Ini Penyebab 25 Nakes RSUD Moewardi Hasil Rapid Testnya Reaktif
Minggu, 12 Juli 2020 - 13:51 WIB
SEMARANG - Sebanyak 25 tenaga medis baik dokter maupun perawat di RSUD Moewardi Solo reaktif saat dirapid test. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menyebut potensi penularan terhadap puluhan tenaga medis berasal dari luar rumah sakit.
(Baca juga: 3 Bulan, 37 Desa dan Kelurahan di Wajo Teredam Banjir )
"Saya minta dilakukan PCR dan hasilnya belum tahu. Laporan yang masuk, ada 25 tenaga kesehatan yang di-rapid dan ada reaktif. Sekarang kami sedang melakukan tindakan," kata Ganjar, kepada awak media.
Dari hasil pengecekan awal, Ganjar mendapat laporan bahwa diduga penularan COVID-19 di RSUD Moewardi terjadi dari luar rumah sakit. Justru, tenaga medis yang bertugas menangani COVID-19 semuanya aman, karena prosedurnya sangat ketat.
(Baca juga: Pemprov Jatim Minta Kemendagri Kaji Ulang SE Gubernur Bali )
"Dugaannya tertular dari luar, kalau yang menangani COVID-19 malah aman. Tapi yang mesti hari-hati ketika berada di luar. Kalau kemudian dari luar tertular, terus dibawa masuk ke rumah sakit, tidak sadar berhubungan dengan banyak orang, maka potensi itu bisa terjadi," terangnya.
Terhadap kasus itu, Ganjar memastikan bahwa pihaknya sudah mengambil langkah-langkah perbaikan. Selain memperketat penelusuran kontak, rumah sakit juga mengurangi karyawan non medis sebanyak 50 persen serta mengurangi jumlah kunjungan pasien.
"Kami juga meminta kapasitas pendidikan dokter muda dan residen juga dikurangi. Kami minta protokol kesehatan dilakukan makin ketat termasuk membatasi karyawan dan jumlah pengunjung," terangnya.
Terkait langkah yang akan diambil pada 25 tenaga kesehatan di RSUD Moewardi itu, Ganjar masih menungu hasil PCR. (Baca juga: Umat Nasrani Mojokerto Gelar Ibadah dengan Protokol Kesehatan )
"Ini kan dokter semua, sudah pasti paham, apakah nanti dirawat atau diisolasi. Kalau mereka nanti dengan gejala, pasti harus dirawat, tapi kalau tanpa gejala, bisa dilakukan treathment dengan cara-cara yang tepat," terangnya.
Dengan kejadian tenaga kesehatan yang tertular COVID-19, maka masyarakat diminta lebih serius. Bahwa tidak hanya di pemerintahan, masyarakat maupun industri, rumah sakit juga bisa menjadi tempat penularan.
"Maka kenormalan baru itu jangan hanya sekedar diomongkan tanpa kita bisa berdisiplin diri. Sekarang, covid ini menularnya jauh lebih cepat, bahkan ada yang mengatakan itu sudah airbone meskipun harus dipastikan dulu," pungkasnya.
Lihat Juga: Dharma Pongrekun Sebut Pandemi Agenda Terselubung Asing, Ini Alasan Ridwan Kamil Tanya soal Covid-19
(Baca juga: 3 Bulan, 37 Desa dan Kelurahan di Wajo Teredam Banjir )
"Saya minta dilakukan PCR dan hasilnya belum tahu. Laporan yang masuk, ada 25 tenaga kesehatan yang di-rapid dan ada reaktif. Sekarang kami sedang melakukan tindakan," kata Ganjar, kepada awak media.
Dari hasil pengecekan awal, Ganjar mendapat laporan bahwa diduga penularan COVID-19 di RSUD Moewardi terjadi dari luar rumah sakit. Justru, tenaga medis yang bertugas menangani COVID-19 semuanya aman, karena prosedurnya sangat ketat.
(Baca juga: Pemprov Jatim Minta Kemendagri Kaji Ulang SE Gubernur Bali )
"Dugaannya tertular dari luar, kalau yang menangani COVID-19 malah aman. Tapi yang mesti hari-hati ketika berada di luar. Kalau kemudian dari luar tertular, terus dibawa masuk ke rumah sakit, tidak sadar berhubungan dengan banyak orang, maka potensi itu bisa terjadi," terangnya.
Terhadap kasus itu, Ganjar memastikan bahwa pihaknya sudah mengambil langkah-langkah perbaikan. Selain memperketat penelusuran kontak, rumah sakit juga mengurangi karyawan non medis sebanyak 50 persen serta mengurangi jumlah kunjungan pasien.
"Kami juga meminta kapasitas pendidikan dokter muda dan residen juga dikurangi. Kami minta protokol kesehatan dilakukan makin ketat termasuk membatasi karyawan dan jumlah pengunjung," terangnya.
Terkait langkah yang akan diambil pada 25 tenaga kesehatan di RSUD Moewardi itu, Ganjar masih menungu hasil PCR. (Baca juga: Umat Nasrani Mojokerto Gelar Ibadah dengan Protokol Kesehatan )
"Ini kan dokter semua, sudah pasti paham, apakah nanti dirawat atau diisolasi. Kalau mereka nanti dengan gejala, pasti harus dirawat, tapi kalau tanpa gejala, bisa dilakukan treathment dengan cara-cara yang tepat," terangnya.
Dengan kejadian tenaga kesehatan yang tertular COVID-19, maka masyarakat diminta lebih serius. Bahwa tidak hanya di pemerintahan, masyarakat maupun industri, rumah sakit juga bisa menjadi tempat penularan.
"Maka kenormalan baru itu jangan hanya sekedar diomongkan tanpa kita bisa berdisiplin diri. Sekarang, covid ini menularnya jauh lebih cepat, bahkan ada yang mengatakan itu sudah airbone meskipun harus dipastikan dulu," pungkasnya.
Lihat Juga: Dharma Pongrekun Sebut Pandemi Agenda Terselubung Asing, Ini Alasan Ridwan Kamil Tanya soal Covid-19
(eyt)
tulis komentar anda