Syekh Maulana Muhammad Asnawi, Tokoh Awal Penyebar Islam di Kebumen

Sabtu, 25 April 2020 - 05:47 WIB
Ini tidak lain juga disebabkan karena dakwah dari Kyai Hasan Musthofa (Kyai Topo) dan Mohammad Ishaq (Kyai Skaq) kepada masyarakat Jogosimo dan sekitarnya. Kalau Kyai Topo yang bertugas membimbing masyarakat, maka lain dengan Kyai Skaq yang lebih menggunakan politik atau kekuasaan sebagai kendaraan dakwahnya. Kedua saudara dari empat saudara ini, kerja sama antara kekuasaan dengan ulama. Karena menurut riwayat yang ada, Kyai Skaq merupakan salah satu lurah generasi awal di Desa Jogosimo. Kolaborasi antara Kyai Skaq dengan Kyai Topo ini ternyata menghasilkan buah yang manis dalam penyebaran dan perkembangan Islam di wilayah Pesisir Selatan Kebumen, terutama di Kecamatan Petanahan dan Klirong.

Ketika Kyai Topo berdakwah langsung kepada masyarakat Jogosimo dan sekitarnya yang waktu itu masih abangan, ia disambut dengan gembira oleh masyarakat disana. Karena selain ke-’alim-annya, ia juga seorang yang sopan, menghargai adat dan kebiasaan masyarakat. Kalau ada orang yang sakit, dengan izin Allah SWT Kyai Topo dapat menyembuhkannya. Dengan melihat karomah dan akhlak Kyai Topo yang demikian, akhirnya masyarakat sepenuhnya memeluk Islam dengan benar, jauh dari praktik kesyirikan.

Sepeninggalnya Kyai Topo pada tahun 1954, dakwah Islam tidak stagnan begitu saja. Namun, anak keturunan beliau seperti KH. Abu Sufyan Musthofa dan KH. Abu Darin Musthofa adalah penerus perjuangan dakwah Kyai Topo. Jika pembaca berasal dari Kebumen, mungkin akan lebih mengenal atau minimal pernah mendengar nama dua tokoh ulama yang sangat urgen tersebut. Jasa-jasa kedua tokoh ulama akhir abad XI ini sangat signifikan. Dibangunnya Pondok Pesantren dan Madrasah bernama “Al-Huda” di Jogosimo merupakan salah satu kontribusi KH. Abu Sufyan untuk masyarakat Kebumen pada umumnya. KH. Abu Darin sebagai seorang tokoh spiritual yang juga disegani oleh masyarakat Kebumen, yang konon dapat berkomunikasi dengan Nyai Loro Kidul.

Sehingga ketika ada orang yang tenggelam di Laut Selatan, maka keluarganya pasti akan sowan ke beliau untuk berkonsultasi tentang korban yang hanyut terbawa ombak ganas Pantai Selatan. Mereka percaya melalui Kyai Abu Darin, Allah SWT akan menunjukkan serta mengembalikan keluarga mereka yang meninggal akibat terbawa ombak tadi. Dan akhirnya, memang Allah melalui KH. Abu Darin menunjukkan dan mengembalikkan korban tenggelam, walaupun sudah meninggal. Karena mereka umumnya masih percaya kalau ada seseorang yang meninggal hanyut terbawa ombak Pantai Selatan, itu berkaitan erat dengan penguasa atau Ratu Pantai Selatan. Maka, dengan ini Kyai Abu Darin menjadi andalan mereka untuk mengetahui seseorang yang bermasalah dengan Pantai Selatan. Namun walaupun demikia, masyarakat tetap berkeyakinan kalau dari Allah-lah semata-mata suatu masalah dapat diketahui dan diselesaikan. Kyai Abu Darin hanyalah seorang yang diberi kelebihan oleh Allah SWT untuk membantu masyarakat menyelesaikan permasalahan yang terjadi.

Ya, memang dari sinilah saya ingin menunjukkan kepada pembaca semuanya bahwa berkembangnya Islam sedamai dan seramai saat ini tidak terlepas dari adanya sosok Syekh Maulana Muhammad Asnawi Al-Karim. Secara syariat atau fisik, masyarakat Jogomertan, Jogosimo, Tambakprogaten, Ampelsari, Petanahan, Klirong hingga Kebumen tidak akan memeluk ajaran Islam kalau tidak ada Syekh Asnawi. Namun, Tuhan telah berkata demikian. Dia telah menakdirkan dan telah mengirimkan ratu adil kepada masyarakat tersebut sebagai khalifatullah fi al-jawi. Sehingga Islam di Kebumen bagian Selatan dapat berkembang baik sesuai dengan yang di inginkan agama.

Naskah ini disadur dari Tulisan Abdul Aziz, Tokoh Kebumen, Alumni IAIN Surakarta, Jawa Tengah.
(mpw)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More