Kisah Pertempuran 5 Hari di Semarang, Eyang Giri Nyaris Dipenggal, Muncul Jagal Jepang
Rabu, 13 Oktober 2021 - 12:00 WIB
SEMARANG - Pertempuran 5 Hari Semarang masih diingat jelas oleh Sugiarno (92) atau Eyang Giri yang kini tinggal di Jalan Siliwangi Semarang, Jateng. Dia nyaris tewas dipenggal dengan samurai dan ditembak tentara Jepang.
Saat itu, para pemuda dengan sekuat tenaga berusaha mengusir penjajah Jepang dari Semarang setelah Proklamasi Kemerdekaan RI.
Pertempuran sengit para pejuang kemerdekaan dengan bala tentara Jepang tersebut berlangung pada Minggu, 14 Oktober 1945 silam. Sugiarno baru berusia 15 tahun ketika pertempuran terjadi. Dia tinggal bersama keluarganya di salah satu kampung yang ada di Poncol Semarang.
Suatu sore menjelang maghrib, rombongan pasukan Jepang dari Batalyon Kidobutai bermarkas di Jatingaleh turun menyebar di Poncol dan salah satunya memasuki rumah orang tua Sugiarno. Kedatangan mereka mencari pemuda dan menangkapinya.
Siang hari sebelumnya, tampaknya sudah banyak terjadi insiden pemuda Semarang menghadang orang-orang Jepang setelah para pemuda merasa ditipu oleh tentara Kidobutai saat meminta senjata dan yang diserahkan senjata rusak pada pagi harinya di Jatingaleh bersama Wakil residen saat itu Mr Wongsonegoro.
Sontak membuat Jepang marah, karena banyak warganya yang dilucuti, dianiaya, dibunuh bahkan diculik pemuda. Mereka mendatangi kampung-kampung mencari pemuda untuk melakukan pembalasan.
Di Poncol sudah banyak pemuda yang dibawa Jepang. Tidak sedikit mereka disiksa, ditembak dan disembelih di sungai kecil yang ada di dekat Stasiun Poncol. Saat Jepang berada di rumah Sugiarno, mereka menggedor-gedor pintu dan mengarahkan senjatanya ke seluruh penghuni rumah.
Saat itu, para pemuda dengan sekuat tenaga berusaha mengusir penjajah Jepang dari Semarang setelah Proklamasi Kemerdekaan RI.
Baca Juga
Pertempuran sengit para pejuang kemerdekaan dengan bala tentara Jepang tersebut berlangung pada Minggu, 14 Oktober 1945 silam. Sugiarno baru berusia 15 tahun ketika pertempuran terjadi. Dia tinggal bersama keluarganya di salah satu kampung yang ada di Poncol Semarang.
Suatu sore menjelang maghrib, rombongan pasukan Jepang dari Batalyon Kidobutai bermarkas di Jatingaleh turun menyebar di Poncol dan salah satunya memasuki rumah orang tua Sugiarno. Kedatangan mereka mencari pemuda dan menangkapinya.
Siang hari sebelumnya, tampaknya sudah banyak terjadi insiden pemuda Semarang menghadang orang-orang Jepang setelah para pemuda merasa ditipu oleh tentara Kidobutai saat meminta senjata dan yang diserahkan senjata rusak pada pagi harinya di Jatingaleh bersama Wakil residen saat itu Mr Wongsonegoro.
Sontak membuat Jepang marah, karena banyak warganya yang dilucuti, dianiaya, dibunuh bahkan diculik pemuda. Mereka mendatangi kampung-kampung mencari pemuda untuk melakukan pembalasan.
Di Poncol sudah banyak pemuda yang dibawa Jepang. Tidak sedikit mereka disiksa, ditembak dan disembelih di sungai kecil yang ada di dekat Stasiun Poncol. Saat Jepang berada di rumah Sugiarno, mereka menggedor-gedor pintu dan mengarahkan senjatanya ke seluruh penghuni rumah.
tulis komentar anda