Kisah Perahu Jaka Tingkir yang Tersimpan di Pesanggrahan Langenharjo
Minggu, 16 Mei 2021 - 05:00 WIB
Pesanggrahan Langenharjo dulunya menjadi menjadi salah satu tempat tujuan rekreasi bagi keluarga istana Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Pesanggrahan Langenharjo juga berfungsi sebagai tempat yang dianggap sacral, di mana di tempat ini sering digunakan untuk melakukan ritual meditasi. Pembangunan Pesanggrahan Langenharjo dimulai pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Pakubuwono IX (1861-1893), tepatnya pada tahun 1870 M.
Kemudian selesai dibangun pada era kepemimpinan Sri Susuhunan Pakubuwono X (1893-1939), yakni tanggal 15 Juli 1931. Data ini didapat dari keterangan yang tercantum di Pesanggrahan Langenharjo di mana di situ tertulis PB X 15-7-1931. Pesanggrahan Langenharjo menempati lokasi di sebelah utara Sungai Bengawan Solo, dan berjarak lebih kurang 10 kilometer ke arah selatan dari Kota Solo. Pesanggrahan Langeharjo didirikan hanya sekitar 50 meter dari bibir Sungai Bengawan Solo.
Menurut kepercayaan setempat, pesanggrahan Langenharjo didirikan dari hasil semedi Sri Susuhunan Pakubuwono IX setelah bertapa dengan cara menghanyutkan diri di Sungai Bengawan Solo. Pada sejumlah titik di kompleks Pesanggrahan Langenharjo ini terdapat beberapa ruangan yang digunakan sebagai tempat untuk bertapa. Ada pula tempat khusus yang hanya diperuntukkan bagi Raja dan keturunannya.
Salah satu ruangan khusus itu bernama Sanggar Pamujan atau ruang pemujaan yang digunakan oleh Susuhunan untuk bermeditasi guna memperoleh ilham atau petunjuk sebelum mengambil keputusan yang berhubungan masalah kenegaraan. Beberapa ruangan dan bangunan lain yang terdapat di kompleks Pesanggrahan Langenharjo di antaranya adalah Pendopo Prabasana, Kuncungan, Ndalem Ageng, Pendopo Pangkuran, gudang senjata, ruang tamu, keputren, dan kesatrian.
Selain sebagai tempat meditasi dan menenangkan diri, Pesanggrahan Langenharjo juga digunakan untuk tempat rekreasi keluarga istana Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Hal ini sesuai dengan nama Langenharjo yang dapat diartikan sebagai tempat persinggahan yang nyaman dan damai. Di belakang bangunan utama, terdapat kolam yang dulunya merupakan pemandian air hangat, dan sudah dilengkapi dengan 6 kamar mandi lengkap dengan bak mandinya. Air hangat di kolam itu bersumber dari sumur yang berada di samping bangunan istana Air sumur tersebut diyakini bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakit kulit karena kandungan belerangnya yang cukup tinggi.
Setelah tidak digunakan lagi sebagai tempat meditasi maupun rekreasi keluarga Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Pesanggrahan Langenharjo beralih menjadi tempat kunjungan wisata. Pada dekade 1990, pesanggrahan ini sempat menjadi lokasi wisata yang cukup diminati karena pesona pemandian air hangat yang terletak di tengah-tengah kota. Namun lama-kelamaan wisatawan yang berkunjung semakin berkurang. Salah satu penyebabnya adalah air kolam di pemandian menjadi tidak begitu hangat lagi.
Pesanggrahan Langenharjo konon juga merupakan saksi sejarah terciptanya beskap Langenharjan yang diilhami dari KGPAA Mangkunagara VI dan Sinuhun Paku Buwono IX ketika mereka mengadakan pertemuan resmi di Langenharjo. Pakaian perpaduan busana adat Jawa dengan sentuhan busana ala Eropa itu ditandai dengan pemakaian rompi dan dasi kupu-kupu.
Lihat Juga: Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru
Kemudian selesai dibangun pada era kepemimpinan Sri Susuhunan Pakubuwono X (1893-1939), yakni tanggal 15 Juli 1931. Data ini didapat dari keterangan yang tercantum di Pesanggrahan Langenharjo di mana di situ tertulis PB X 15-7-1931. Pesanggrahan Langenharjo menempati lokasi di sebelah utara Sungai Bengawan Solo, dan berjarak lebih kurang 10 kilometer ke arah selatan dari Kota Solo. Pesanggrahan Langeharjo didirikan hanya sekitar 50 meter dari bibir Sungai Bengawan Solo.
Menurut kepercayaan setempat, pesanggrahan Langenharjo didirikan dari hasil semedi Sri Susuhunan Pakubuwono IX setelah bertapa dengan cara menghanyutkan diri di Sungai Bengawan Solo. Pada sejumlah titik di kompleks Pesanggrahan Langenharjo ini terdapat beberapa ruangan yang digunakan sebagai tempat untuk bertapa. Ada pula tempat khusus yang hanya diperuntukkan bagi Raja dan keturunannya.
Salah satu ruangan khusus itu bernama Sanggar Pamujan atau ruang pemujaan yang digunakan oleh Susuhunan untuk bermeditasi guna memperoleh ilham atau petunjuk sebelum mengambil keputusan yang berhubungan masalah kenegaraan. Beberapa ruangan dan bangunan lain yang terdapat di kompleks Pesanggrahan Langenharjo di antaranya adalah Pendopo Prabasana, Kuncungan, Ndalem Ageng, Pendopo Pangkuran, gudang senjata, ruang tamu, keputren, dan kesatrian.
Selain sebagai tempat meditasi dan menenangkan diri, Pesanggrahan Langenharjo juga digunakan untuk tempat rekreasi keluarga istana Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Hal ini sesuai dengan nama Langenharjo yang dapat diartikan sebagai tempat persinggahan yang nyaman dan damai. Di belakang bangunan utama, terdapat kolam yang dulunya merupakan pemandian air hangat, dan sudah dilengkapi dengan 6 kamar mandi lengkap dengan bak mandinya. Air hangat di kolam itu bersumber dari sumur yang berada di samping bangunan istana Air sumur tersebut diyakini bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakit kulit karena kandungan belerangnya yang cukup tinggi.
Setelah tidak digunakan lagi sebagai tempat meditasi maupun rekreasi keluarga Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Pesanggrahan Langenharjo beralih menjadi tempat kunjungan wisata. Pada dekade 1990, pesanggrahan ini sempat menjadi lokasi wisata yang cukup diminati karena pesona pemandian air hangat yang terletak di tengah-tengah kota. Namun lama-kelamaan wisatawan yang berkunjung semakin berkurang. Salah satu penyebabnya adalah air kolam di pemandian menjadi tidak begitu hangat lagi.
Pesanggrahan Langenharjo konon juga merupakan saksi sejarah terciptanya beskap Langenharjan yang diilhami dari KGPAA Mangkunagara VI dan Sinuhun Paku Buwono IX ketika mereka mengadakan pertemuan resmi di Langenharjo. Pakaian perpaduan busana adat Jawa dengan sentuhan busana ala Eropa itu ditandai dengan pemakaian rompi dan dasi kupu-kupu.
Lihat Juga: Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru
(shf)
tulis komentar anda