Kesaktian Mbah Boncolono, Robin Hood Kediri Menjarah Harta Orang Kaya Belanda
Senin, 04 April 2022 - 05:00 WIB
Mbah Boncolono konon juga kebal senjata. Dia seperti tidak merasakan peluru-peluru yang memberondong tubuhnya. Kalau pun ambruk, ia akan hidup lagi, sehat seperti sedia kala.
"Dia bisa hidup lagi ketika tubuhnya menyentuh tanah," begitu yang tertulis dalam “Wali Berandal Tanah Jawa”. Setiap kesaktian selalu ada pengapesannya. Ada masa nahasnya. Ada titik lemahnya.
Kompeni terus memutar otak menelusuri kelemahan Mbah Boncolono. Desas-desus yang mereka dengar, Mbah Boncolono menguasai ilmu Pancasona atau Rawa Rontek. Sebuah ilmu kuno yang pemiliknya sulit menemui ajal. Setiap mati akan hidup kembali selama anggota tubuhnya menyentuh tanah.
Meski tubuhnya dicincang, pemilik ilmu rawa rontek akan bangkit kembali selama bagian badan yang terpotong bersentuhan satu sama lain. Kumpeni Belanda memutuskan menggunakan kekuatan uangnya. Sayembara digelar. Kepada siapa saja yang berhasil membekuk Mbah Boncolono hidup atau mati, kumpeni akan memberi imbalan besar.
Sayembara menarik perhatian sejumlah pendekar pribumi. Mereka mengetahui rahasia kelemahan ilmu Mbah Boncolono dan siap menukar dengan imbalan uang besar. Kompeni bergerak melakukan penggerebekan.
Mbah Boncolono yang dalam keadaan terkepung, akhirnya berhasil diringkus. Atas bocoran rahasia dari pribumi peserta sayembara, kompeni Belanda memotong tubuh Mbah Boncolono menjadi dua bagian.
Kesaktian rawa rontek tidak akan berfungsi selama tubuh yang terpotong tersebut, dipisahkan oleh sungai.
Dalam catatannya, George Quinn, penulis “Wali Berandal Tanah Jawa” mendatangi bukit Maskumambang. Sebuah kawasan perbukitan bukit yang cukup tinggi, yang berada di wilayah Kecamatan Mojoroto, ujung barat Kota Kediri.
Kawasan ini berlokasi di sebelah barat Sungai Brantas. Di puncak bukit yang berketinggian sekitar 350 meter itu, kompeni Belanda konon memakamkan jasad Mbah Boncolono tanpa kepala.
“Makam Mbah Boncolono terbujur dari utara ke selatan, bersebelahan dengan makam Tumenggung Poncolono yang diduga adik Mbah Boncolono dan Tumenggung Mojoroto, penghuni awal (cikal bakal) kawasan Kediri,” tulis George Quinn. Pada tahun 2004 situs makam Mbah Boncolono di Maskumambang sempat dipugar.
"Dia bisa hidup lagi ketika tubuhnya menyentuh tanah," begitu yang tertulis dalam “Wali Berandal Tanah Jawa”. Setiap kesaktian selalu ada pengapesannya. Ada masa nahasnya. Ada titik lemahnya.
Kompeni terus memutar otak menelusuri kelemahan Mbah Boncolono. Desas-desus yang mereka dengar, Mbah Boncolono menguasai ilmu Pancasona atau Rawa Rontek. Sebuah ilmu kuno yang pemiliknya sulit menemui ajal. Setiap mati akan hidup kembali selama anggota tubuhnya menyentuh tanah.
Meski tubuhnya dicincang, pemilik ilmu rawa rontek akan bangkit kembali selama bagian badan yang terpotong bersentuhan satu sama lain. Kumpeni Belanda memutuskan menggunakan kekuatan uangnya. Sayembara digelar. Kepada siapa saja yang berhasil membekuk Mbah Boncolono hidup atau mati, kumpeni akan memberi imbalan besar.
Sayembara menarik perhatian sejumlah pendekar pribumi. Mereka mengetahui rahasia kelemahan ilmu Mbah Boncolono dan siap menukar dengan imbalan uang besar. Kompeni bergerak melakukan penggerebekan.
Mbah Boncolono yang dalam keadaan terkepung, akhirnya berhasil diringkus. Atas bocoran rahasia dari pribumi peserta sayembara, kompeni Belanda memotong tubuh Mbah Boncolono menjadi dua bagian.
Kesaktian rawa rontek tidak akan berfungsi selama tubuh yang terpotong tersebut, dipisahkan oleh sungai.
Dalam catatannya, George Quinn, penulis “Wali Berandal Tanah Jawa” mendatangi bukit Maskumambang. Sebuah kawasan perbukitan bukit yang cukup tinggi, yang berada di wilayah Kecamatan Mojoroto, ujung barat Kota Kediri.
Kawasan ini berlokasi di sebelah barat Sungai Brantas. Di puncak bukit yang berketinggian sekitar 350 meter itu, kompeni Belanda konon memakamkan jasad Mbah Boncolono tanpa kepala.
“Makam Mbah Boncolono terbujur dari utara ke selatan, bersebelahan dengan makam Tumenggung Poncolono yang diduga adik Mbah Boncolono dan Tumenggung Mojoroto, penghuni awal (cikal bakal) kawasan Kediri,” tulis George Quinn. Pada tahun 2004 situs makam Mbah Boncolono di Maskumambang sempat dipugar.
tulis komentar anda