Konspirasi Amangkurat I, Izinkan Belanda Bangun Benteng di Mataram Picu Pemberontakan
Jum'at, 16 September 2022 - 08:35 WIB
Keluarga dekatnya juga turut menjadi korban. Pada 1659, Amangkurat I memerintahkan Pangeran Pekik, ayah mertuanya, beserta keluarganya dibunuh. Hal ini disebabkan karena Pangeran Pekik berani mengambil seorang gadis yang bernama Rara Oyi, yang hendak dijadikan sebagai selirnya, untuk dinikahkan pada Raden Mas Rahmat. Pangeran Purbaya, pamannya, hampir saja menjadi korban pembunuhan ketika ia diselamatkan oleh ibunya Amangkurat I.
Namun pada saat terjadi pertempuran di pusat Ibukota Kerajaan Mataram, Amangkurat I menderita luka-luka dan dilarikan oleh putranya ke Tegalwangi dan meninggal dunia di sana.
Amangkurat II pun menggantikan ayahnya memimpin Mataram (1677-1703 M). Ternyata di bawah pemerintahannya, Mataram menjadi semakin rapuh sehingga wilayah yang dikuasainya semakin sempit karena sudah dikuasai oleh Belanda. Karena merasa bosan tinggal di ibu kota kerajaan, akhirnya Amengkurat II kemudian mendirikan sebuah ibu kota baru di Desa Wonokerto yang diberi nama Kartasura.
Di Kartasura, Amengkurat II menjalankan pemerintahannya dengan sisa-sisa Kerajaan Mataram dan meninggal di sana pada tahun 1703 M. Setelah Amengkurat II meninggal, Kerajaan Mataram menjadi semakin suram dan sudah tidak mungkin untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang telah direbut oleh Belanda.
Naik menggantikan Amengkurat II, Sunan Mas (Sunan Amengkurat III) menuruni sifat kakeknya yang sangat menentang kegiatan VOC. Karena mendapat pertentangan dari Amengkurat III, VOC tidak menyetujui pengangkatan Sunan Amengkurat III sebagai Raja Mataram sehingga VOC mengangkat Pangeran Puger yang merupakan adik dari Amangkurat II (Paku Buwono I) sebagai calon raja tandingan.
Maka pecahlah perang saudara (memperebutkan mahkota I) antara Amangkurat III dengan Pangeran Puger dan akhirnya dimenangkan oleh Pangeran Puger. Pada tahun 1704, Pangeran Puger dinobatkan sebagai Raja Mataram dengan gelar Sunan Paku Buwono I.
Amangkurat I meninggal tahun 1677 M di Wanayasa, suatu desa di Banyumas utara dan berwasiat agar dimakamkan di dekat gurunya. Lokasinya kini ada di Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal. Karena tanahnya berbau harum, daerah tempat Amangkurat I dimakamkan dijuluki Tegalarum atau Tegalwangi.
Sumber: Okezone/diolah dari berbagai sumber
Namun pada saat terjadi pertempuran di pusat Ibukota Kerajaan Mataram, Amangkurat I menderita luka-luka dan dilarikan oleh putranya ke Tegalwangi dan meninggal dunia di sana.
Amangkurat II pun menggantikan ayahnya memimpin Mataram (1677-1703 M). Ternyata di bawah pemerintahannya, Mataram menjadi semakin rapuh sehingga wilayah yang dikuasainya semakin sempit karena sudah dikuasai oleh Belanda. Karena merasa bosan tinggal di ibu kota kerajaan, akhirnya Amengkurat II kemudian mendirikan sebuah ibu kota baru di Desa Wonokerto yang diberi nama Kartasura.
Di Kartasura, Amengkurat II menjalankan pemerintahannya dengan sisa-sisa Kerajaan Mataram dan meninggal di sana pada tahun 1703 M. Setelah Amengkurat II meninggal, Kerajaan Mataram menjadi semakin suram dan sudah tidak mungkin untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang telah direbut oleh Belanda.
Naik menggantikan Amengkurat II, Sunan Mas (Sunan Amengkurat III) menuruni sifat kakeknya yang sangat menentang kegiatan VOC. Karena mendapat pertentangan dari Amengkurat III, VOC tidak menyetujui pengangkatan Sunan Amengkurat III sebagai Raja Mataram sehingga VOC mengangkat Pangeran Puger yang merupakan adik dari Amangkurat II (Paku Buwono I) sebagai calon raja tandingan.
Maka pecahlah perang saudara (memperebutkan mahkota I) antara Amangkurat III dengan Pangeran Puger dan akhirnya dimenangkan oleh Pangeran Puger. Pada tahun 1704, Pangeran Puger dinobatkan sebagai Raja Mataram dengan gelar Sunan Paku Buwono I.
Amangkurat I meninggal tahun 1677 M di Wanayasa, suatu desa di Banyumas utara dan berwasiat agar dimakamkan di dekat gurunya. Lokasinya kini ada di Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal. Karena tanahnya berbau harum, daerah tempat Amangkurat I dimakamkan dijuluki Tegalarum atau Tegalwangi.
Sumber: Okezone/diolah dari berbagai sumber
(nic)
tulis komentar anda