Mahasiswa Masih Ngotot Tolak TKA China Masuk ke Konawe
Rabu, 01 Juli 2020 - 14:04 WIB
KONAWE - Puluhan mahasiswa yang mengatasnamakan Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah Kendari mendatangi kantor Dinas Tenaga Kerja Sulawesi Tenggara.
Mereka menolak kehadiran ratusan Tenaga Kerja Asing (TKA) China gelombang kedua ke wilayah Konawe, Sulawesi Tenggara, Rabu siang 1 Juli 2020.
Mahasiswa meminta agar dinas tenaga kerja juga dapat melakukan pengecekan di lapangan terkait tenaga kerja yang datang, apakah benar tenaga kerja ahli atukan hanya tenaga buruh kasar. (BACA JUGA: 105 TKA China Lolos Dari Hadangan Massa di Bandara Haluoleo)
Mahasiswa mempertanyakan legalitas dan jabatan yang dimiliki oleh ratusan TKA China yang telah tiba di Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, untuk bekerja di perusahaan asing, pabrik pemurnian nikel.
Mahasiswa mendesak agar Dinas Tenaga Kerja transparans terkait kualifikasi dan kualitas keahlian tenaga kerja asing.
"Mahasiswa juga meminta kepada Gubernur Alimazi untuk memanfaatkan tenaga kerja lokal yang ada jangan hanya mementingkan investasi yang merugikan masyarakat lokal," kata Anis Mulsaban selaku kordinator aksi.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Sulawesi Tenggara Saimu Alwi menjelaskan, pihaknya sebelumnya telah menerima laporan dari Kementerian Tenaga Kerja terkait masuknya 500 TKA China ke wilayah Konawe, Sulawesi Tenggara.
"Pada tanggal 7 April 2020 Kementrian Tenaga Kerja telah mengeluarkan surat rencana penggunaan tenaga kerja asing RPTKA yang kemudian di tembuskan ke Dinas Tenaga Kerja Sulawesi Tenggara. Dengan begitu dokumen untuk ketenagakerjaan telah tuntas," katanya. (BACA JUGA: Pasutri di Karimun Dapat Kado SIM Gratis dari Polres Karimun)
Pada gelombang pertama 156 TKA China telah masuk ke Sulawesi Tenggara yang kemudian disusul dengan gelombang ke 2 pada Selasa kemarin dengan jumlah 105 TKA China. Hingga total TKA China yang masuk hingga saat ini berjumlah 261 orang.
Saat ini kurang lebih ada 11.000 tenaga kerja lokal dan 700 tenaga kerja asing yang bekerja di dua perusahaan pemurnian nikel asal China yakni PT VDNI dan PT OSS.
Mereka menolak kehadiran ratusan Tenaga Kerja Asing (TKA) China gelombang kedua ke wilayah Konawe, Sulawesi Tenggara, Rabu siang 1 Juli 2020.
Mahasiswa meminta agar dinas tenaga kerja juga dapat melakukan pengecekan di lapangan terkait tenaga kerja yang datang, apakah benar tenaga kerja ahli atukan hanya tenaga buruh kasar. (BACA JUGA: 105 TKA China Lolos Dari Hadangan Massa di Bandara Haluoleo)
Mahasiswa mempertanyakan legalitas dan jabatan yang dimiliki oleh ratusan TKA China yang telah tiba di Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, untuk bekerja di perusahaan asing, pabrik pemurnian nikel.
Mahasiswa mendesak agar Dinas Tenaga Kerja transparans terkait kualifikasi dan kualitas keahlian tenaga kerja asing.
"Mahasiswa juga meminta kepada Gubernur Alimazi untuk memanfaatkan tenaga kerja lokal yang ada jangan hanya mementingkan investasi yang merugikan masyarakat lokal," kata Anis Mulsaban selaku kordinator aksi.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Sulawesi Tenggara Saimu Alwi menjelaskan, pihaknya sebelumnya telah menerima laporan dari Kementerian Tenaga Kerja terkait masuknya 500 TKA China ke wilayah Konawe, Sulawesi Tenggara.
"Pada tanggal 7 April 2020 Kementrian Tenaga Kerja telah mengeluarkan surat rencana penggunaan tenaga kerja asing RPTKA yang kemudian di tembuskan ke Dinas Tenaga Kerja Sulawesi Tenggara. Dengan begitu dokumen untuk ketenagakerjaan telah tuntas," katanya. (BACA JUGA: Pasutri di Karimun Dapat Kado SIM Gratis dari Polres Karimun)
Pada gelombang pertama 156 TKA China telah masuk ke Sulawesi Tenggara yang kemudian disusul dengan gelombang ke 2 pada Selasa kemarin dengan jumlah 105 TKA China. Hingga total TKA China yang masuk hingga saat ini berjumlah 261 orang.
Saat ini kurang lebih ada 11.000 tenaga kerja lokal dan 700 tenaga kerja asing yang bekerja di dua perusahaan pemurnian nikel asal China yakni PT VDNI dan PT OSS.
(vit)
tulis komentar anda