Cantik! Ini Wajah Ken Dedes Hasil Artificial Intelligence, Permaisuri Singasari yang Darahnya Mengaliri Para Raja Nusantara

Sabtu, 04 Maret 2023 - 05:48 WIB
loading...
A A A
"Pada prasasti Wurandungan, yang juga terbit pada tahun 943 Masehi. Desa ini masuk dalam desa pertanian yang maju. Yakni, sebagai desa swasembada pangan. Kondisi tersebut, dapat dilihat dari statusnya dalam prasasti Wurandungan, yang menyatakan Panawijen, sebagai sima sawah, atau tanah perdikan pertanian," ungkap Dwi Cahyono.

Jauh sebelum masa Mpu Purwa, Dwi Cahyono menduga, kawasan ini sudah menjadi wilayah kehidupan masa prasejarah. Hal itu dapat dilihat dari penemuan watu kenong, dan lumpang batu. Watu kenong ini, diduga menjadi landasan atau pondasi untuk mendirikan rumah panggung.

Wilayah Polowijen, diakuinya merupakan kawasan yang kaya akan peninggalan sejarah. Bahkan, di kawasan ini Mpu Purwa telah mampu mendirikan tempat pendidikan yang maju, serta menjadi tanah pertanian yang subur dan penghasil pangan.

Sementara, kisah pertemuan antara Ken Dedes dan Ken Arok, justru terjadi disebuah pemandian. Kisah itu juga muncul di Kitab Pararaton. Di mana disebutkan, Ken Arok pertama kali melihat Ken Dedes yang kemaluannya bersinar terang di Patirtan Watu Gede, hingga membuat Ken Arok jatuh hati pada Ken Dedes.

Sumber air yang sampai sekarang masih ada itu, dikenal oleh masyarakat sebagai Situs Patirtan Watu Gede, yang berada di wilayah Desa Watu Gede, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, yang jaraknya sekitar 5 km ke arah utara dari Kelurahan Polowijen.

Cantik! Ini Wajah Ken Dedes Hasil Artificial Intelligence, Permaisuri Singasari yang Darahnya Mengaliri Para Raja Nusantara

Patirtan Watu Gede di Desa Watu Gede, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Foto/Dok.SINDOnews/Yuswantoro

Dwi Cahyono menyebut, sumber air di Watu Gede tersebut sangat disakralkan, sehingga disebut sebagai patirtan. Di masa lalu, Patirtan Watu Gede ini digunakan khusus untuk para ratu. Salah satu yang utama adalah untuk Permaisuri Ken Dedes.

Patirtan Watu Gede, memiliki air yang sangat jernih. Di sekitarnya tumbuh pohon-pohon besar. Daun-daunnya yang rindang, menaungi telaga penuh kedamaian itu. Salah satu sudut telaga, tepatnya di bawah pohon besar, masih mengalirkan mata air.

Air yang mengalir dari sela-sela pohon besar menuju ke telaga, terasa sangat menyegarkan, dan begitu jernih. Suaranya gemercik, berirama, saat berjatuhan di dalam telaga. Beberapa arca kecil, masih nampak berdiri di tepian telaga. Sisa-sisa bangunan masa lalu itu, menjadi saksi bisu kecantikan Ken Dedes, yang darahnya mengaliri para raja di Nusantara.
(eyt)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1165 seconds (0.1#10.140)