Sulsel Segera Terapkan Trisula Tekan Penyebaran COVID-19
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Pertumbuhan kasus baru terkonfirmasi positif COVID-19 di Sulsel mengalami peningkatan yang signifikan. Sejumlah langkah taktis pun bakal segera ditempuh Pemerintah Provinsi Sulsel guna mengendalikan penularan virus tersebut.
Baca : Ada 141 Kasus Baru, Total Positif Covid-19 di Sulsel Dekati Jabar
Ketua Tim Konsultan Gugus Tugas Covid-19 Sulsel, Prof Ridwan Amiruddin mengungkapkan, strategi menurunkan kurva epidemi COVID-19 akan dilakukan dengan menerapkan beberapa program. Program yang kemudian diistilahkan trisula atau tiga upaya pengendalian COVID-19 Sulsel, yakni massive tracking, intensive testing dan public health education.
"Kalau bisa dilaksanakan ini semua, maka itu bisa memberikan daya tekan terhadap kurva 70-90%," sebut Ridwan. Lanjut dia, upaya tracking masif sendiri merupakan tindakan untuk mencari orang yang berpotensi menjadi sumber penularan, agar bisa segera ditangani.
Untuk tracking masif di Sulsel, ada target yang harus dipenuhi, yaitu sekitar 3.500 per 1 juta populasi. Lanjut Ridwan, tracking itu berbasis kontak erat, kemudian ditelusuri ke kontak masing masing sekitar 5-10 kontak eratnya selama 1 minggu terakhir.
Baca Juga : Waspada Kemunculan Klaster Baru COVID-19 di Sulsel
"Tentu akan diberikan bekal training terkait dengan mekanisme tracking. Selama ini juga tenaga tracking sudah bekerja, untuk meningkatkan kapasitas tracking, maka rencananya akan di lakukan penambahan tenaga segera," tambahnya.
Setelah massive tracking, maka akan ditindaklanjuti melalui intensive testing. Pemeriksaan awal menggunakan rapid test. Setelah itu jika ada yang reaktif akan di isolasi terpusat di Makassar, setelah itu di lanjutkan dengan swab test/PCR.
Seluruh fasilitas kesehatan untuk menunjanh program ini telah disiapkan Pemprov Sulsel. Termasuk beberapa lab untuk pemeriksaan PCR dinilai cukup, kapasitasnya bisa sampai 800-1.000 pemeriksaan spesimen swab.
"Massive testing itu merupakan follow up dari tracking. Jadi kapasitas lab yang tersedia khusus di Makassar masih cukup untuk melakukan pemeriksaan sampai kapasitasnya 800-1.000 sampel per hari," papar dia.
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin ini menambahkan, program trisula melalui massive tracking hingga aggressife testing akan difokuskan pada 4 wilayah, yakni Kota Makassar, Gowa, Maros, dan Luwu Timur.
"Jadi program reguler tracking dan testing serta edukasi ini sudah berjalan. Hanya daya tekannya terhadap laju insidensi masih terbatas. Jadi akan dilaksanakan secara aggressife testing, massive tracking dan edukasi covid di wilayah Makassar, Lutim, Gowa dan Maros," urai dia.
Sementara peningkatan kasus baru terkonfirmasi positif COVID-19 hingga saat ini masih meningkat tajam. Hal ini dipicu dari beberapa faktor. Disamping karena tingkat kedisiplinan masyarakat akan penerapan protokol kesehatan yang masih rendah, juga dipengaruhi pelonggaran PSBB di Makassar sebagai wilayah episentrum.
Selain itu karena pengaruh pasca-lebaran 24 Mei lalu. "Setelah kita melihat masa inkubasi Covid-19 itu 14 hari setelah lebaran kasusnya ini betul-betul mengalami pengingkatan," tambah Ridwan.
Peningkatan kasus ini turut mempengaruhi angka reproduksi efektif COVID-19 (Rt) yang juga meningkat. Berdasarkan perhitungan, Ridwan membeberkan saat ini angka Rt sudah diangka 1,59.
"Itu artinya kasus (COVID-19) mampu menularkan minimal kepada dua orang. Sehingga pertumbuhan kasus di Sulsel saat ini relatif tidak terkendali. Artinya masih akan meningkat jika tidam menindaki secara massif dan terstruktur," sambung dia.
