Kisah Aji Saka Pencipta Aksara Jawa untuk Mengenang 2 Pengawal Setianya

Jum'at, 17 Maret 2023 - 09:15 WIB
loading...
A A A
Prabu Dewata Cengkar pun langsung memenuhi permintaan Aji Saka. Namun untuk menghindari kecurangan Aji Saka minta agar sang prabu sendiri yang mengukurnya.

Prabu Dewata Cengkar pun setuju. Perlahan-lahan, dia melangkah mundur sambil mengulur sorban itu. Anehnya, setiap diulur, sorban itu terus memanjang dan meluas hingga meliputi seluruh wilayah Kerajaan Medang Kamulan.

Saking senangnya mendapat mangsa yang masih muda dan segar, sang Prabu terus mengulur sorban itu sampai di pantai Laut Selatan tanpa disadarinya. Ketika dia masuk ke tengah laut, Aji Saka segera menyentakkan sorbannya, sehingga sang Prabu terjungkal dan seketika itu pula berubah menjadi seekor buaya putih.

Mengetahui kabar tersebut, seluruh rakyat Medang Kamulan kembali dari tempat pengungsian mereka. Aji Saka kemudian dinobatkan menjadi Raja Medang Kamulan menggantikan Prabu Dewata Cengkar dengan gelar Prabu Anom Aji Saka.

Aji Saka pun memimpin Kerajaan Medang Kamulan dengan arif dan bijaksana, sehingga seluruh rakyatnya hidup tenang, aman, makmur, dan sentosa.

Pada suatu hari, Aji Saka memanggil Dora untuk menghadap kepadanya dan memerintahkan Dora pergi ke Pegunungan Kendeng untuk mengambil kerisnya. “Katakan kepada Sembada bahwa aku yang menyuruhmu,” titah Raja yang baru itu.

Setelah berhari-hari berjalan, sampailah Dora di Pegunungan Gendeng. Ketika kedua sahabat tersebut bertemu, mereka saling rangkul untuk melepas rasa rindu. Setelah itu, Dora pun menyampaikan maksud kedatangannya kepada Sembada. “Sembada, sahabatku! Kini Tuan Aji Saka telah menjadi raja Negeri Medang Kamulan. Beliau mengutusku kemari untuk mengambil keris pusakanya untuk dibawa ke istana,” ungkap Dora.

“Tidak, sahabatku! Tuan Aji Saka berpesan kepadaku bahwa keris ini tidak boleh diberikan kepada siapa pun, kecuali beliau sendiri yang datang mengambilnya,” kata Sembada dengan tegas.

Karena merasa mendapat tanggung jawab dari Aji Saka, Dora pun harus mengambil keris itu dari tangan Sembada untuk dibawa ke istana. Kedua orang abdi bersahabat tersebut tidak ada yang mau mengalah. Mereka bersikeras mempertahankan tanggungjawab masing-masing dari Aji Saka. Mereka bertekad lebih baik mati daripada menghianati perintah tuannya.

Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4061 seconds (0.1#10.140)