utusan Palembang. Mereka datang untuk menyampaikan berita tentang mangkatnya raja mereka (wong Jambi myang Palembang prapta matur ratunya pejah).
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3140 seconds (0.1#10.140)