Kisah Siasat Raja Mataram Utus Wanita Cantik untuk Taklukkan Madiun

Senin, 15 Agustus 2022 - 04:52 WIB
loading...
Kisah Siasat Raja Mataram Utus Wanita Cantik untuk Taklukkan Madiun
Bupati Madiun, Ahmad Dawami saat meninjau lokasi bersejarah cikal bakal berdirinya Madiun, pada masa Kerajaan Demak, di Desa Sidomulyo, Kecamatan Sawahan. Foto/Dok. madiunkab.go.id
A A A
Adipati Madiun, Rangga Jumena yang merupakan putra bungsu Sultan Trenggana tengah mengumpulkan para bupati untuk mempersiapkan pasukan masing-masing menghadapi gelombang serangan dari Mataram. Bentrokan berdarah tak dapat dihindarkan lagi, Mataram menghadapi serangan besar dari Madiun, dan Ponorogo.



Di tengah keterdesakan itu, Raja Mataram, Danang Sutawijaya yang memiliki gelar Panembahan Senopati sadar jumlah pasukannya kalah. Sebagai komandan perang yang sangat cerdas, Panembahan Senopati menjalankan strategi tipu muslihat dengan pura-pura menyerah kepada Madiun.



Pernyataan menyerah Mataram itu ia tulis di dalam sebuah surat yang diantarkan seorang wanita ke Madiun. Setelah surat diterima oleh Adipati Madiun, maka isi surat itu langsung disebarkan ke seluruh bupati yang awalnya membantu Madiun.



Pengumuman ini membuat para bupati dan pasukannya bubar serta menarik diri untuk pulang. Ketika sekutu Madiun sudah mulai pulang, maka Madiun tinggallah sendirian. Saat itulah, Panembahan Senopati langsung bergerak menuju Madiun, menggerakkan pasukan Mataram dan melakukan penyerangan.

Serangan Panembahan Senopati yang sifatnya mendadak ini, membuat Madiun kalang kabut. Madiun berhasil dikuasai oleh Mataram secara mudah. Kisah ini penakhlukan Madiun oleh Mataram dengan siasat cerdik itu, ditulis Peri Mardiono dalam bukunya yang berjudul "Tuah Bumi Mataram: Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II".

Sementara dilansir dari madiunkab.go.id, tentang sejarah Madiun, disebutkan pada tahun 1586 dan 1587 Mataram melakukan penyerangan ke Purbaya (sebelum diganti nama menjadi Madiun), namun Mataram menderita kekalahan berat.

Pada tahun 1590, dengan berpura-pura menyatakan takluk, Mataram menyerang pusat istana Kabupaten Purbaya, hingga membuat Adipati Rangga Jumena kabur ke Surabaya. Sementara istana Purabaya hanya dipertahankan oleh putri, Adipati Rangga Jumena, Raden Ayu Retno Djumilah dengan sejumlah kecil pengawalnya.

Perang tanding terjadi antara Panembahan Senopati, dengan Raden Ayu Retno Djumilah dilakukan di sekitar sendang di dekat istana Kabupaten Wonorejo (Madiun). Pusaka Tundung Madiun berhasil direbut oleh Panembahan Senopati, dan melalui bujuk rayunya, Raden Ayu Retno Djumilah dipersunting oleh Panembahan Senopati.



Raden Ayu Retno Djumilah akhirnya diboyong ke istana Mataram di Plered (Jogjakarta). Sebagai peringatan penguasaan Mataram atas Purbaya tersebut, maka pada hari Jumat Legi tanggal 16 November 1590 Masehi nama Purbaya diganti menjadi Madiun.

Sebelum Panembahan Senopati menakhlukkan Madiun, dalam bukunya Peri Mardiono menyebutkan, Panembahan Senopati mengerahkan pasukan Kerajaan Mataram secara besar-besaran, untuk menaklukkan Jawa bagian timur.

Pasukan Kerajaan Mataram itu, bergerak menuju Surabaya, melalui Blora. Pasukan besar itu, sempat beristirahat di wilayah Jipang. Pergerakan pasukan besar dari Mataram ini, sudah diketahui oleh telik sandi Surabaya. Adipati Surabaya, dengan cekatan mempersiapkan kekuatan terbesarnya, untuk menghadapi serangan dari Kerajaan Mataram.

Adipati Surabaya mengumpulkan seluruh bupati yang ada di bawahnya, mulai Bupati Tuban, Lamongan, Gresik, Lumajang, Kertasana, Malang, Pasuruan, Kediri, Blitar, Pringgabaya, Lasem, Madura, Sumenep, Pakacangan, dan Pragunan.

Ekspansi Panembahan Senopati ke Surabaya ini juga melibatkan Sunan Giri. Hal ini bertujuan agar Sunan Giri bisa memberikan andil untuk menghindari pertumpahan darah lebih hebat. Alhasil Surabaya bisa ditaklukkan dan mengakui kedaulatan Mataram.



Setelah berhasil membuat Surabaya tunduk, Panembahan Senopati kemudian bergerak menuju Madiun dengan bala tentaranya. Di sana ia berusaha menduduki Madiun. Meski sempat kalah jumlah prajurit, Mataram akhirnya mampu menguasai Madiun dengan siasat jitu.

Kemudian Mataram bisa langsung mencaplok wilayah Pasuruan, Kediri, dan Ponorogo. Tetapi, pengerahan pasukan besar-besaran oleh Panembahan Senopati ke wilayah Jawa bagian timur ini, gagal menaklukkan Blambangan, Panarukan, dan Bali. Ketiga wilayah itu masih tetap menjadi sebuah wilayah merdeka.

Sementara di wilayah barat, sejumlah wilayah yang masih merdeka alias belum dikuasai oleh Mataram di masa pemerintahan Panembahan Senopati adalah Kedu, Bagelen, Banyumas, dan bagian selatan Cirebon.

Sedangkan wilayah di pesisir utara Jawa, yakni Rembang, Pati, Demak, dan Pekalongan, berhasil ditundukkan oleh Mataram. Awalnya, Pati bersama Demak juga melakukan perlawanan terhadap Mataram. Bahkan tentara mereka sempat mendekati Mataram. Tetapi pada akhirnya Pati dan Demak, berhasil ditaklukkan oleh Panembahan Senopati dan pasukan kudanya.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1935 seconds (0.1#10.140)