Kisah Siasat Raja Mataram Utus Wanita Cantik untuk Taklukkan Madiun
Senin, 15 Agustus 2022 - 04:52 WIB
Perang tanding terjadi antara Panembahan Senopati, dengan Raden Ayu Retno Djumilah dilakukan di sekitar sendang di dekat istana Kabupaten Wonorejo (Madiun). Pusaka Tundung Madiun berhasil direbut oleh Panembahan Senopati, dan melalui bujuk rayunya, Raden Ayu Retno Djumilah dipersunting oleh Panembahan Senopati.
Raden Ayu Retno Djumilah akhirnya diboyong ke istana Mataram di Plered (Jogjakarta). Sebagai peringatan penguasaan Mataram atas Purbaya tersebut, maka pada hari Jumat Legi tanggal 16 November 1590 Masehi nama Purbaya diganti menjadi Madiun.
Sebelum Panembahan Senopati menakhlukkan Madiun, dalam bukunya Peri Mardiono menyebutkan, Panembahan Senopati mengerahkan pasukan Kerajaan Mataram secara besar-besaran, untuk menaklukkan Jawa bagian timur.
Pasukan Kerajaan Mataram itu, bergerak menuju Surabaya, melalui Blora. Pasukan besar itu, sempat beristirahat di wilayah Jipang. Pergerakan pasukan besar dari Mataram ini, sudah diketahui oleh telik sandi Surabaya. Adipati Surabaya, dengan cekatan mempersiapkan kekuatan terbesarnya, untuk menghadapi serangan dari Kerajaan Mataram.
Adipati Surabaya mengumpulkan seluruh bupati yang ada di bawahnya, mulai Bupati Tuban, Lamongan, Gresik, Lumajang, Kertasana, Malang, Pasuruan, Kediri, Blitar, Pringgabaya, Lasem, Madura, Sumenep, Pakacangan, dan Pragunan.
Ekspansi Panembahan Senopati ke Surabaya ini juga melibatkan Sunan Giri. Hal ini bertujuan agar Sunan Giri bisa memberikan andil untuk menghindari pertumpahan darah lebih hebat. Alhasil Surabaya bisa ditaklukkan dan mengakui kedaulatan Mataram.
Setelah berhasil membuat Surabaya tunduk, Panembahan Senopati kemudian bergerak menuju Madiun dengan bala tentaranya. Di sana ia berusaha menduduki Madiun. Meski sempat kalah jumlah prajurit, Mataram akhirnya mampu menguasai Madiun dengan siasat jitu.
Kemudian Mataram bisa langsung mencaplok wilayah Pasuruan, Kediri, dan Ponorogo. Tetapi, pengerahan pasukan besar-besaran oleh Panembahan Senopati ke wilayah Jawa bagian timur ini, gagal menaklukkan Blambangan, Panarukan, dan Bali. Ketiga wilayah itu masih tetap menjadi sebuah wilayah merdeka.
Baca Juga
Raden Ayu Retno Djumilah akhirnya diboyong ke istana Mataram di Plered (Jogjakarta). Sebagai peringatan penguasaan Mataram atas Purbaya tersebut, maka pada hari Jumat Legi tanggal 16 November 1590 Masehi nama Purbaya diganti menjadi Madiun.
Sebelum Panembahan Senopati menakhlukkan Madiun, dalam bukunya Peri Mardiono menyebutkan, Panembahan Senopati mengerahkan pasukan Kerajaan Mataram secara besar-besaran, untuk menaklukkan Jawa bagian timur.
Pasukan Kerajaan Mataram itu, bergerak menuju Surabaya, melalui Blora. Pasukan besar itu, sempat beristirahat di wilayah Jipang. Pergerakan pasukan besar dari Mataram ini, sudah diketahui oleh telik sandi Surabaya. Adipati Surabaya, dengan cekatan mempersiapkan kekuatan terbesarnya, untuk menghadapi serangan dari Kerajaan Mataram.
Adipati Surabaya mengumpulkan seluruh bupati yang ada di bawahnya, mulai Bupati Tuban, Lamongan, Gresik, Lumajang, Kertasana, Malang, Pasuruan, Kediri, Blitar, Pringgabaya, Lasem, Madura, Sumenep, Pakacangan, dan Pragunan.
Ekspansi Panembahan Senopati ke Surabaya ini juga melibatkan Sunan Giri. Hal ini bertujuan agar Sunan Giri bisa memberikan andil untuk menghindari pertumpahan darah lebih hebat. Alhasil Surabaya bisa ditaklukkan dan mengakui kedaulatan Mataram.
Baca Juga
Setelah berhasil membuat Surabaya tunduk, Panembahan Senopati kemudian bergerak menuju Madiun dengan bala tentaranya. Di sana ia berusaha menduduki Madiun. Meski sempat kalah jumlah prajurit, Mataram akhirnya mampu menguasai Madiun dengan siasat jitu.
Kemudian Mataram bisa langsung mencaplok wilayah Pasuruan, Kediri, dan Ponorogo. Tetapi, pengerahan pasukan besar-besaran oleh Panembahan Senopati ke wilayah Jawa bagian timur ini, gagal menaklukkan Blambangan, Panarukan, dan Bali. Ketiga wilayah itu masih tetap menjadi sebuah wilayah merdeka.
tulis komentar anda