Kerajaan Majapahit dan Rentetan Bencana Alam yang Memicu Kehancurannya
Minggu, 21 November 2021 - 05:00 WIB
Lingkungan alam di Kerajaan Majapahit memberikan dukungan terhadap kemajuan. Namun juga menyimpan bahaya berupa bencana alam, yaitu bencana banjir dan letusan gunung berapi.
Masyarakat Majapahit rupanya memahami betul ancaman tersebut dan mengantisipasinya dengan pembangunan waduk-waduk. Demikian dikutip dari buku "Majapahit, Batas Kota dan Jejak Kejayaan di Luar Kota", editor Prof Dr Inajati Adrisijanti yang diterbitkan Kepel Press, 2014.
Berdasarkan fungsinya, waduk-waduk yang ada di situs Trowulan dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok barat laut dan kelompok timur. Waduk-waduk yang ada di kelompok barat laut berfungsi sebagai jalur transportasi air, sebagai contoh adalah waduk Temon.
Terdapat dua kanal kuno yang bermuara di sungai Temon dari arah barat. Dalam prasasti Canggu juga disebutkan bahwa tempat penyeberangan kali pertama adalah Temon, sehingga dugaan bahwa waduk Temon sebagai terminal air cukup beralasan. Adapun kelompok kedua adalah kelompok timur.
Waduk-waduk yang ada di kelompok timur mempunyai fungsi sebagai penyeimbang debit air, sehingga pada musim hujan tidak terjadi banjir, dan pada musim kemarau tidak terjadi kekeringan.
Tulisan diolah dari berbagai sumber:
-Historia.id
-e-Jurnal Sani Safitri "Telaah Geomorfologi Kerajaan Majapahit"
-Buku "Majapahit, Batas Kota dan Jejak Kejayaan di Luar Kota"
-Okezone.com
Masyarakat Majapahit rupanya memahami betul ancaman tersebut dan mengantisipasinya dengan pembangunan waduk-waduk. Demikian dikutip dari buku "Majapahit, Batas Kota dan Jejak Kejayaan di Luar Kota", editor Prof Dr Inajati Adrisijanti yang diterbitkan Kepel Press, 2014.
Berdasarkan fungsinya, waduk-waduk yang ada di situs Trowulan dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok barat laut dan kelompok timur. Waduk-waduk yang ada di kelompok barat laut berfungsi sebagai jalur transportasi air, sebagai contoh adalah waduk Temon.
Terdapat dua kanal kuno yang bermuara di sungai Temon dari arah barat. Dalam prasasti Canggu juga disebutkan bahwa tempat penyeberangan kali pertama adalah Temon, sehingga dugaan bahwa waduk Temon sebagai terminal air cukup beralasan. Adapun kelompok kedua adalah kelompok timur.
Waduk-waduk yang ada di kelompok timur mempunyai fungsi sebagai penyeimbang debit air, sehingga pada musim hujan tidak terjadi banjir, dan pada musim kemarau tidak terjadi kekeringan.
Tulisan diolah dari berbagai sumber:
-Historia.id
-e-Jurnal Sani Safitri "Telaah Geomorfologi Kerajaan Majapahit"
-Buku "Majapahit, Batas Kota dan Jejak Kejayaan di Luar Kota"
-Okezone.com
tulis komentar anda