Musim Kemarau, 15 Kelurahan di Cimahi Rawan Kekeringan
loading...
A
A
A
CIMAHI - Pemkot Cimahi mengantisipasi dampak dari fenomena El Nino yang berimbas kepada musim kemarau panjang. Pasalnya berdasarkan prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), saat ini sudah masuk musim kemarau.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kota Cimahi, Fitriandy Kurniawan mengatakan, telah melakukan pemetaan untuk mengantisipasi kekeringan dampak dari fenomena El Nino. Mengacu pada Kajian Risiko Bencana (KRB) Kota Cimahi tahun 2022, potensi kekeringan tersebar di seluruh kelurahan.
"Semua kelurahan di Cimahi memiliki potensi ancaman kekeringan dengan kategori sedang," ucapnya, Selasa (30/5/2023).
Baca juga: Hindari Intimidasi, Bawaslu KBB Jamin Keamanan Pelapor Pelanggaran Pemilu
Berdasarkan pemetaan luas potensi bencana kekeringan di Kota Cimahi adalah 4.280,40 hektare. Kelurahan dengan luas bahaya tertinggi adalah Kelurahan Cipageran yaitu seluas 620,28 hektare dengan kelas tinggi atau sekitar 14,49% dari total luas wilayah bahaya kekeringan.
Mengacu kepada kondisi tersebut, BPBD Kota Cimahi mengantisipasi akan potensi bencana kekeringan lahan pertanian, kekeringan sumber air bersih, serta kejadian kebakaran rumah dan lahan. Untuk itu berbagai persiapan dalam menghadapi musim fenomena El Nino tahun ini sudah disiapkan.
Andy menjelaskan, El Nino adalah suatu fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Kondisi itu dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.
Oleh karena itu musim kemarau tahun ini diperkirakan bakal lebih kering dari tahun sebelumnya. BPBD juga bakal gencar meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat dengan menggandeng OPD terkait serta menerbitkan surat kesiapsiagaan bencana kekeringan. Serta menyiapkan tangki-tangki air bersih untuk didistribusikan kepada warga yang membutuhkan.
"Satu tangki air telah disiapkan secara mobile ke masyarakat. Sebab dari 15 kelurahan di Kota Cimahi hanya 3 kelurahan yang rawan kekurangan air bersih, seperti di kelurahan Melong, Utama, dan Leuwigajah," pungkasnya
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kota Cimahi, Fitriandy Kurniawan mengatakan, telah melakukan pemetaan untuk mengantisipasi kekeringan dampak dari fenomena El Nino. Mengacu pada Kajian Risiko Bencana (KRB) Kota Cimahi tahun 2022, potensi kekeringan tersebar di seluruh kelurahan.
"Semua kelurahan di Cimahi memiliki potensi ancaman kekeringan dengan kategori sedang," ucapnya, Selasa (30/5/2023).
Baca juga: Hindari Intimidasi, Bawaslu KBB Jamin Keamanan Pelapor Pelanggaran Pemilu
Berdasarkan pemetaan luas potensi bencana kekeringan di Kota Cimahi adalah 4.280,40 hektare. Kelurahan dengan luas bahaya tertinggi adalah Kelurahan Cipageran yaitu seluas 620,28 hektare dengan kelas tinggi atau sekitar 14,49% dari total luas wilayah bahaya kekeringan.
Mengacu kepada kondisi tersebut, BPBD Kota Cimahi mengantisipasi akan potensi bencana kekeringan lahan pertanian, kekeringan sumber air bersih, serta kejadian kebakaran rumah dan lahan. Untuk itu berbagai persiapan dalam menghadapi musim fenomena El Nino tahun ini sudah disiapkan.
Andy menjelaskan, El Nino adalah suatu fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Kondisi itu dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.
Oleh karena itu musim kemarau tahun ini diperkirakan bakal lebih kering dari tahun sebelumnya. BPBD juga bakal gencar meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat dengan menggandeng OPD terkait serta menerbitkan surat kesiapsiagaan bencana kekeringan. Serta menyiapkan tangki-tangki air bersih untuk didistribusikan kepada warga yang membutuhkan.
"Satu tangki air telah disiapkan secara mobile ke masyarakat. Sebab dari 15 kelurahan di Kota Cimahi hanya 3 kelurahan yang rawan kekurangan air bersih, seperti di kelurahan Melong, Utama, dan Leuwigajah," pungkasnya
(msd)