Ini Jurus Maut Kepsek SMK Surabaya yang Diduga Cabuli Siswinya
Kamis, 04 Maret 2021 - 03:10 WIB
SURABAYA - Kasus dugaan pencabulan yang dilakukan oleh kepala sekolah SMK Swasta di Surabaya, AF , terhadap siswi berinisial ARN (19), pada akhir Desember 2019 akhirnya dilaporkan ke polisi. Ayah ARN, Soeminto, yang geram atas tindakan kepsek melaporkan ulah cabul kepsek ke Polrestabes Surabaya , Rabu (3/3/2021).
Kepala Sekolah SMK Swasta di kawasan Jalan Kedung Anyar tersebut dilaporkan atas perbuatan yang tidak senonoh berupa pencabulan pada ARN. Laporan pencabulan terhadap anak yang diduga dilakukan oleh Kepala Sekolah SMK Surabaya berinisial AF, tersebut tertuang dalam tanda bukti lapor Nomor : TBL-B/210/III/RES.1.24/2021/RESKRIM/SPKT Polrestabes Surabaya.
Yang bersangkutan dilaporkan atas dugaan kejahatan tindak pidana Pencabulan Terhadap Anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal :83 UU RI No.17 Th 2016 jo. Pasal 76-e UU RI No.35 Th 2014 tentang Penetapan Perpu No.1 Th 2016 tentang Perubahan Kedua atas UU RI No.23 Th 2002 tetang Perlindungan Anak menjadi UU.
ARN mengungkapkan, sejak awal dia tidak memiliki prasangka buruk terhadap AF. Mengingat AF merupakan guru dan kepala sekolah yang dihormati banyak orang. Namun tak disangka, ternyata AF tega mempermainkan bagian tubuh siswinya saat sekolah dalam keadaan kosong.
Sebelum pencabulan terjadi, ARN memang sudah dekat dengan AF layaknya siswa dan guru. Dia sempat diajak jalan-jalan di salah satu mall Surabaya untuk sekedar membeli Richeese. Karena saking akrabnya, ARN bergurau pada AF bahwa dirinya ingin beli boneka. Tak disangka, ternyata AF mengabulkan keinginan ARN.
“Waktu di mall saya dibelikan boneka, tas, topi dan handset. Sebelumnya saya memang pernah cerita saya pengen boneka, tapi harganya mahal. Tapi pikiran saya cuma bercanda, ya masak kepala sekolah mau belikan. Ternyata waktu di mall dibelikan," ungkapnya.
Rayuan AF terhadap ARN tidak berhenti di situ. ARN dijanjikan akan dibantu pembayaran SPP dari uang pribadi AF. Tapi bantuan SPP yang dijanjikan itu belum juga muncul sampai sekarang. Pascakejadian di ruang kepsek, ARN mengaku trauma. Setiap melihat wajah kepseknya timbul rasa takut, sehingga dia memutuskan untuk tidak kembali ke sekolah.
“Sejak saat itu saya gak sekolah, takut melihat wajah kepala sekolah. Sejak saat itu juga saya gak pernah balas pesan singkat. Teleponnya juga gak saya angkat. Tapi dia sempat mendatangi rumah saya sekitar 4 kali. Alasannya karena saya gak pernah balas pesan singkat dan tidak pernah ke sekolah," paparnya.
Kepala Sekolah SMK Swasta di kawasan Jalan Kedung Anyar tersebut dilaporkan atas perbuatan yang tidak senonoh berupa pencabulan pada ARN. Laporan pencabulan terhadap anak yang diduga dilakukan oleh Kepala Sekolah SMK Surabaya berinisial AF, tersebut tertuang dalam tanda bukti lapor Nomor : TBL-B/210/III/RES.1.24/2021/RESKRIM/SPKT Polrestabes Surabaya.
Baca Juga
Yang bersangkutan dilaporkan atas dugaan kejahatan tindak pidana Pencabulan Terhadap Anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal :83 UU RI No.17 Th 2016 jo. Pasal 76-e UU RI No.35 Th 2014 tentang Penetapan Perpu No.1 Th 2016 tentang Perubahan Kedua atas UU RI No.23 Th 2002 tetang Perlindungan Anak menjadi UU.
ARN mengungkapkan, sejak awal dia tidak memiliki prasangka buruk terhadap AF. Mengingat AF merupakan guru dan kepala sekolah yang dihormati banyak orang. Namun tak disangka, ternyata AF tega mempermainkan bagian tubuh siswinya saat sekolah dalam keadaan kosong.
Sebelum pencabulan terjadi, ARN memang sudah dekat dengan AF layaknya siswa dan guru. Dia sempat diajak jalan-jalan di salah satu mall Surabaya untuk sekedar membeli Richeese. Karena saking akrabnya, ARN bergurau pada AF bahwa dirinya ingin beli boneka. Tak disangka, ternyata AF mengabulkan keinginan ARN.
“Waktu di mall saya dibelikan boneka, tas, topi dan handset. Sebelumnya saya memang pernah cerita saya pengen boneka, tapi harganya mahal. Tapi pikiran saya cuma bercanda, ya masak kepala sekolah mau belikan. Ternyata waktu di mall dibelikan," ungkapnya.
Rayuan AF terhadap ARN tidak berhenti di situ. ARN dijanjikan akan dibantu pembayaran SPP dari uang pribadi AF. Tapi bantuan SPP yang dijanjikan itu belum juga muncul sampai sekarang. Pascakejadian di ruang kepsek, ARN mengaku trauma. Setiap melihat wajah kepseknya timbul rasa takut, sehingga dia memutuskan untuk tidak kembali ke sekolah.
“Sejak saat itu saya gak sekolah, takut melihat wajah kepala sekolah. Sejak saat itu juga saya gak pernah balas pesan singkat. Teleponnya juga gak saya angkat. Tapi dia sempat mendatangi rumah saya sekitar 4 kali. Alasannya karena saya gak pernah balas pesan singkat dan tidak pernah ke sekolah," paparnya.
tulis komentar anda