Dia melanjutkan, episentrum penularan COVID-19 di Sulsel terpusat di dua daerah, yakni Makassar dan Luwu Timur. Kedua wilayah ini menyumbang pertumbuhan angka kasus positif COVID-19 beberapa hari belakangan.
Baca : Ada 141 Kasus Baru, Total Positif Covid-19 di Sulsel Dekati Jabar
Ketua Tim Konsultan Gugus Tugas Covid-19 Sulsel, Prof Ridwan Amiruddin mengungkapkan, strategi menurunkan kurva epidemi COVID-19 akan dilakukan dengan menerapkan beberapa program. Program yang kemudian diistilahkan trisula atau tiga upaya pengendalian COVID-19 Sulsel, yakni massive tracking, intensive testing dan public health education.
"Kalau bisa dilaksanakan ini semua, maka itu bisa memberikan daya tekan terhadap kurva 70-90%," sebut Ridwan. Lanjut dia, upaya tracking masif sendiri merupakan tindakan untuk mencari orang yang berpotensi menjadi sumber penularan, agar bisa segera ditangani.
Untuk tracking masif di Sulsel, ada target yang harus dipenuhi, yaitu sekitar 3.500 per 1 juta populasi. Lanjut Ridwan, tracking itu berbasis kontak erat, kemudian ditelusuri ke kontak masing masing sekitar 5-10 kontak eratnya selama 1 minggu terakhir.
Baca Juga : Waspada Kemunculan Klaster Baru COVID-19 di Sulsel
"Tentu akan diberikan bekal training terkait dengan mekanisme tracking. Selama ini juga tenaga tracking sudah bekerja, untuk meningkatkan kapasitas tracking, maka rencananya akan di lakukan penambahan tenaga segera," tambahnya.
Setelah massive tracking, maka akan ditindaklanjuti melalui intensive testing. Pemeriksaan awal menggunakan rapid test. Setelah itu jika ada yang reaktif akan di isolasi terpusat di Makassar, setelah itu di lanjutkan dengan swab test/PCR.
Seluruh fasilitas kesehatan untuk menunjanh program ini telah disiapkan Pemprov Sulsel. Termasuk beberapa lab untuk pemeriksaan PCR dinilai cukup, kapasitasnya bisa sampai 800-1.000 pemeriksaan spesimen swab.
"Massive testing itu merupakan follow up dari tracking. Jadi kapasitas lab yang tersedia khusus di Makassar masih cukup untuk melakukan pemeriksaan sampai kapasitasnya 800-1.000 sampel per hari," papar dia.
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin ini menambahkan, program trisula melalui massive tracking hingga aggressife testing akan difokuskan pada 4 wilayah, yakni Kota Makassar, Gowa, Maros, dan Luwu Timur.
"Jadi program reguler tracking dan testing serta edukasi ini sudah berjalan. Hanya daya tekannya terhadap laju insidensi masih terbatas. Jadi akan dilaksanakan secara aggressife testing, massive tracking dan edukasi covid di wilayah Makassar, Lutim, Gowa dan Maros," urai dia.
Sementara peningkatan kasus baru terkonfirmasi positif COVID-19 hingga saat ini masih meningkat tajam. Hal ini dipicu dari beberapa faktor. Disamping karena tingkat kedisiplinan masyarakat akan penerapan protokol kesehatan yang masih rendah, juga dipengaruhi pelonggaran PSBB di Makassar sebagai wilayah episentrum.
Selain itu karena pengaruh pasca-lebaran 24 Mei lalu. "Setelah kita melihat masa inkubasi Covid-19 itu 14 hari setelah lebaran kasusnya ini betul-betul mengalami pengingkatan," tambah Ridwan.
Peningkatan kasus ini turut mempengaruhi angka reproduksi efektif COVID-19 (Rt) yang juga meningkat. Berdasarkan perhitungan, Ridwan membeberkan saat ini angka Rt sudah diangka 1,59.
"Itu artinya kasus (COVID-19) mampu menularkan minimal kepada dua orang. Sehingga pertumbuhan kasus di Sulsel saat ini relatif tidak terkendali. Artinya masih akan meningkat jika tidam menindaki secara massif dan terstruktur," sambung dia.
Dia melanjutkan, episentrum penularan COVID-19 di Sulsel terpusat di dua daerah, yakni Makassar dan Luwu Timur. Kedua wilayah ini menyumbang pertumbuhan angka kasus positif COVID-19 beberapa hari belakangan.
(sri)