FEB UNISMA Kupas Problematika UMKM Disaat Pandemi COVID-19
Rabu, 20 Mei 2020 - 20:48 WIB
Salah satu kegiatan yang menghilang dari rutinitas adalah tidak berbelanja ke luar rumah melalui UMKM yang ada. Karena inilah, UMKM kesulitan membayar biaya-biaya yang ada. Hal itu seperti gaji dan honor pekerja, serta biaya-biaya operasional dan nonoperasional lainnya.
"Belum lagi saat ini kita memasuki bulan Ramadan, dunia UMKM yang normalnya menggenjot industri karena naiknya permintaan masyarakat. Sayangnya, karena wabah COVID-19 datang, dunia usaha tidak bisa melakukannya. Hal ini memaksa perusahaan untuk menurunkan produksinya," tuturnya.
Perusahaan, menurutnya terpaksa melakukan PHK karena terhentinya proses produksi untuk sementara waktu, akibat daya beli konsumen maupun kelangkaan bahan baku produksi yang di impor dari negara luar seperti dari negara Tiongkok sehingga akan menghambat kegiatan industri. Implikasinya terjadi peningkatan jumlah angka pengangguran yang berefek pada penurunan produk domestik bruto (PDB) dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Saat ini dia berharap, UMKM harus berani melakukan gebrakan nnyata dan berputar haluan supaya bisnisnya eksis. Misalkan core bisnisnya adalah industri garmen dan mengalami penurunan omzet karena turunnya permintaan terhadap produk garmen, mulailah berani memutar haluan untuk berproduksi masker, memproduksi alat pelindung diri karena sangat dibutuhkan oleh tenaga kesehatan dan masyarakat yang membutuhkan masker banyak.
"Saat ini pelaku UMKM harusnya mulai menata diri dan melakukan reorientasi bisnisnya, karena pandemi COVID-19 tidak selamanya akan menetap di Indonesia. Saat wabah ini berakhir pelaku UMKM sudah siap dengan bisnis baru yang diminati oleh konsumennya," tegasnya.
"Belum lagi saat ini kita memasuki bulan Ramadan, dunia UMKM yang normalnya menggenjot industri karena naiknya permintaan masyarakat. Sayangnya, karena wabah COVID-19 datang, dunia usaha tidak bisa melakukannya. Hal ini memaksa perusahaan untuk menurunkan produksinya," tuturnya.
Perusahaan, menurutnya terpaksa melakukan PHK karena terhentinya proses produksi untuk sementara waktu, akibat daya beli konsumen maupun kelangkaan bahan baku produksi yang di impor dari negara luar seperti dari negara Tiongkok sehingga akan menghambat kegiatan industri. Implikasinya terjadi peningkatan jumlah angka pengangguran yang berefek pada penurunan produk domestik bruto (PDB) dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Saat ini dia berharap, UMKM harus berani melakukan gebrakan nnyata dan berputar haluan supaya bisnisnya eksis. Misalkan core bisnisnya adalah industri garmen dan mengalami penurunan omzet karena turunnya permintaan terhadap produk garmen, mulailah berani memutar haluan untuk berproduksi masker, memproduksi alat pelindung diri karena sangat dibutuhkan oleh tenaga kesehatan dan masyarakat yang membutuhkan masker banyak.
"Saat ini pelaku UMKM harusnya mulai menata diri dan melakukan reorientasi bisnisnya, karena pandemi COVID-19 tidak selamanya akan menetap di Indonesia. Saat wabah ini berakhir pelaku UMKM sudah siap dengan bisnis baru yang diminati oleh konsumennya," tegasnya.
(eyt)
tulis komentar anda