Sulsel Segera Terapkan Trisula Tekan Penyebaran COVID-19
Jum'at, 12 Juni 2020 - 07:32 WIB
"Massive testing itu merupakan follow up dari tracking. Jadi kapasitas lab yang tersedia khusus di Makassar masih cukup untuk melakukan pemeriksaan sampai kapasitasnya 800-1.000 sampel per hari," papar dia.
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin ini menambahkan, program trisula melalui massive tracking hingga aggressife testing akan difokuskan pada 4 wilayah, yakni Kota Makassar, Gowa, Maros, dan Luwu Timur.
"Jadi program reguler tracking dan testing serta edukasi ini sudah berjalan. Hanya daya tekannya terhadap laju insidensi masih terbatas. Jadi akan dilaksanakan secara aggressife testing, massive tracking dan edukasi covid di wilayah Makassar, Lutim, Gowa dan Maros," urai dia.
Sementara peningkatan kasus baru terkonfirmasi positif COVID-19 hingga saat ini masih meningkat tajam. Hal ini dipicu dari beberapa faktor. Disamping karena tingkat kedisiplinan masyarakat akan penerapan protokol kesehatan yang masih rendah, juga dipengaruhi pelonggaran PSBB di Makassar sebagai wilayah episentrum.
Selain itu karena pengaruh pasca-lebaran 24 Mei lalu. "Setelah kita melihat masa inkubasi Covid-19 itu 14 hari setelah lebaran kasusnya ini betul-betul mengalami pengingkatan," tambah Ridwan.
Peningkatan kasus ini turut mempengaruhi angka reproduksi efektif COVID-19 (Rt) yang juga meningkat. Berdasarkan perhitungan, Ridwan membeberkan saat ini angka Rt sudah diangka 1,59.
"Itu artinya kasus (COVID-19) mampu menularkan minimal kepada dua orang. Sehingga pertumbuhan kasus di Sulsel saat ini relatif tidak terkendali. Artinya masih akan meningkat jika tidam menindaki secara massif dan terstruktur," sambung dia.
Dia melanjutkan, episentrum penularan COVID-19 di Sulsel terpusat di dua daerah, yakni Makassar dan Luwu Timur. Kedua wilayah ini menyumbang pertumbuhan angka kasus positif COVID-19 beberapa hari belakangan.
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin ini menambahkan, program trisula melalui massive tracking hingga aggressife testing akan difokuskan pada 4 wilayah, yakni Kota Makassar, Gowa, Maros, dan Luwu Timur.
"Jadi program reguler tracking dan testing serta edukasi ini sudah berjalan. Hanya daya tekannya terhadap laju insidensi masih terbatas. Jadi akan dilaksanakan secara aggressife testing, massive tracking dan edukasi covid di wilayah Makassar, Lutim, Gowa dan Maros," urai dia.
Sementara peningkatan kasus baru terkonfirmasi positif COVID-19 hingga saat ini masih meningkat tajam. Hal ini dipicu dari beberapa faktor. Disamping karena tingkat kedisiplinan masyarakat akan penerapan protokol kesehatan yang masih rendah, juga dipengaruhi pelonggaran PSBB di Makassar sebagai wilayah episentrum.
Selain itu karena pengaruh pasca-lebaran 24 Mei lalu. "Setelah kita melihat masa inkubasi Covid-19 itu 14 hari setelah lebaran kasusnya ini betul-betul mengalami pengingkatan," tambah Ridwan.
Peningkatan kasus ini turut mempengaruhi angka reproduksi efektif COVID-19 (Rt) yang juga meningkat. Berdasarkan perhitungan, Ridwan membeberkan saat ini angka Rt sudah diangka 1,59.
"Itu artinya kasus (COVID-19) mampu menularkan minimal kepada dua orang. Sehingga pertumbuhan kasus di Sulsel saat ini relatif tidak terkendali. Artinya masih akan meningkat jika tidam menindaki secara massif dan terstruktur," sambung dia.
Dia melanjutkan, episentrum penularan COVID-19 di Sulsel terpusat di dua daerah, yakni Makassar dan Luwu Timur. Kedua wilayah ini menyumbang pertumbuhan angka kasus positif COVID-19 beberapa hari belakangan.
(sri)
tulis komentar anda