Keris Kyai Carubuk, Pusaka Sakti yang Kalahkan Kesaktian Kyai Setan Kober Arya Panangsang
Selasa, 04 Oktober 2022 - 05:03 WIB
JAKARTA - Kesaktian Keris Kyai Carubuk, konon mengalahkan kesaktian Keris Kiai Setan Kober. Hal ini terbukti, Jaka Tingkir yang menggunakan Keris Kyai Carubu menang saat bertarung melawan Arya Penangsang yang menggunakan Keris Kiai Setan Kober.
Keris Kyai Carubuk itu sendiri bukan milik Jaka Tingkir, tapi warisan pendahulu yang juga gurunya, yakni Raden Sahid atau Sunan Kalijaga. Karena itu, menjelang akhir hayatnya, Jaka Tingkir mengembalikan senjata sakti itu ke pemiliknya, dengan menempatkannya di makam Sunan Kalijaga.
Saat ritual menyimpan keris itu di makam Sunan Kalijaga, Jaka Tingkir menyampaikan pesan kepada anak dan cucunya agar kelak tak seorang pun yang melihat wujud dari keris tersebut. Kalaupun ada yang menjamah atau menyentuhnya, harus dengan mata terpejam.
Pada kesempatan itu, konon Jaka Tingkir juga menyampaikan bahwa kelak jika memang keris ini diperlukan dalam urusan kenegaraan, maka keris sakti itu akan datang sendiri kepada pemimpin yang dikehendakinya.
Karena itu berkembang keyakinan bahwa Keris Kyai Carubuk merupakan manifestasi dari pulung atau restu sang pencipta. Jika seseorang didatangi keris itu dalam mimpinya, itu pratanda ia bakal menjadi pimpinan sebuah negara.
Nah, seperti apa kisah Keris Kyai Carubuk ini? Dihimpun dari berbagai sumber, Keris Kyai Carubuk berawal dari keinginan Sunan Kalijaga untuk memiliki pisau penyembelih hewan kurban.
Kala itu, menurut cerita yang berkembang di kalangan masyarakat, Sunan Kalijaga meminta tolong kepada sahabatnya Mpu Supa Mandragi. Dia meminta agar dibuatkan sebilah pisau yang akan digunakan untuk menyembelih kambing.
Untuk material pembuatan pisau tersebut Sunan Kalijaga membawa sendiri bahannya berupa biji besi. Namun, yang membuat Mpu Supa bingung, biji besi yang dibawa sahabatnya itu ukurannya hanya sebesar biji asam jawa. Bagaimana mungkin, besi seukuran biji asam itu bisa dibuat pisau untuk menyembelih hewan.
Yang membuat Mpu Supa lebih terkejut lagi, saat menerima biji besi tersebut, ternyata bobotnya sangat berat, suatu yang tidak wajar. Menghadapi kenyataan aneh ini, sang pandai besi merasa galau, cemas, bahkan takut tidak bisa memenuhi permintaan sahabatnya.
Keris Kyai Carubuk itu sendiri bukan milik Jaka Tingkir, tapi warisan pendahulu yang juga gurunya, yakni Raden Sahid atau Sunan Kalijaga. Karena itu, menjelang akhir hayatnya, Jaka Tingkir mengembalikan senjata sakti itu ke pemiliknya, dengan menempatkannya di makam Sunan Kalijaga.
Saat ritual menyimpan keris itu di makam Sunan Kalijaga, Jaka Tingkir menyampaikan pesan kepada anak dan cucunya agar kelak tak seorang pun yang melihat wujud dari keris tersebut. Kalaupun ada yang menjamah atau menyentuhnya, harus dengan mata terpejam.
Pada kesempatan itu, konon Jaka Tingkir juga menyampaikan bahwa kelak jika memang keris ini diperlukan dalam urusan kenegaraan, maka keris sakti itu akan datang sendiri kepada pemimpin yang dikehendakinya.
Karena itu berkembang keyakinan bahwa Keris Kyai Carubuk merupakan manifestasi dari pulung atau restu sang pencipta. Jika seseorang didatangi keris itu dalam mimpinya, itu pratanda ia bakal menjadi pimpinan sebuah negara.
Nah, seperti apa kisah Keris Kyai Carubuk ini? Dihimpun dari berbagai sumber, Keris Kyai Carubuk berawal dari keinginan Sunan Kalijaga untuk memiliki pisau penyembelih hewan kurban.
Kala itu, menurut cerita yang berkembang di kalangan masyarakat, Sunan Kalijaga meminta tolong kepada sahabatnya Mpu Supa Mandragi. Dia meminta agar dibuatkan sebilah pisau yang akan digunakan untuk menyembelih kambing.
Untuk material pembuatan pisau tersebut Sunan Kalijaga membawa sendiri bahannya berupa biji besi. Namun, yang membuat Mpu Supa bingung, biji besi yang dibawa sahabatnya itu ukurannya hanya sebesar biji asam jawa. Bagaimana mungkin, besi seukuran biji asam itu bisa dibuat pisau untuk menyembelih hewan.
Yang membuat Mpu Supa lebih terkejut lagi, saat menerima biji besi tersebut, ternyata bobotnya sangat berat, suatu yang tidak wajar. Menghadapi kenyataan aneh ini, sang pandai besi merasa galau, cemas, bahkan takut tidak bisa memenuhi permintaan sahabatnya.
tulis komentar anda