Pil Pahit Sunda Galuh Pertahankan Hubungan dengan Sriwijaya dan Majapahit
Kamis, 08 Desember 2022 - 05:05 WIB
Dharmawangsa merupakan adik Dewi Laksmi yang merupakan istri Airlangga. Jayabupati bahkan mendapatkan gelar dari Dharmawangsa dari pernikahannya itu. Gelar ini tercatat juga dalam Prasasti Cibadak.
Dalam prasasti itu juga disebutkan bahkan Jayabupati adalah Raja Galuh ke-20. Namun, ada yang menyebutnya yang ke-19. Sedangkan yang ke-20 adalah Darmaraja yang memerintah kerajaan itu, pada 1042-1065.
Hubungan Kerajaan Galuh dengan Sriwijaya sempat serba salah. Peristiwa itu terjadi akibat permusuhan antara Sriwijaya dengan mertuanya Dharmawangsa. Saat itu merupakan masa yang sulit bagi Raja Jayabupati.
Saat permusuhan tersebut memuncak, Jayabupati hanya melihat mertuanya Dharmawangsa dibinasakan oleh Raja Wurawuri atas dukungan Sriwijaya. Jayabupati sebenarnya sudah diberi tahu serangan itu.
Namun, dia tidak berdaya dan harus menelan pil pahit dengan hanya melihat, serta membiarkan mertuanya dihabisi oleh Raja Wurawuri demi mempertahankan Kerajaan Sunda Galuh agar tidak ikut dihancurkan Sriwijaya.
Dalam prasasti Calcutta, peristiwa serangan Raja Wurawuri itu disebut sebagai Pralaya, pada 1019 Masehi. Dari angka prasasti itu, tampak adanya perbedaan tahun dan masa Raja Jayabupati berkuasa.
Tentang adanya perbedaan angka ini, penulis serahkan kepada sidang pembaca untuk menelisik sumber lainnya.
Sementara hubungan Kerajaan Sunda Galuh dengan Majapahit, adalah karena ikatan kekeluargaan. Disebutkan bahwa leluhur pendiri Kerajaan Majapahit Raden Wijaya atau Dyah Wijaya berasal dari Sunda dan Singhasari.
Dalam prasasti itu juga disebutkan bahkan Jayabupati adalah Raja Galuh ke-20. Namun, ada yang menyebutnya yang ke-19. Sedangkan yang ke-20 adalah Darmaraja yang memerintah kerajaan itu, pada 1042-1065.
Baca Juga
Hubungan Kerajaan Galuh dengan Sriwijaya sempat serba salah. Peristiwa itu terjadi akibat permusuhan antara Sriwijaya dengan mertuanya Dharmawangsa. Saat itu merupakan masa yang sulit bagi Raja Jayabupati.
Saat permusuhan tersebut memuncak, Jayabupati hanya melihat mertuanya Dharmawangsa dibinasakan oleh Raja Wurawuri atas dukungan Sriwijaya. Jayabupati sebenarnya sudah diberi tahu serangan itu.
Namun, dia tidak berdaya dan harus menelan pil pahit dengan hanya melihat, serta membiarkan mertuanya dihabisi oleh Raja Wurawuri demi mempertahankan Kerajaan Sunda Galuh agar tidak ikut dihancurkan Sriwijaya.
Dalam prasasti Calcutta, peristiwa serangan Raja Wurawuri itu disebut sebagai Pralaya, pada 1019 Masehi. Dari angka prasasti itu, tampak adanya perbedaan tahun dan masa Raja Jayabupati berkuasa.
Tentang adanya perbedaan angka ini, penulis serahkan kepada sidang pembaca untuk menelisik sumber lainnya.
Sementara hubungan Kerajaan Sunda Galuh dengan Majapahit, adalah karena ikatan kekeluargaan. Disebutkan bahwa leluhur pendiri Kerajaan Majapahit Raden Wijaya atau Dyah Wijaya berasal dari Sunda dan Singhasari.
tulis komentar anda