Sekjen KAGAMA: Perubahan Kebiasaan Baru Butuh Paham Sosial-Budaya Masyarakat
Minggu, 12 Juli 2020 - 21:06 WIB
Kemudian yang tak kalah penting juga yaitu, membahas strategi multi jalur. Ari mengatakan bahwa, perubahan perilaku memerlukan kombinasi proses pembudayaan dengan edukasi terus menerus yg dikombinasikan dengan penerapan kerangka sistem yang mengkondisikan perubahan perilaku masyarakat.
"Kerangka sistem ini juga berfungsi untuk memastikan masyarakat disiplin menjalankan tatanan baru. Misalnya kerangka sistem di area publik dan ruang-ruang lain, sehingga ruang pembudayaan itu tersedia dengan baik,"
Narasi Optimis
Saat Covid-19 mewabah di Indonesia, masyarakat dihadapkan pada narasi-narasi ketakutan soal penularan penyakit ini, sampai akhirnya menimbulkan risiko stres hingga penurunan imunitas tubuh.
"Narasi ketakutan itu sebetulnya kontraproduktif. Kalau dibiarkan masyarakat juga akan mengabaikan protokol kesehatan. Nah, ini perlu dicari satu narasi yang menjembatani narasi optimisme tapi disertai dengan kewaspadaan,"
Senada dengan Ari, Ketua IV PP KAGAMA sekaligus Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni UGM, Prof. Paripurna Sugarda, menyampaikan, masyarakat saat ini dituntut untuk tanggap pada cobaan.
Termasuk menguji kemampuan masyarakat dalam memahami situasi, serta mengubah diri sendiri dan orang lain.
"Sebagai kampus terbaik di Indonesia, sudah selayaknya UGM menunjukkan sikap maupun perilaku yang diperlukan dalam tatanan baru ini,"
Parip mengajak seluruh sivitas dan KAGAMA untuk bahu membahu memberi teladan bagi masyarakat, dalam menghadapi berbagai tantangan di masa pandemi Covid-19.
"Kerangka sistem ini juga berfungsi untuk memastikan masyarakat disiplin menjalankan tatanan baru. Misalnya kerangka sistem di area publik dan ruang-ruang lain, sehingga ruang pembudayaan itu tersedia dengan baik,"
Narasi Optimis
Saat Covid-19 mewabah di Indonesia, masyarakat dihadapkan pada narasi-narasi ketakutan soal penularan penyakit ini, sampai akhirnya menimbulkan risiko stres hingga penurunan imunitas tubuh.
"Narasi ketakutan itu sebetulnya kontraproduktif. Kalau dibiarkan masyarakat juga akan mengabaikan protokol kesehatan. Nah, ini perlu dicari satu narasi yang menjembatani narasi optimisme tapi disertai dengan kewaspadaan,"
Senada dengan Ari, Ketua IV PP KAGAMA sekaligus Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni UGM, Prof. Paripurna Sugarda, menyampaikan, masyarakat saat ini dituntut untuk tanggap pada cobaan.
Termasuk menguji kemampuan masyarakat dalam memahami situasi, serta mengubah diri sendiri dan orang lain.
"Sebagai kampus terbaik di Indonesia, sudah selayaknya UGM menunjukkan sikap maupun perilaku yang diperlukan dalam tatanan baru ini,"
Parip mengajak seluruh sivitas dan KAGAMA untuk bahu membahu memberi teladan bagi masyarakat, dalam menghadapi berbagai tantangan di masa pandemi Covid-19.
(nag)
tulis komentar anda