Sosok Ini yang Membujuk Pangeran Diponegoro Mau Bertemu Belanda
Sabtu, 12 November 2022 - 07:43 WIB
Baca Juga
Pertahanan diri Pangeran Diponegoro akhirnya pupus setelah seorang kawan lamanya, yang juga penghulu pangeran, Kiai Pekih Ibrahim membujuknya.
Sang tokoh agama ini diutus untuk bertemu Cleerens dan mengundang Pangeran Diponegoro di Remokamal, hulu Kali Cingcingguling pada Selasa 16 Februari 1830.
Belanda telah menyiapkan penyambutan sang pangeran dengan meminta kain hitam yang cukup bagi sekitar 400 prajurit, uang tunai 200 gulden, satu payung emas kebesaran untuk menandai kepulangan status Pangeran Diponegoro sebagai Sultan.
Dua pasang gunting cukur untuk keperluan dirinya dan para prajurit pangeran juga telah disiapkan.
Pertemuan antara Pangeran Diponegoro dengan sang Cleerens pada 16 Februari 1830 di Remokamal terlaksana. Pertemuan keduanya berlangsung cukup lancar dan akrab, namun dalam negosiasi ini tidak ada satu pasal persyaratan pun yang disepakati kedua belah pihak.
Sang pangeran datang dengan sejumlah pengawal dan panglima tentaranya, Kiai Ageng Bondoyudo, dan berada di depan untuk menolak bala.
Cleerens datang terlambat tetapi memberlakukan Pangeran Diponegoro dengan penuh hormat. Ia turun dari kuda di tempat yang agak jauh dari pesanggrahan dan berjalan kaki sambil melepaskan topi kavalerinya, meski di tengah terik matahari.
Pertemuan keduanya dalam suasana akrab, keduanya bertukar lelucon, sang pangeran bahkan mengatakan ia tidak minta disambut dengan tembakan kehormatan salvo dari Belanda, karena selama perang Belanda telah melepaskan lebih dari 100.000 kali tembakan untuk menghormatinya.
Sang pangeran dibujuk oleh Cleerens agar ikut bersamanya meneruskan perjalanan dan menunggu di Menoreh, daerah kekuasan Belanda yang kuat di pegunungan perbatasan antara Bagelen dan Kedu.
tulis komentar anda