Keris Kyai Carubuk, Pusaka Sakti yang Kalahkan Kesaktian Kyai Setan Kober Arya Panangsang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kesaktian Keris Kyai Carubuk, konon mengalahkan kesaktian Keris Kiai Setan Kober. Hal ini terbukti, Jaka Tingkir yang menggunakan Keris Kyai Carubu menang saat bertarung melawan Arya Penangsang yang menggunakan Keris Kiai Setan Kober.
Keris Kyai Carubuk itu sendiri bukan milik Jaka Tingkir, tapi warisan pendahulu yang juga gurunya, yakni Raden Sahid atau Sunan Kalijaga. Karena itu, menjelang akhir hayatnya, Jaka Tingkir mengembalikan senjata sakti itu ke pemiliknya, dengan menempatkannya di makam Sunan Kalijaga.
Saat ritual menyimpan keris itu di makam Sunan Kalijaga, Jaka Tingkir menyampaikan pesan kepada anak dan cucunya agar kelak tak seorang pun yang melihat wujud dari keris tersebut. Kalaupun ada yang menjamah atau menyentuhnya, harus dengan mata terpejam.
Pada kesempatan itu, konon Jaka Tingkir juga menyampaikan bahwa kelak jika memang keris ini diperlukan dalam urusan kenegaraan, maka keris sakti itu akan datang sendiri kepada pemimpin yang dikehendakinya.
Karena itu berkembang keyakinan bahwa Keris Kyai Carubuk merupakan manifestasi dari pulung atau restu sang pencipta. Jika seseorang didatangi keris itu dalam mimpinya, itu pratanda ia bakal menjadi pimpinan sebuah negara.
Nah, seperti apa kisah Keris Kyai Carubuk ini? Dihimpun dari berbagai sumber, Keris Kyai Carubuk berawal dari keinginan Sunan Kalijaga untuk memiliki pisau penyembelih hewan kurban.
Kala itu, menurut cerita yang berkembang di kalangan masyarakat, Sunan Kalijaga meminta tolong kepada sahabatnya Mpu Supa Mandragi. Dia meminta agar dibuatkan sebilah pisau yang akan digunakan untuk menyembelih kambing.
Untuk material pembuatan pisau tersebut Sunan Kalijaga membawa sendiri bahannya berupa biji besi. Namun, yang membuat Mpu Supa bingung, biji besi yang dibawa sahabatnya itu ukurannya hanya sebesar biji asam jawa. Bagaimana mungkin, besi seukuran biji asam itu bisa dibuat pisau untuk menyembelih hewan.
Yang membuat Mpu Supa lebih terkejut lagi, saat menerima biji besi tersebut, ternyata bobotnya sangat berat, suatu yang tidak wajar. Menghadapi kenyataan aneh ini, sang pandai besi merasa galau, cemas, bahkan takut tidak bisa memenuhi permintaan sahabatnya.
Sunan yang membaca kegelisahan hati sahabatnya itu langsung meyakinkannya bahwa besi bakal pisau tersebut, hanya ukurannya saja yang kecil tetapi sebenarnya besar seperti gunung. Ucapan Suanan seketika membuat mata Mpu Supa terbuka. Ia melihat beji besi seukuran biji asam tersebut sungguh sebesar gunung.
Keanehan itu pun membuatnya bertambah takut. Namun perlahan sang mpu menyadari bahwa sahabatnya itu merupakan seorang wali yang dikasihi sang pencipta kehidupan. Kesadaran ini perlahan membuat Mpu Supa dapat mengendalikan perasan gugupnya dan meminta penuntunan hidup kepada Sunan Kalijaga menuju keyakinan yang hakiki.
Setelah tantangan itu dilewatinya, Mpu Supa menyatakan sanggup untuk mengerjakan pesanan sahabatnya itu. Sunan pun pamit pulang usai mendengar sahabatnya menyanggupi.
Konon, setelah memesan dibuatkan pisau, Sunan Kalijaga sempat lupa kalau dirinya pernah memesan sebilah pisau pada Mpu Supa. Mpu Supa pun tidak diberi batas waktu kapan dia harus menyelesaikan pekerjaan itu. Beberapa tahun kemudian, saat Sunan Kalijaga ingat akan pesanannya, ia kembali menemui Mpu Supa dan menanyakan hasilnya.
Ketika bertemu Mpu Supa, giliran Sunan yang terkejut. Ia terkejut saat pesanan itu diberikan kepadanya. Bagaimana tidak, pisau pesanannya itu berwujud sebilah keris yang indah dan memiliki pawakan wujud dengan karisma tinggi. Sunan tak pernah membayangkan hasilnya bakal seindah itu.
Karena suka citanya yang begitu besar, Sunan Kalijaga meneteskan air mata seraya memeluk Mpu Supa. Keris dengan luk 7 tersebut dinamainya Keris Kyai Carubuk. Keris ini menjadi senjata pusaka milik Sunan Kalijaga. Sunan menggunakan senjata ini dalam berbagai pertempuran yang dia hadapi.
Carubuk sendiri memiliki arti "bagaikan bumi". Keris Pusaka Kyai Carubuk memiliki filosofi agar manusia bisa menerima segala situasi, baik yang dia suka maupun tidak suka, dengan lapang dada.
Kata Carubuk juga bisa dimaknai sebagai "ceroboh" dan terburu-buru. Keris ini konon bisa membuat lawan tergesa-gesa dan ceroboh dalam bertarung.
