Martha Christina Tiahahu, Panglima Perang Perempuan Termuda yang Ditakuti Kompeni Belanda

Jum'at, 14 Januari 2022 - 05:00 WIB
Martha tetap tegar dalam penangkapan tersebut. Ia tak sedikit pun merasa gentar dan bertekad untuk terus mendampingi ayahnya. Pada 15 November 1817 pukul 09.00 pagi, dilakukan inspeksi pasukan di darat. Komisaris Jenderal Adriaan Buyskes naik ke kapal Evertsen dan memeriksa tahanan yang diajukan dalam sidang hari itu.

Dalam sidang yang berlangsung, ditetapkan lah bahwa Martha dibebaskan dari segala tuntutan dan hukuman karena masih berusia muda. Sementara itu, ayahnya justru mendapat hukuman yang berat karena masuk dalam catatan Belanda sebagai pejuang berbahaya.

Martha sontak tertegun. Ia merasa tak tega pada ayahnya yang kian menua dan menilai bahwa sosok sang ayah amat penting dalam peperangan melawan penjajahan Belanda. Ia pun menatap Belanda dengan rasa sedih dan berpikir bahwa ia lebih baik mati dari pada sang ayah.



Patung Martha Christina Tiahahu di KOta Ambon dibangun untuk mengenang perjuangan pahlawan.Foto/dok Pemprov Maluku



Pahlawan Nasional

Martha Christina Tiahahu secara resmi diakui sebagai pahlawan nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 012/TK/Tahun 1969, tanggal 20 Mei 1969.

Sebagai pahlawan nasional, jasa-jasa perjuangan Martha selalu dikenang hingga sekarang. Banyak tetenger untuk mengenang pahlawan wanita ini. Monumen Martha Tiahahu menjadi bukti sejarah keberanian wanita maluku dalam membela tanah air tercinta. Patung Martha Christina Tiahahu terletak di Karang Panjang, daerah bukit yang terlihat jelas dari Kota Ambon.

Patung Christina ditampilkan membawa tombak. Namun dalam pertempuran melawan Belanda, legenda mengatakan bahwa dia melemparkan batu ke tentara Belanda ketika pasukannya kehabisan amunisi.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More