Herman Johannes, Rektor UGM yang Ahli Membuat Bom untuk Melawan Belanda
Kamis, 19 Mei 2022 - 05:00 WIB
BAGI Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta, nama Herman Johannes pasti sudah tidak asing. Dia merupakan Rektor UGM periode 1961-1966. Tetapi bagi masyarakat umum, siapa yang mengenalnya?
Herman Johannes merupakan ahli perakit bom paling ditakuti Belanda. Di bawah komandonya, Laboratorium Persenjataan di Kotabaru, Jogjakarta, berhasil memproduksi sejumlah bom, di antaranya bom asap dan granat tangan.
Saat pecah perang kemerdekaan, Herman berhasil meledakan sejumlah jembatan penghubung yang ada di Jogjakarta.
Lantas, siapakah sosok Herman Johannes? Cerita Pagi akan mengulasnya secara singkat. Herman lahir di Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada 28 Mei 1912. Pendidikan dasarnya diselesaikan di Sekolah Melayu Baa, pada 1921.
Herman melanjutkan sekolah menengah di ELS Kupang, pada 1922, dan MULO Makassar, pada 1928. Lulus MULO, dia meneruskan ke AMS Batavia, pada 1931 dan lanjut kuliah di Technische Hooge School (THS) Bandung, pada 1934.
Saat Jepang menduduki Indonesia, THS ditutup, pada 8 Maret 1942. Dua tahun kemudian, Jepang kembali membuka THS dan mengganti namanya menjadi Bandung Kogyo Daigaku (BKD) hingga proklamasi Agustus 1945.
Pemerintah Indonesia kemudian mengubah kembali nama sekolah teknik itu menjadi Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung di Jogjakarta. STT inilah yang kemudian dikenal sebagai Fakultas Teknik UGM.
Herman Johannes merupakan ahli perakit bom paling ditakuti Belanda. Di bawah komandonya, Laboratorium Persenjataan di Kotabaru, Jogjakarta, berhasil memproduksi sejumlah bom, di antaranya bom asap dan granat tangan.
Saat pecah perang kemerdekaan, Herman berhasil meledakan sejumlah jembatan penghubung yang ada di Jogjakarta.
Baca Juga
Lantas, siapakah sosok Herman Johannes? Cerita Pagi akan mengulasnya secara singkat. Herman lahir di Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada 28 Mei 1912. Pendidikan dasarnya diselesaikan di Sekolah Melayu Baa, pada 1921.
Herman melanjutkan sekolah menengah di ELS Kupang, pada 1922, dan MULO Makassar, pada 1928. Lulus MULO, dia meneruskan ke AMS Batavia, pada 1931 dan lanjut kuliah di Technische Hooge School (THS) Bandung, pada 1934.
Saat Jepang menduduki Indonesia, THS ditutup, pada 8 Maret 1942. Dua tahun kemudian, Jepang kembali membuka THS dan mengganti namanya menjadi Bandung Kogyo Daigaku (BKD) hingga proklamasi Agustus 1945.
Pemerintah Indonesia kemudian mengubah kembali nama sekolah teknik itu menjadi Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung di Jogjakarta. STT inilah yang kemudian dikenal sebagai Fakultas Teknik UGM.
tulis komentar anda