Kecerdasan Gayatri saat Berdiskusi dengan Raden Wijaya Pendiri Kerajaan Majapahit
loading...

Pendiri Kerajaan Majapahit Raden Wijaya menikahi Gayatri, anak Raja Kertanagara terakhir. Foto/SindoNews
A
A
A
SEMARANG - Raden Wijaya menikahi Gayatri, anak Raja Kertanagara terakhir. Pernikahannya ini sekaligus menegaskan, penerus Wangsa Rajasa dari Kerajaan Singasari yang sudah tamat, usai serangan dari Jayakatwang.
Selama pernikahannya dengan Gayatri, Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit sempat beberapa kali bertukar pikiran dengan sang istri. Kebetulan istrinya memang terkenal dengan pemikiran yang visioner dan banyak ide.
Salah satu hal yang dibicarakan Raden Wijaya dengan istrinya, yakni soal kekecewaannya ke teman seperjuangan yang berebut hasil kemenangan. Sang raja pertama Majapahit ini pun dibuat gusar dan harus bisa berhitung dengan cermat.
Memang pernikahan antara Raden Wijaya dan Gayatri betul-betul sempurna dan menjadikan kebahagiaan bagi kehidupan berumah tangga mereka. Pernikahan keduanya dilambangkan Earl Drake pada "Gayatri Rajapatni: Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit" laksana hubungan antara Siwa dan Dewi Hindu Uma, yang melambangkan istri penuh cinta dan pengorbanan.
Meski usia keduanya terpaut jauh, begitu cepat jiwa dan raga mereka menyatu, seolah membentuk kesatuan yang nyaris sempurna. Keduanya berasal dari kelas ningrat yang sama dan dari daerah yang sama.
Mereka memiliki selera keindahan yang sama, iman, dan cita-cita kebangsaan yang sama kuatnya. Postur Raden Wijaya lebih tinggi, lebih tegap, lebih langsing, dan lebih gesit daripada Gayatri, meskipun otak mereka sama encernya.
Dibanding Gayatri, Raden Wijaya pun lebih praktis bertindak dalam segala situasi-namun ia menghargai watak Gayatri, termasuk kecerdasan, kemampuan reflektifnya, kecintaannya akan ilmu, minatnya mempelajari berbagai bidang, serta kemampuannya mengungkapkan semua itu. Mereka saling melengkapi, laksana sebuah tim yang kompak. Nyaris semua urusan mereka diskusikan bersama.
Topik bahasan kesukaan mereka adalah bagaimana mengejar capaian-capaian baru untuk negeri. Topik besar yang pertama dibicarakan biasanya adalah cara memusatkan kembali prioritas - prioritas dalam negeri
Dari prioritas pertahanan sang ayah, yang dulu disibukkan oleh ancaman Khublai Khan, ke prioritas penyembuhan sisa-sisa luka yang disebabkan konflik internal antara Singasari dan Kediri. Pendeknya, mereka harus mempersatukan bangsa baru mereka, menyejahterakan rakyat, dan memulihkan hubungan-hubungan kebudayaan dan ekonomi dengan negeri - negeri jiran yang penting, seperti India dan Cina.
Lihat Juga: Persahabatan Raden Wijaya dan Arya Wiraraja Nyaris Putus usai Pemberontakan Ranggalawe di Majapahit
Selama pernikahannya dengan Gayatri, Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit sempat beberapa kali bertukar pikiran dengan sang istri. Kebetulan istrinya memang terkenal dengan pemikiran yang visioner dan banyak ide.
Salah satu hal yang dibicarakan Raden Wijaya dengan istrinya, yakni soal kekecewaannya ke teman seperjuangan yang berebut hasil kemenangan. Sang raja pertama Majapahit ini pun dibuat gusar dan harus bisa berhitung dengan cermat.
Memang pernikahan antara Raden Wijaya dan Gayatri betul-betul sempurna dan menjadikan kebahagiaan bagi kehidupan berumah tangga mereka. Pernikahan keduanya dilambangkan Earl Drake pada "Gayatri Rajapatni: Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit" laksana hubungan antara Siwa dan Dewi Hindu Uma, yang melambangkan istri penuh cinta dan pengorbanan.
Meski usia keduanya terpaut jauh, begitu cepat jiwa dan raga mereka menyatu, seolah membentuk kesatuan yang nyaris sempurna. Keduanya berasal dari kelas ningrat yang sama dan dari daerah yang sama.
Mereka memiliki selera keindahan yang sama, iman, dan cita-cita kebangsaan yang sama kuatnya. Postur Raden Wijaya lebih tinggi, lebih tegap, lebih langsing, dan lebih gesit daripada Gayatri, meskipun otak mereka sama encernya.
Dibanding Gayatri, Raden Wijaya pun lebih praktis bertindak dalam segala situasi-namun ia menghargai watak Gayatri, termasuk kecerdasan, kemampuan reflektifnya, kecintaannya akan ilmu, minatnya mempelajari berbagai bidang, serta kemampuannya mengungkapkan semua itu. Mereka saling melengkapi, laksana sebuah tim yang kompak. Nyaris semua urusan mereka diskusikan bersama.
Topik bahasan kesukaan mereka adalah bagaimana mengejar capaian-capaian baru untuk negeri. Topik besar yang pertama dibicarakan biasanya adalah cara memusatkan kembali prioritas - prioritas dalam negeri
Dari prioritas pertahanan sang ayah, yang dulu disibukkan oleh ancaman Khublai Khan, ke prioritas penyembuhan sisa-sisa luka yang disebabkan konflik internal antara Singasari dan Kediri. Pendeknya, mereka harus mempersatukan bangsa baru mereka, menyejahterakan rakyat, dan memulihkan hubungan-hubungan kebudayaan dan ekonomi dengan negeri - negeri jiran yang penting, seperti India dan Cina.
Lihat Juga: Persahabatan Raden Wijaya dan Arya Wiraraja Nyaris Putus usai Pemberontakan Ranggalawe di Majapahit
(cip)