Sosok Ini yang Membujuk Pangeran Diponegoro Mau Bertemu Belanda
Sabtu, 12 November 2022 - 07:43 WIB
Kedatangan Pangeran Diponegoro disambut di mana-mana oleh penduduk yang menyambutnya, rombongan Pangeran Diponegoro bahkan menjadi dua kali lipat, hingga 700 orang pada saat tiba di Menoreh.
Pangeran juga mendapat perawatan dari seorang dokter militer Belanda karena demam malaria yang dideritanya saat ia bersiap-siap memasuki bulan puasa. Sang pangeran menginap 15 hari di garnisun kota sebelum berangkat ke Magelang pada 8 Maret.
Di Menoreh muncul isu yang kemudian berdampak panjang baik bagi Pangeran Diponegoro maupun tuan rumah.
Hal ini berkenaan dengan anggapan Diponegoro tentang janji Cleerens kepadanya perihal perundingan yang bakal digelar dengan De Kock nantinya.
Janji itu yakni jika mereka tidak sampai pada titik temu kesepakatan, maka pangeran diizinkan untuk pulang dengan tenang ke Bagelen.
Tetapi yang terjadi tak demikian, sang pangeran ditangkap. Setelah ditangkap di Magelang, sang pangeran mendiskusikan isu ini panjang lebar dengan opsir Belanda yang mengawalnya, Kapten Roeps.
Kepada sang opsir, ia mendapat kesan jika kesepakatan tidak dapat dicapai dengan De Kock, orang-orang itu seharusnya membiarkan dia pergi tanpa hambatan ke pegunungan.
Di sisi lain Cleerens menegaskan tak ada satu pun dari surat-suratnya yang memberi janji-janji tertulis kepada Pangeran Diponegoro. Meski tentu ia berusaha keras untuk meyakinkan pangeran, bahwa ia sendiri pribadi bertanggung jawab atas keselamatan Pangeran Diponegoro.
Sambil mengulangi janji De Kock, tentang jaminan keamanan bahwa pangeran tidak akan diapa-apakan, ia memperlakukan pangeran dengan segala hormat, menyapanya sebagai sultan dan berbicara langsung dengan bahasa Melayu tidak lewat penerjemah.
Pangeran juga mendapat perawatan dari seorang dokter militer Belanda karena demam malaria yang dideritanya saat ia bersiap-siap memasuki bulan puasa. Sang pangeran menginap 15 hari di garnisun kota sebelum berangkat ke Magelang pada 8 Maret.
Di Menoreh muncul isu yang kemudian berdampak panjang baik bagi Pangeran Diponegoro maupun tuan rumah.
Hal ini berkenaan dengan anggapan Diponegoro tentang janji Cleerens kepadanya perihal perundingan yang bakal digelar dengan De Kock nantinya.
Janji itu yakni jika mereka tidak sampai pada titik temu kesepakatan, maka pangeran diizinkan untuk pulang dengan tenang ke Bagelen.
Tetapi yang terjadi tak demikian, sang pangeran ditangkap. Setelah ditangkap di Magelang, sang pangeran mendiskusikan isu ini panjang lebar dengan opsir Belanda yang mengawalnya, Kapten Roeps.
Kepada sang opsir, ia mendapat kesan jika kesepakatan tidak dapat dicapai dengan De Kock, orang-orang itu seharusnya membiarkan dia pergi tanpa hambatan ke pegunungan.
Di sisi lain Cleerens menegaskan tak ada satu pun dari surat-suratnya yang memberi janji-janji tertulis kepada Pangeran Diponegoro. Meski tentu ia berusaha keras untuk meyakinkan pangeran, bahwa ia sendiri pribadi bertanggung jawab atas keselamatan Pangeran Diponegoro.
Sambil mengulangi janji De Kock, tentang jaminan keamanan bahwa pangeran tidak akan diapa-apakan, ia memperlakukan pangeran dengan segala hormat, menyapanya sebagai sultan dan berbicara langsung dengan bahasa Melayu tidak lewat penerjemah.
(shf)
tulis komentar anda