Waspadai Klaster Nakes, Prof Ridwan: Penularan Bukan Terjadi di RS

Kamis, 16 Juli 2020 - 08:00 WIB
loading...
Waspadai Klaster Nakes, Prof Ridwan: Penularan Bukan Terjadi di RS
Tenaga kesehatan (nakes) disebut sebagai salah satu yang berpotensi menularkan COVID-19 di Sulsel. Foto : SINDOnews/Ilustrasi
A A A
MAKASSAR - Angka kasus COVID-19 di Sulsel masih fluktuatif, kasus harian terkonfirmasi positif virus corona masih bertambah. Penularan transmisi lokal atau di tingkat komunitas masih terjadi. Baca : Vaksin untuk Virus Corona Akan Diproduksi 1 Bulan Lagi

Ketua Tim Konsultan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sulsel, Prof Ridwan Amiruddin menyebutkan, setidaknya ada jenis klaster yang penularan COVID-19 di Sulsel. Meski secara umum, penularan transmisi lokal yang masih terus terjadi.

"Kalau mengacu pada pola yang dikembangkan di Unhas, ada tiga jenis klaster yang berkembang. Pertama klaster tenaga kesehatan atau nakes. Jadi tenaga kesehatan yang pulang ke rumah, terus memaparkan anggota keluarga," sebut Ridwan, kemarin.

Sepanjutnya, ada klaster dari kelompok yang belum jelas sumbernya. Klaster ini disebut penularannya bersifat sporadis yang terjadi di beberapa lokasi keramaian. "Kemudian ketiga adalah (klaster) teman-teman yanh bekerja di gugus tugas, baik gugus Kota Makassar maupun provinsi," sambung dia.

Salah satu klaster yang perlu diwaspadai, yakni klaster nakes. Dimana klaster ini menjadi salah satu penyumbang tingginya angka kasus COVID-19 di Sulsel. "Klaster nakes ini jadi kekhawatiran. Dikhawatirkan ada perluasan di daerah-daerah," sebut dia. Baca Juga : Angka Kesembuhan Pasien Covid-19 di Sulsel Meningkat Signifikan

Dia mencontohkan, di Kabupaten Takalar ada beberapa puskesmas yang tenaga nakesnya mengalami peningkatan jumlah kasus terpapar COVID-19. Begitupula di Jeneponto, yang membuat beberapa puskesmas, dan rumah sakitnya harus ditutup.

"Takalar sudah sempat dua minggu lalu menutup rumah sakitnya dan beberapa puskemas di Jeneponto juga ditutup. Ini tidak terlepas dari pasien-pasien yang datang ke pusat layanan. Dimana awalnya petugas melayani sebagai pasien biasa, ternyata sudah jadi sumber penularan," urai dia.

Potensi keterpaparan petugas nakes tidak hanya terjadi di RS atau puskemas. Namun juga di pusat isolasi program wisata duta COVID-19 yang tersebar di hotel-hotel yang disiapkan Pemprov Sulsel.

"Ini harus diwaspadai teman-teman petugas bahwa kemungkinan penularan bukan terjadi di RS, tetapi pada tempat-tempat karantina petugas kita. Misalnya di hotel, dimana petugas kita secara berkelompok di karantina. Dan ternyata saat karantina ini mereka tidak begitu disiplin menjaga jarak. Kemudian pertukaran protap-protap medis. Ini yang perlu disiplin petugas kita," tandasnya.

Sementara angka kasus baru COVID-19 di Sulsel bertambah sebanyak 199 orang, kemarin. Lalu yang sembuh bertambah 144 orang, dan meninggal 13 orang. Dengan begitu, akumulasi total kasus COVID-19 di Sulsel hingga per tanggal 14 Juli 2020 sudah tercatat 7.300 kasus. Dengan rincian, dari total itu 3.162 sudah dinyatakan sembuh, dan 239 yang meninggal. Sementara masih ada 3.899 orang yang sementara dirawat.

Ridwan mengaku, Kabupaten Bone perlu diwaspadai. Pasalnya di daerah ini terkonfirmasi ada 6 kasus baru positif COVID-19. Padahal selama ini angka kasus positifnya sempat nol hingga kembali mulai melonjak. Baca Lagi : Tekan COVID-19, Jokowi Minta Perjalanan Lintas Wilayah Dikendalikan

"Ini potensi yang mendapat perhatuan serius. Selama ini kasusnya 0 kemudian terjadi lonjakan yang tinggi dari sisi perhitungan angka reproduksinya (Rt) menjadi 4,87. Hal-hal yang perlu dilakukan melakukan tracing kepada kontak erat dari 6 kasus yang terkonfirmasi ini," harap dia.

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas ini juga berharap, kebijakan Pemkot Makassar yang memberlakukan pembatasan perjalanan lintas wilayah bisa memberi kontribusi pada pelandaian kurva pandemi di Sulsel. Diharapkan, minimal seminggu kedepan sudah ada efek dari kebijakan ini.

"Beberapa studi menyatakan bahwa intervensi seperti ini, itu akan memberikan dampak kurang lebih seminggu atau 12 hari setelah intervensi berjalan. Jadi ini diharapkan memberi dampak pelandaian kurva. Tidak serta merta langsung turun, tapu memberikan dampak pada 12 hari kedepan,"pungkas Ridwan.
(sri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1090 seconds (0.1#10.140)