Keris Kyai Carubuk kemudian dihadiahkan kepada Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir yang tidak lain adalah muridnya sendiri. Keris ini menjadi senjata sakti yang mengantar Jaka Tingkir menuju tampuk kekuasaan sebagai Raja Pajang. Keris Kyai Carubuk digunakan Jaka Tingkir dalm pertempuran melawan Arya Penangsang yang menggunakan Keris Kiai Setan Kober.
Keris Kyai Carubuk itu sendiri bukan milik Jaka Tingkir, tapi warisan pendahulu yang juga gurunya, yakni Raden Sahid atau Sunan Kalijaga. Karena itu, menjelang akhir hayatnya, Jaka Tingkir mengembalikan senjata sakti itu ke pemiliknya, dengan menempatkannya di makam Sunan Kalijaga.
Saat ritual menyimpan keris itu di makam Sunan Kalijaga, Jaka Tingkir menyampaikan pesan kepada anak dan cucunya agar kelak tak seorang pun yang melihat wujud dari keris tersebut. Kalaupun ada yang menjamah atau menyentuhnya, harus dengan mata terpejam.
Pada kesempatan itu, konon Jaka Tingkir juga menyampaikan bahwa kelak jika memang keris ini diperlukan dalam urusan kenegaraan, maka keris sakti itu akan datang sendiri kepada pemimpin yang dikehendakinya.
Karena itu berkembang keyakinan bahwa Keris Kyai Carubuk merupakan manifestasi dari pulung atau restu sang pencipta. Jika seseorang didatangi keris itu dalam mimpinya, itu pratanda ia bakal menjadi pimpinan sebuah negara.
Nah, seperti apa kisah Keris Kyai Carubuk ini? Dihimpun dari berbagai sumber, Keris Kyai Carubuk berawal dari keinginan Sunan Kalijaga untuk memiliki pisau penyembelih hewan kurban.
Kala itu, menurut cerita yang berkembang di kalangan masyarakat, Sunan Kalijaga meminta tolong kepada sahabatnya Mpu Supa Mandragi. Dia meminta agar dibuatkan sebilah pisau yang akan digunakan untuk menyembelih kambing.
Untuk material pembuatan pisau tersebut Sunan Kalijaga membawa sendiri bahannya berupa biji besi. Namun, yang membuat Mpu Supa bingung, biji besi yang dibawa sahabatnya itu ukurannya hanya sebesar biji asam jawa. Bagaimana mungkin, besi seukuran biji asam itu bisa dibuat pisau untuk menyembelih hewan.
Yang membuat Mpu Supa lebih terkejut lagi, saat menerima biji besi tersebut, ternyata bobotnya sangat berat, suatu yang tidak wajar. Menghadapi kenyataan aneh ini, sang pandai besi merasa galau, cemas, bahkan takut tidak bisa memenuhi permintaan sahabatnya.
Sunan yang membaca kegelisahan hati sahabatnya itu langsung meyakinkannya bahwa besi bakal pisau tersebut, hanya ukurannya saja yang kecil tetapi sebenarnya besar seperti gunung. Ucapan Suanan seketika membuat mata Mpu Supa terbuka. Ia melihat beji besi seukuran biji asam tersebut sungguh sebesar gunung.
Keanehan itu pun membuatnya bertambah takut. Namun perlahan sang mpu menyadari bahwa sahabatnya itu merupakan seorang wali yang dikasihi sang pencipta kehidupan. Kesadaran ini perlahan membuat Mpu Supa dapat mengendalikan perasan gugupnya dan meminta penuntunan hidup kepada Sunan Kalijaga menuju keyakinan yang hakiki.
Setelah tantangan itu dilewatinya, Mpu Supa menyatakan sanggup untuk mengerjakan pesanan sahabatnya itu. Sunan pun pamit pulang usai mendengar sahabatnya menyanggupi.
Konon, setelah memesan dibuatkan pisau, Sunan Kalijaga sempat lupa kalau dirinya pernah memesan sebilah pisau pada Mpu Supa. Mpu Supa pun tidak diberi batas waktu kapan dia harus menyelesaikan pekerjaan itu. Beberapa tahun kemudian, saat Sunan Kalijaga ingat akan pesanannya, ia kembali menemui Mpu Supa dan menanyakan hasilnya.
Ketika bertemu Mpu Supa, giliran Sunan yang terkejut. Ia terkejut saat pesanan itu diberikan kepadanya. Bagaimana tidak, pisau pesanannya itu berwujud sebilah keris yang indah dan memiliki pawakan wujud dengan karisma tinggi. Sunan tak pernah membayangkan hasilnya bakal seindah itu.
Karena suka citanya yang begitu besar, Sunan Kalijaga meneteskan air mata seraya memeluk Mpu Supa. Keris dengan luk 7 tersebut dinamainya Keris Kyai Carubuk. Keris ini menjadi senjata pusaka milik Sunan Kalijaga. Sunan menggunakan senjata ini dalam berbagai pertempuran yang dia hadapi.
Carubuk sendiri memiliki arti "bagaikan bumi". Keris Pusaka Kyai Carubuk memiliki filosofi agar manusia bisa menerima segala situasi, baik yang dia suka maupun tidak suka, dengan lapang dada.
Kata Carubuk juga bisa dimaknai sebagai "ceroboh" dan terburu-buru. Keris ini konon bisa membuat lawan tergesa-gesa dan ceroboh dalam bertarung.
Keris Kyai Carubuk kemudian dihadiahkan kepada Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir yang tidak lain adalah muridnya sendiri. Keris ini menjadi senjata sakti yang mengantar Jaka Tingkir menuju tampuk kekuasaan sebagai Raja Pajang. Keris Kyai Carubuk digunakan Jaka Tingkir dalm pertempuran melawan Arya Penangsang yang menggunakan Keris Kiai Setan Kober.
(don)