Kisah Pertempuran 5 Hari di Semarang, Eyang Giri Nyaris Dipenggal, Muncul Jagal Jepang
Rabu, 13 Oktober 2021 - 12:00 WIB
Tapi setelah diterima, senjata yang diberikan kepada pemuda ternyata dalam kondisi rusak dan tak bisa digunakan, termasuk amunisinya yang diberikan banyak yang sudah tidak bisa meletus.
Karena kesal maka mereka melakukan aksi pelucutan pada setiap orang Jepang yang melintas. Bahkan banyak rombongan karyawan Jepang yang pulang dari Kendal masuk ke Semarang langsung ditawan dan dimasukkan ke Penjara Bulu, Mlaten dan ditawan di asrama pelayaran.
Puncaknya, ada seorang pemuda saat itu bernama Sayuto bekas Pembela Tanah Air (PETA) mendirikan Kelompok Jagal Jepang beranggotakan 20 orang yang juga dilengkapi dengan samurai. Kelompok ini lah yang melakukan aksi-aksi pembalasan dengan melakukan pembunuhan terhadap Jepang di Kantor Papak, Penjara Mlaten dan Sobokarti.
Pertempuran Jepang melawan para pemuda yang didalamnya terdapat Badan Keamanan Rakyat (BKR), Polisi Istimewa, Laskar Hisbulah dan Angkatan Muda tak terelakkan. Selama 5 hari Kota Semarang membawa dan riuh akan rentetan tembakan dan dentuman meriam.
Jepang pun mulai terdesak, dari arah Timur sudah banyak masuk pasukan yang dipimpin Shodanco Munadi (akhirnya jadi Gubernur Jateng) yang hendak mengadakan Serangan Umum, serta dari Selatan sudah ada pasukan GPH Djatikusumo yang sudah bersiap menyerbu kota dari Ungaran.
Sementara itu, pada Kamis (18/10/1945) Mayor Kido atas perintah Jenderal Nakamura meminta Mr Wongsonegoro untuk menemui pasukan GPH Djatikusumo dan menarik mundur pasukannya.
Jepang akhirnya meminta genjatan senjata, meski pasca peristiwa itu masih terjadi aksi kekerasan sampai pada akhirnya tentara sekutu tiba melalui Pelabuhan Semarang.
Lihat Juga: Bintang Porno Jepang yang Pasang Tarif Rp306 Juta untuk Seks Ditangkap dalam Operasi Hong Kong
Karena kesal maka mereka melakukan aksi pelucutan pada setiap orang Jepang yang melintas. Bahkan banyak rombongan karyawan Jepang yang pulang dari Kendal masuk ke Semarang langsung ditawan dan dimasukkan ke Penjara Bulu, Mlaten dan ditawan di asrama pelayaran.
Puncaknya, ada seorang pemuda saat itu bernama Sayuto bekas Pembela Tanah Air (PETA) mendirikan Kelompok Jagal Jepang beranggotakan 20 orang yang juga dilengkapi dengan samurai. Kelompok ini lah yang melakukan aksi-aksi pembalasan dengan melakukan pembunuhan terhadap Jepang di Kantor Papak, Penjara Mlaten dan Sobokarti.
Pertempuran Jepang melawan para pemuda yang didalamnya terdapat Badan Keamanan Rakyat (BKR), Polisi Istimewa, Laskar Hisbulah dan Angkatan Muda tak terelakkan. Selama 5 hari Kota Semarang membawa dan riuh akan rentetan tembakan dan dentuman meriam.
Jepang pun mulai terdesak, dari arah Timur sudah banyak masuk pasukan yang dipimpin Shodanco Munadi (akhirnya jadi Gubernur Jateng) yang hendak mengadakan Serangan Umum, serta dari Selatan sudah ada pasukan GPH Djatikusumo yang sudah bersiap menyerbu kota dari Ungaran.
Sementara itu, pada Kamis (18/10/1945) Mayor Kido atas perintah Jenderal Nakamura meminta Mr Wongsonegoro untuk menemui pasukan GPH Djatikusumo dan menarik mundur pasukannya.
Jepang akhirnya meminta genjatan senjata, meski pasca peristiwa itu masih terjadi aksi kekerasan sampai pada akhirnya tentara sekutu tiba melalui Pelabuhan Semarang.
Lihat Juga: Bintang Porno Jepang yang Pasang Tarif Rp306 Juta untuk Seks Ditangkap dalam Operasi Hong Kong
(shf)
tulis komentar anda