Diduga Limbah PT Pertamina Bocor, Sumur Warga Berbau Minyak
Kamis, 04 Maret 2021 - 16:17 WIB
BIMA - Warga pesisir laut Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami berbagai penyakit akibat air sumur tercemar limbah minyak yang diduga dari bocornya pipa PT Pertamina Bima. Keluhan warga lingkungan Wadu Mbolo, Kelurahan Dara, Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima, terjadi sejak tahun 1997 di setiap musim penghujan tiba.
Hingga kini, keresahan warga akan adanya bau yang menyengat dari setiap sumur di lingkungan setempat, belum dapat teratasi. Bahkan setiap kali warga protes terhadap PT Pertamina yang berdiri di wilayah Wadu Mbolo, respon pihak perusahaan BUMN itu pun tidak memuaskan.
Lantaran kurang mendapat respon yang baik, warga pun meradang dengan sikap pihak PT Pertamina Bima. Bahkan dalam data terakhir baru-baru ini, warga merasa dikibulin dengan adanya tes sampel air sumur dan air bor milik warga yang katanya akan dikirim ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Mataram di Provinsi NTB. Namun ternyata hanya diuji di laboratorium di wilayah Kota Bima.
"Mereka ngomong ke kami, kalau uji sampel dibawa ke Mataram. Tapi setelah kami melihat surat hasil laboratorium itu, ternyata dilakukan di Labkesda Kota Bima. Ini pembohongan namanya," kata warga setempat, Fehat, dengan nada kesal, pada Kamis (04/03/2021)
Dibenarkan pula oleh warga lainnya di RT 14 RW 05 Lingkungan Wadu Mbolo Dara. Warga mengaku, merasa gatal-gatal, sakit mata, sakit kepala hingga rambut rontok. Bahkan ada satu orang bayi, yang tiba-tiba kehilangan suaranya setelah dimandikan menggunakan air berbau dari sumur tersebut. "Saya juga alami sakit mata, setelah terus menggunakan air sumur kami untuk mandi. Mau bagaimana lagi, karena tidak ada air yang lain," ungkap Ayu Lestari.
Diakui warga setempat, sumur bor maupun sumur galian hanya mengalami bau tidak sedap pada musin hujan. Pada musim kemarau, bau yang terdapat dalam air sumur akan hilang dengan sendirinya. "Warga Wadu Mbolo berjumlah ratusan jiwa. Jadi airnya harus dipasok selama satu hari dan ditampung dalam satu bak besar. Tapi selama ini air yang didroping tidak cukup, karena kebutuhan banyak dan air sumur kami tidak bisa digunakan sama sekali terkecuali dengan terpaksa untuk keperluan mandi,"ujar Ferhat lagi.
Sementara pantauan media di lokasi, jarak perkampungan rumah warga dengan bak penampungan BBM milik PT Pertamina, hanya berjarak 20 meter. Air yang keluar dari sumur bor warga berbau, meski terlihat bening. Di RT 14 RW 05 ini, setidaknya ada 40 rumah yang didalamnya dihuni dengan jumlah KK yang berbeda.
Jika dihitung jumlah jiwa yang terdampak, bisa mencapai ratusan orang. Warga meminta adanya solusi yang kongkrit dari PT Pertamina, karena air mereka pasti tercemar setiap musim penghujan. "Jangan hanya bicara dari kantor mereka. Silahkan turun ke kampung dan rasakan sendiri bau air kami. Kami warga biasa buat apa mau menjelekkan Pertamina, kalau kami tidak dirugikan seperti ini," ungkap beberapa warga dengan lantang.
Sementara itu, pihak PT Pertamina memberikan jawaban melalui siaran pers tertulisnya mengatakan berdasarkan hasil uji sampel air warga tidak tercemar minyak dari PT Pertamina. "Sumber air warga Wadu Mbolo tidak tercemar minyak," katanya dalam jawaban tertulis.
Hingga kini, keresahan warga akan adanya bau yang menyengat dari setiap sumur di lingkungan setempat, belum dapat teratasi. Bahkan setiap kali warga protes terhadap PT Pertamina yang berdiri di wilayah Wadu Mbolo, respon pihak perusahaan BUMN itu pun tidak memuaskan.
Lantaran kurang mendapat respon yang baik, warga pun meradang dengan sikap pihak PT Pertamina Bima. Bahkan dalam data terakhir baru-baru ini, warga merasa dikibulin dengan adanya tes sampel air sumur dan air bor milik warga yang katanya akan dikirim ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Mataram di Provinsi NTB. Namun ternyata hanya diuji di laboratorium di wilayah Kota Bima.
"Mereka ngomong ke kami, kalau uji sampel dibawa ke Mataram. Tapi setelah kami melihat surat hasil laboratorium itu, ternyata dilakukan di Labkesda Kota Bima. Ini pembohongan namanya," kata warga setempat, Fehat, dengan nada kesal, pada Kamis (04/03/2021)
Dibenarkan pula oleh warga lainnya di RT 14 RW 05 Lingkungan Wadu Mbolo Dara. Warga mengaku, merasa gatal-gatal, sakit mata, sakit kepala hingga rambut rontok. Bahkan ada satu orang bayi, yang tiba-tiba kehilangan suaranya setelah dimandikan menggunakan air berbau dari sumur tersebut. "Saya juga alami sakit mata, setelah terus menggunakan air sumur kami untuk mandi. Mau bagaimana lagi, karena tidak ada air yang lain," ungkap Ayu Lestari.
Diakui warga setempat, sumur bor maupun sumur galian hanya mengalami bau tidak sedap pada musin hujan. Pada musim kemarau, bau yang terdapat dalam air sumur akan hilang dengan sendirinya. "Warga Wadu Mbolo berjumlah ratusan jiwa. Jadi airnya harus dipasok selama satu hari dan ditampung dalam satu bak besar. Tapi selama ini air yang didroping tidak cukup, karena kebutuhan banyak dan air sumur kami tidak bisa digunakan sama sekali terkecuali dengan terpaksa untuk keperluan mandi,"ujar Ferhat lagi.
Sementara pantauan media di lokasi, jarak perkampungan rumah warga dengan bak penampungan BBM milik PT Pertamina, hanya berjarak 20 meter. Air yang keluar dari sumur bor warga berbau, meski terlihat bening. Di RT 14 RW 05 ini, setidaknya ada 40 rumah yang didalamnya dihuni dengan jumlah KK yang berbeda.
Jika dihitung jumlah jiwa yang terdampak, bisa mencapai ratusan orang. Warga meminta adanya solusi yang kongkrit dari PT Pertamina, karena air mereka pasti tercemar setiap musim penghujan. "Jangan hanya bicara dari kantor mereka. Silahkan turun ke kampung dan rasakan sendiri bau air kami. Kami warga biasa buat apa mau menjelekkan Pertamina, kalau kami tidak dirugikan seperti ini," ungkap beberapa warga dengan lantang.
Sementara itu, pihak PT Pertamina memberikan jawaban melalui siaran pers tertulisnya mengatakan berdasarkan hasil uji sampel air warga tidak tercemar minyak dari PT Pertamina. "Sumber air warga Wadu Mbolo tidak tercemar minyak," katanya dalam jawaban tertulis.
tulis komentar anda