Yogya Tidak Pernah Menyerah Melawan COVID-19
Rabu, 11 Agustus 2021 - 08:10 WIB
“Prosentase penggunaan metode PCR di DIY cukup tinggi mencapai 67,7%,”kata Pembajun. Namun kondisi tersebut disayangkan oleh Pembajun masih belum merata di semua kabupaten/kota. “Di kabupaten Gunung Kidul penggunaan swab antigen masih lebih tinggi,” tambahnya.
Pembajun sendiri optimis, khususnya dengan karakter “gotong-royong” yang dimiliki masyarakat DIY dapat menjadi akselerator pemulihan pandemi. Namun pihaknya mengakui menemui ganjalan dari sisi banyaknya informasi hoax yang diterima oleh masyarakat.
“Informasi hoax, tidak akurat, serta tidak jelas kredibilitas sumbernya membuat masyarakat bimbang dan ketakutan. Akibatnya masih ada yang ragu untuk lapor sehingga seharusnya dapat ditangani di rumah sakit atau dibawa untuk isolasi mandiri (Isoman) ke shelter,” terangnya lagi.
Per 8 Agustus, keterisian bed RS rujukan di DIY sendiri mengalami perbaikan dimana mencapai 74,38% meliputi BOR crititcal (ICU) 64,47% dan BOR isolasi 76,54%.
“Selain itu dengan adanya informasi yang salah, membuat orang tidak mau atau takut divaksin, padahal vaksin menjadi salah satu kunci sukses penurunan kasus kematian selain penerapan protokol kesehatan tentunya,”pungkasnya.
Sementara itu dalam kesempatan yang berbeda, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika DIY, Rony Primanto mengatakan hoax memang menjadi hambatan dalam penanganan pandemi.
“Pandangan masyarakat tentang penanganan COVID menjadi banyak yang salah. Seperti tidak mau divaksin, jaga jarak, memakai masker menjadi satu masalah yang serius,”tambahnya.
Oleh karena itu pihaknya semakin intens dalam mempublikasikan klarifikasi-klarifikasi terkait berita hoax yang tersebar ditengah-tengah masyarakat.
“Selain lewat channel media social, kami juga berjejaring lewat whatsapp group-whatsapp group serta telegram yang ada untuk melakukan klarifikasi. Memang awalnya hoax tersebar lewat facebook atau instagram, namun kemudian dishare secara langsung serta masif ke kontak-kontak WA,” timpalnya.
Rony juga mengungkapkan program-program terkait sosialisasi serta edukasi COVID-19 saat ini terus ditingkatkan. Salah satunya mempromosikan program Jaga Warga.
Pembajun sendiri optimis, khususnya dengan karakter “gotong-royong” yang dimiliki masyarakat DIY dapat menjadi akselerator pemulihan pandemi. Namun pihaknya mengakui menemui ganjalan dari sisi banyaknya informasi hoax yang diterima oleh masyarakat.
“Informasi hoax, tidak akurat, serta tidak jelas kredibilitas sumbernya membuat masyarakat bimbang dan ketakutan. Akibatnya masih ada yang ragu untuk lapor sehingga seharusnya dapat ditangani di rumah sakit atau dibawa untuk isolasi mandiri (Isoman) ke shelter,” terangnya lagi.
Per 8 Agustus, keterisian bed RS rujukan di DIY sendiri mengalami perbaikan dimana mencapai 74,38% meliputi BOR crititcal (ICU) 64,47% dan BOR isolasi 76,54%.
“Selain itu dengan adanya informasi yang salah, membuat orang tidak mau atau takut divaksin, padahal vaksin menjadi salah satu kunci sukses penurunan kasus kematian selain penerapan protokol kesehatan tentunya,”pungkasnya.
Sementara itu dalam kesempatan yang berbeda, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika DIY, Rony Primanto mengatakan hoax memang menjadi hambatan dalam penanganan pandemi.
“Pandangan masyarakat tentang penanganan COVID menjadi banyak yang salah. Seperti tidak mau divaksin, jaga jarak, memakai masker menjadi satu masalah yang serius,”tambahnya.
Oleh karena itu pihaknya semakin intens dalam mempublikasikan klarifikasi-klarifikasi terkait berita hoax yang tersebar ditengah-tengah masyarakat.
“Selain lewat channel media social, kami juga berjejaring lewat whatsapp group-whatsapp group serta telegram yang ada untuk melakukan klarifikasi. Memang awalnya hoax tersebar lewat facebook atau instagram, namun kemudian dishare secara langsung serta masif ke kontak-kontak WA,” timpalnya.
Rony juga mengungkapkan program-program terkait sosialisasi serta edukasi COVID-19 saat ini terus ditingkatkan. Salah satunya mempromosikan program Jaga Warga.
tulis komentar anda