Dahsyatnya Armada Laut Majapahit di Bawah Pimpinan Raja Hayam Wuruk
Sabtu, 11 September 2021 - 05:05 WIB
Cetbang Majapahit adalah hasil penemuan Mahapatih Gajah Mada. Kemampuannya menciptakan meriam tersebut diperoleh saat masih kanak-kanak, karena konon kabarnya Gajah Mada sempat diasuh oleh tentara Mongol atau Tartar yang menyerang kerajaan Singhasari.
Sementara untuk semua jenis kapal Majapahit, mulai dari kapal perbekalan sampai kapal bendera adalah kreasi jenius dari Mpu Nala yang sekaligus seorang laksamana laut andal. Kapal-kapal Majapahit itu, diciptakan Mpu Nala dari sejenis kayu raksasa yang hanya tumbuh di suatu pulau rahasia. Hal ini membuat kapal-kapal Majapahit cukup besar pada masa itu.
Kehadiran Laksamana Nala sebagai panglima angkatan laut Kerajaan Majapahit, barawal dari kesadaran Gajah Mada untuk meminta bantuannya. Gajah Mada yang telah mengucapkan Sumpah Palapa, menyadari tidak mungkin dapat mewujudkan sumpahnya menguasai Nusantara, hanya mengandalkan jalur darat.
Kala sumpah Amukti Palapa diucapkan sang Mahapatih Kerajaan Majapahit, Pulau Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Tumasik (Singapura) belum berada di bawah panji kekuasaan Majapahit. Gajah Mada membutuhkan armada laut uang kuat, untuk menyatukan pulau-pulau tersebut melalui ekspedisi maritim.
Kala itu, Majapahit sebenarnya sudah memiliki angkatan laut. Angkatan laut itu menggunakan kapal-kapal perang bekas tentara Mongol, yang dikirim oleh Kubilai Khan untuk menaklukkan Jawa, pada saat pemerintahan Kertanegara.
Kekuatan angkatan laut Kerajaan Majapahit kala itu masih sangat lemah. Gajah Mada memberanikan diri meminta bantuan dari Laksamana Nala untuk memperkuat angkatan laut Kerajaan Majapahit. Penguatan angkatan laut ini dilakukan dari sisi kualitas dan kesejahteraan prajurit, serta kualitas kapal perangnya.
Mpu Nala secara resmi diangkat menjadi Panglima Angkatan Laut Kerajaan Majapahit, oleh Rajaputri Tribhuwana Tunggadewi. Sejak itu, Laksamana Nala banyak menghabiskan waktunya untuk di Pelabuhan Ujung Galuh atau sekarang lebih dikenal sebagai Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Kala itu, Ujung Galuh merupakan pangkalan angkatan laut Kerajaan Majapahit.
Baca Juga
Sementara untuk semua jenis kapal Majapahit, mulai dari kapal perbekalan sampai kapal bendera adalah kreasi jenius dari Mpu Nala yang sekaligus seorang laksamana laut andal. Kapal-kapal Majapahit itu, diciptakan Mpu Nala dari sejenis kayu raksasa yang hanya tumbuh di suatu pulau rahasia. Hal ini membuat kapal-kapal Majapahit cukup besar pada masa itu.
Kehadiran Laksamana Nala sebagai panglima angkatan laut Kerajaan Majapahit, barawal dari kesadaran Gajah Mada untuk meminta bantuannya. Gajah Mada yang telah mengucapkan Sumpah Palapa, menyadari tidak mungkin dapat mewujudkan sumpahnya menguasai Nusantara, hanya mengandalkan jalur darat.
Kala sumpah Amukti Palapa diucapkan sang Mahapatih Kerajaan Majapahit, Pulau Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Tumasik (Singapura) belum berada di bawah panji kekuasaan Majapahit. Gajah Mada membutuhkan armada laut uang kuat, untuk menyatukan pulau-pulau tersebut melalui ekspedisi maritim.
Kala itu, Majapahit sebenarnya sudah memiliki angkatan laut. Angkatan laut itu menggunakan kapal-kapal perang bekas tentara Mongol, yang dikirim oleh Kubilai Khan untuk menaklukkan Jawa, pada saat pemerintahan Kertanegara.
Kekuatan angkatan laut Kerajaan Majapahit kala itu masih sangat lemah. Gajah Mada memberanikan diri meminta bantuan dari Laksamana Nala untuk memperkuat angkatan laut Kerajaan Majapahit. Penguatan angkatan laut ini dilakukan dari sisi kualitas dan kesejahteraan prajurit, serta kualitas kapal perangnya.
Mpu Nala secara resmi diangkat menjadi Panglima Angkatan Laut Kerajaan Majapahit, oleh Rajaputri Tribhuwana Tunggadewi. Sejak itu, Laksamana Nala banyak menghabiskan waktunya untuk di Pelabuhan Ujung Galuh atau sekarang lebih dikenal sebagai Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Kala itu, Ujung Galuh merupakan pangkalan angkatan laut Kerajaan Majapahit.
Baca Juga
tulis komentar anda