Penjaga Palang Pintu KA Rela Tak Lebaran dengan Keluarga demi Kelancaran Arus Mudik

Jum'at, 21 April 2023 - 10:39 WIB
loading...
A A A
Terlihat Hariono beberapa kali sibuk menerima telepon dari stasiun terdekat mengenai keberangkatan kereta api. Kode ini ia terima setelah suara genta berbunyi "teng, teng", selanjutnya komunikasi dengan pemandu perjalanan kereta api di stasiun terdekat melalui sinyal radio handytalk (HT) maupun smartphone menjadi acuannya.

"Biasanya kita memperkirakan sendiri kereta api tiba, karena jadwalnya tepat, jadi kita sudah hafal. Kalau pun ada keterlambatan karena ada sesuatu biasanya selalu ada pemberitahuan dari stasiun terdekat," tuturnya.

Usai kereta api melintas, laporan tertulis dan foto wajib ia kirimkan ke pengatur perjalanan kereta api di stasiun terdekat sebagai laporan. Laporan ini menjadi penting demi berjalannya standar operasional prosedur (SOP).

Dirinya mengaku, sejak arus mudik diperbolehkan ada sedikit kesibukan ekstra mengatur alur palang pintu perlintasan kereta api agar perjalanan kereta api dan pengendara jalan aman dan selamat. Bahkan selama lebaran nanti tetap bertugas sejak pagi pukul 06.00 WIB. Hal ini diakuinya sudah terbiasa, termasuk istri dan anaknya yang terbiasa ditinggalkannya bertugas melayani pemudik.

"Sudah terbiasa, ya kalau shift pagi ya mau tidak mau kita nggak bisa ikut salat Ied. Mau gimana lagi, namanya tugas. Kita niati beribadah saja melayani masyarakat," ujarnya.

Di mudik lebaran ini Hariono menyatakan, tugasnya bakal bertambah lantaran ada sejumlah penambahan perjalanan kereta api khususnya untuk KA pengangkut BBM yang melintas ke Terminal Pertamina Malang. Tercatat selama 8 jam shift jaga, setidaknya ada 20 kereta api yang melintas.

"Biasanya sekali shift 8 jam, tidak boleh lebih. Saya ini kebagian shift pagi dari jam 05.45 WIB sampai nanti jam 14.00 WIB. Sekali shift biasanya 16 sampai 20 kereta api lewat paling banyak. Kalau tambahan belum ada, biasanya tambahan dua (keberangkatan) kereta, itu pun di tahun 2019 lalu, 2023 ini sepertinya belum ada," ungkapnya.

Dirinya menyatakan, sudah hampir delapan tahun melayani masyarakat dengan menjaga palang pintu perlintasan kereta api. Selama waktu itu suka duka ia alami saat bekerja sebagai penjaga perlintasan kereta api.

"Sering dimarahi warga karena kok nutup palang pintunya lama. Kita kalau orang Jawa istilahnya dipisuhi (dikatain kotor) itu sudah biasa. Orang marah-marah karena buru-buru di jalan, tetapi palangnya nutup sering pokoknya. Tapi saya nggak peduli itu, kita itu ngutamakan keselamatan semua, melayani kereta api dan itu sudah ada SOP-nya," bebernya.

Namun demi kebaikan dan menegakkan aturan caci maki dan umpatan tak dia hiraukan. Prinsip Hariono dirinya bekerja sesuai SOP dan aturan perundang-undangan, bukan dari kemauan dan keinginan setiap orang.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2029 seconds (0.1#10.140)