Jumlah Penduduk Miskin di Sulsel Bertambah Menjadi 800 Ribu Orang
Selasa, 16 Februari 2021 - 07:55 WIB
MAKASSAR - Penduduk miskin di Sulawesi Selatan (Sulsel) bertambah 40 ribu orang lebih pada September 2020 dari periode September 2019 lalu. Hingga saat ini, tercatat penduduk miskin di Sulsel mencapai 800 ribu orang lebih.
Hal tersebut dipaparkan Kepala Badan Pusat Statistik ( BPS ) Sulsel, Yos Rusdiansyah melalui siaran pers yang berlangsung secara virtual melalui aplikasi YouTube, Senin (15/2/2021). Yos mengatakan, persentase penduduk miskin di Sulsel adalah sebesar 8,99 persen, naik 0,43 poindari periodeSeptember 2019 lalu.
Menurut Yos, jika dilihat dari tren persentase penduduk miskin dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Peningkatan jumlah penduduk miskin di Sulsel, kata dia, disebabkan oleh pandemi Covid-19.
"Beberapa tahun terakhir belakangan ini sebenarnya tren penduduk miskin turun, tapi tahun 2020 berbelok ke atas (meningkat) karena kondisi pandemi, sebenarnya kalau normal persentase penduduk miskin mengalami penurunan," jelas Yos.
Tercatat, sejak bulan September 2017 lalu, tren penduduk miskin di Sulsel mengalami penurunan dan berada dibawah angka 800 ribu orang. Bahkan Yos menilai, persentase penduduk miskin di angka 8,99 persen di Sulsel masih cukup stabil dan berada dibawah rata-rata angka nasional.
"Persentase penduduk miskin di Sulsel sebenarnya ini masih cukup bagus, karena masih satu digit, dibawah angka 10 persen dan dibawah nasional yang sudah dua digit," urai Yos.
Adapun faktor yang dinilai terkait dengan tingkat kemiskinan diantaranya, pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi tahun 2020 lalu, pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga pada produk dometik bruto (PDB) yang juga terkontraksi, serta tingkat pengangguran meningkat.
Selanjutnya, jika dilihat dari disparitas kemiskinan perkotaan dan pedesaan, persentase jumlah penduduk miskin di pedesaan dua digit dan hampir tiga kali lipat dari persentase penduduk miskin di kota. "Persentase kemiskinan di desa cukup tinggi yaitu 12,25 persen, dan di desa 4,92 persen," kata Yos.
Selanjutnya, selama periode Maret hingga September 2020, garis kemiskinan (GK) naik sebesar 3,36 persen, dari Rp350 ribu menjadi Rp362 ribu per kapita per bulan. Peranan komoditi yang menjadi penyumbang terhadap garis kemiskinan adalah komoditi makanan (74,91 persen) dan komoditi bukan makanan (25,09 persen).
Jika dilihat dari jenis komoditi makanan, beras, rokok kretek filter dan bandeng menempati urutan tiga teratas yang memberikan pengaruh besar terhadap garis kemiskinan baik di perkotaan maupun di pedesaan. Sedangkan jenis komoditi bukan makanan, perumahan, bensin, dan pendidikan menempati urutan tiga teratas yang memberikan pengaruh besar terhadap garis kemiskinan.
Hal tersebut dipaparkan Kepala Badan Pusat Statistik ( BPS ) Sulsel, Yos Rusdiansyah melalui siaran pers yang berlangsung secara virtual melalui aplikasi YouTube, Senin (15/2/2021). Yos mengatakan, persentase penduduk miskin di Sulsel adalah sebesar 8,99 persen, naik 0,43 poindari periodeSeptember 2019 lalu.
Menurut Yos, jika dilihat dari tren persentase penduduk miskin dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Peningkatan jumlah penduduk miskin di Sulsel, kata dia, disebabkan oleh pandemi Covid-19.
"Beberapa tahun terakhir belakangan ini sebenarnya tren penduduk miskin turun, tapi tahun 2020 berbelok ke atas (meningkat) karena kondisi pandemi, sebenarnya kalau normal persentase penduduk miskin mengalami penurunan," jelas Yos.
Tercatat, sejak bulan September 2017 lalu, tren penduduk miskin di Sulsel mengalami penurunan dan berada dibawah angka 800 ribu orang. Bahkan Yos menilai, persentase penduduk miskin di angka 8,99 persen di Sulsel masih cukup stabil dan berada dibawah rata-rata angka nasional.
"Persentase penduduk miskin di Sulsel sebenarnya ini masih cukup bagus, karena masih satu digit, dibawah angka 10 persen dan dibawah nasional yang sudah dua digit," urai Yos.
Adapun faktor yang dinilai terkait dengan tingkat kemiskinan diantaranya, pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi tahun 2020 lalu, pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga pada produk dometik bruto (PDB) yang juga terkontraksi, serta tingkat pengangguran meningkat.
Selanjutnya, jika dilihat dari disparitas kemiskinan perkotaan dan pedesaan, persentase jumlah penduduk miskin di pedesaan dua digit dan hampir tiga kali lipat dari persentase penduduk miskin di kota. "Persentase kemiskinan di desa cukup tinggi yaitu 12,25 persen, dan di desa 4,92 persen," kata Yos.
Selanjutnya, selama periode Maret hingga September 2020, garis kemiskinan (GK) naik sebesar 3,36 persen, dari Rp350 ribu menjadi Rp362 ribu per kapita per bulan. Peranan komoditi yang menjadi penyumbang terhadap garis kemiskinan adalah komoditi makanan (74,91 persen) dan komoditi bukan makanan (25,09 persen).
Jika dilihat dari jenis komoditi makanan, beras, rokok kretek filter dan bandeng menempati urutan tiga teratas yang memberikan pengaruh besar terhadap garis kemiskinan baik di perkotaan maupun di pedesaan. Sedangkan jenis komoditi bukan makanan, perumahan, bensin, dan pendidikan menempati urutan tiga teratas yang memberikan pengaruh besar terhadap garis kemiskinan.
(agn)
tulis komentar anda