KH Muhyidin, Ulama Subang dan Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Jum'at, 13 Agustus 2021 - 05:00 WIB
Baca juga: Duh! Makam Pahlawan Nasional Otto Iskandardinata Ternyata Tak Punya Air Bersih

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Subang, menilai KH Muhyidin merupakan tokoh ulama yang istiqamah melakukan dakwah Islam dengan mendirikan beberapa pesantren. Bahkan, melalui pesantren ulama dari Tanah Sunda ini sepanjang 1879 sampai 1973 telah berhasil memupuk semangat para pejuang hingga terwujudnya kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Banyaknya catatan sejarah dan kajian para sejarawan bisa mengangkat KH Muhyidin sebagai pahlawan nasional dari kalangan ulama.

"Berdasarkan catatan sejarah, KH Muhyidin melakukan pengabdian yang luar biasa terhadap bangsa ini melalui pengorbanan dan perjuangannya dalam membela tanah air dengan melakukan perlawanan terhadap penjajahan, bahkan akibat dari perjuangan itu pada 1939 ia pernah ditangkap oleh pemerintah kolonial Belanda dan ditahan di penjara Sukamiskin Bandung," ungkap Ketua PCNU Kabupaten Subang, KH Satibi dikutip dari nu.or.id.

Menurut Satibi, salah satu bentuk perjuangan lain KH Muhyidin yakni ketika tentara NICA atau Nederlands Indie Civil Administration datang ke tanah air pada 1946 dan berniat ingin kembali menjajah NKRI, dengan semangat nasionalismenya KH Muhyidin memimpin langsung pertempuran melawan pasukan NICA di Jawa Barat khususnya di daerah Ciater, Isola, dan Cijawura.

Tak hanya itu, setahun berikutnya yakni pada 1947, dia juga ikut meredam pemberontakan yang dilakukan DI/TII atas pemerintahan Republik Indonesia. KH Muhyidin dengan tegas bersikap menolak keberadaan DI/TII.

Sayangnya, justru terdapat sejumlah murid KH Muhyidin di Hizbullah yang masuk dalam gerombolan pimpinan Kartosuwiryo itu. Kondisi ini merugikan KH Muhyidin karena dia dianggap masuk ke gerombolan DI/TII dan pasukan TNI pun mencurigainya menjadi salah satu pemberontak.

Melihat kecurigaan dan khawatir ditanggap TNI, KH Muhyidin dan pengikutnya kemudian lari dan mengungsi ke Kabupaten Sumedang pada tahun 1950, tepatnya di daerah yang sekarang berdiri Mesjid Agung Kota Sumedang. Di daerah ini, kedatangan KH. Muhyidin disambut masyarakat, yang mendorongnya kembali mendirikan sebuah pesantren Pagelaran II.

Belakangan, setelah situasi politik mulai mereda, seiring ditumpasnya gerombolan oleh pemerintahan Presiden Soekarno, sejumlah santri yang menjadi muridnya, KH Muhyidin dan masyarakat Cisalak, memintanya untuk kembali ke Subang dan mendirikan pesantren baru.

Akhirnya pada 1962, KH Muhyidin pulang ke Subang, tepatnya ke daerah Gardusayang Kecamatan Cisalak, dan kembali mendirikan pesantren baru, yikni Pesantren Pagelaran III. Di pesantrennya yang ketiga inilah, KH. Muhyidin menetap cukup lama hingga meninggal dunia pada tahun 1973 diusia 93 tahun dan dimakamkan di kompleks Pesantren Pagelaran I Cimeuhmal, Kecamatan Tanjungsiang.

Berbagai pihak saat ini telah berupaya mengajukan nama KH Muhyidin sebagai salah satu pahlawan nasional yang diabadikan namanya. Pemkab Subang dan Pemprov Jabar pun beberapa kali melakukan pertemuan untuk memabahas usulan ini.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content