Lama Tak Eksis, Sekali Muncul Koil Diseret ke Pengadilan Musik

Sabtu, 30 Oktober 2021 - 12:03 WIB
DCDC Pengadilan Musik menghadirkan band Koil. Foto arif budianto
BANDUNG - Lama tak terdengar gaungnya di panggung grup band cadas, sekalinya muncul, group band Koil diseret ke kursi pesakitan sebagai terdakwa pada sidang Djarum Coklat Dot Com (DCDC) Pengadilan Musik Virtual yang digelar di Cafe The Panas Dalam, Kota Bandung.

Band yang kini eksis dengan lima personel itu diadili oleh hakim Man Jasad, dua jaksa penuntut Budi Dalton dan Pidi Baiq. Koil dibela oleh Pembela yang dipilih oleh band yaitu Yoga (PHB) dan seorang pembela hasil audisi yang dipilih oleh warganet juga bernama Yoga. Sementara jalannya persidangan diatur oleh Eddi Brokoli sebagai Panitera.

Kendati hanya dihadiri oleh tiga personel yaitu Verdiantoro atau Otong (vokal), Dea (gitar) dan Leon (drum) namun sidang tetap menarik diikuti. Buktinya, sepanjang pengambilan gambar sekitar 2 jam lamanya, proses persidangan berjalan cukup hidup. Belasan penonton yang hadir pun cukup terhibur atas pertunjukan itu.

Persidangan dimulai dengan pertanyaan jaksa soal asal usul nama Koil. Pertanyaan itu dijawab Otong dan lainnya multi tafsir dan tidak menghasilkan penjelasan pasti. Ada menyebut soal singkatan nama personel. Tapi juga ada soal singkatan jenis kelamin. Pembahasan soal nama pun membuat sidang gaduh.

Hingga kemudian, jaksa menanyakan perjalanan karir mereka. Terutama saat perjalanan pertama dikontrak Projek Q. Termasuk ketika band ini diminta mengisi salah satu soundtrack film horor. Kemudian pada perjalanannya, Koil berhenti kerja sama dengan label dan jalan sendiri pada 2001.



"Berhenti karena saat itu royalti dari satu kaset kami hanya diberi Rp200 perak, tapi kalau sendiri, dari harga satu keping kaset Rp7.000, kami dapat 2.000-an" kata Otong.

Kemudian jaksa menanyakan, kenapa pada 2007 merilis album namun gratis diunduh, Otong pun menjawab bahwa itu menjadi alasan karena saat itu pembajakan sangat marak. Sehingga daripada karyanya dibajak, lebih baik digratiskan.



Pembahasan yang tak kalah menarik yaitu soal eksistensi mereka selama ini. Meraka seolah tak terdengar kabarnya begitu lama. "Kenapa selama 30 tahun, baru 4 album, ini tidak produktif" kata Budi Dalton.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More