Volkanolog ITB: Krakatau, Dari Era Kegelapan dan Masa Depannya
Kamis, 18 Juni 2020 - 16:02 WIB
Merujuk pada catatan itu, disebutkan bahwa terdapat gunung meletus yang terletak di Selat Sunda dan disusul oleh gunung-gunung lain yang berada di baratnya.
"Namun terjadi ketidakpastian waktu antara tahun 416 atau 535 Masehi yang membutuhkan analisis lebih mendalam agar dapat diketahui lebih tepat," ujar dia.
Mirzam menuturkan, berdasarkan analisis ilmiah yang terjadi pada abad ke-6, terjadi beberapa peristiwa perlambatan yang memengaruhi pencatatan sejarah.
Di antaranya data lingkaran tahun pada pohon melambat, terjadi penurunan temperatur kutub secara signifikan, peningkatan asam sulfat di daerah Greenland, dan berakhirnya beberapa peradaban.
"Hasil analisis ada anomali pada abad ke-6 menjadi dasar yang menguatkan jika Gunung Proto Krakatau meletus pada tahun 535," tutur Mirzam.
(Baca juga: Tenaga Badak dan Gagah, Inilah Detail Pickup Mazda BT-50 2021 )
Mirzam mengatakan, letusan Gunung Krakatau pada 26 Agustus 1883 menjadikan gugusan Gunung Krakatau yang semula mencakup wilayah yang cukup luas, terpecah-pecah menjadi beberapa pulau saat ini.
Dampak yang ditimbulkan dari letusan tersebut adalah terjadinya gelombang besar atau tsunami di wilayah Selat Sunda yang ditaksirkan menelan korban 200.000 jiwa. Pasca letusan 1883 juga dilakukan penelitian terkait dampak-dampaknya.
"Gelombang pasang yang tercatat terjadi di seluruh dunia dengan ketinggian gelombang relatif beragam," kata Dosen dari Kelompok Keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia FITB-ITB itu.
Selain itu, Anak Krakatau juga terus mengalami pertumbuhan dikarenakan posisinya yang terletak pada persilangan antara Pulau Jawa dan Sumatera. Ada aktivitas vulkanis yang tidak hanya berasal dari satu sumber menyebabkan Gunung Anak Krakatau tumbuh signifikan dan arah letusannya pun cenderung menuju barat daya.
"Namun terjadi ketidakpastian waktu antara tahun 416 atau 535 Masehi yang membutuhkan analisis lebih mendalam agar dapat diketahui lebih tepat," ujar dia.
Mirzam menuturkan, berdasarkan analisis ilmiah yang terjadi pada abad ke-6, terjadi beberapa peristiwa perlambatan yang memengaruhi pencatatan sejarah.
Di antaranya data lingkaran tahun pada pohon melambat, terjadi penurunan temperatur kutub secara signifikan, peningkatan asam sulfat di daerah Greenland, dan berakhirnya beberapa peradaban.
"Hasil analisis ada anomali pada abad ke-6 menjadi dasar yang menguatkan jika Gunung Proto Krakatau meletus pada tahun 535," tutur Mirzam.
(Baca juga: Tenaga Badak dan Gagah, Inilah Detail Pickup Mazda BT-50 2021 )
Mirzam mengatakan, letusan Gunung Krakatau pada 26 Agustus 1883 menjadikan gugusan Gunung Krakatau yang semula mencakup wilayah yang cukup luas, terpecah-pecah menjadi beberapa pulau saat ini.
Dampak yang ditimbulkan dari letusan tersebut adalah terjadinya gelombang besar atau tsunami di wilayah Selat Sunda yang ditaksirkan menelan korban 200.000 jiwa. Pasca letusan 1883 juga dilakukan penelitian terkait dampak-dampaknya.
"Gelombang pasang yang tercatat terjadi di seluruh dunia dengan ketinggian gelombang relatif beragam," kata Dosen dari Kelompok Keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia FITB-ITB itu.
Selain itu, Anak Krakatau juga terus mengalami pertumbuhan dikarenakan posisinya yang terletak pada persilangan antara Pulau Jawa dan Sumatera. Ada aktivitas vulkanis yang tidak hanya berasal dari satu sumber menyebabkan Gunung Anak Krakatau tumbuh signifikan dan arah letusannya pun cenderung menuju barat daya.
tulis komentar anda