Kisah Karomah Syekh Hasanuddin Al-Palembani, Panglima Kawah Tekurep

Sabtu, 13 Februari 2021 - 05:00 WIB
Salah satu tokoh agama tersohor dari kota empek-empek yakni Syekh Hasanuddin Al-Palembani. Makam Syekh Hasanuddin/SINDOnews/Dede F
Salah satu tokoh agama tersohor dari kota empek-empek yakni Syekh Hasanuddin Al-Palembani. Syekh Hasanuddin Al-Palembani yang merupakan ulama besar Kesultanan Palembang Darussalam sekaligus bangsawan Palembang yang berpengaruh di dunia Islam pada masanya.

Syekh Hasanuddin Al-Palembani memiliki nama lengkap Kiagus Haji Hasanuddin bin Khalifah Jakfar bin Khalifah Gemuk Kiagus Muhammad bin Ki Bodrowongso bin Pangeran Fatahillah Gunung Jati yang Lahir dan dibesarkan di lingkungan Keraton Palembang.

"Ayahnya yakni Khalifah Jakfar merupakan orang yang sangat terpelajar di Timur Tengah dan wafat di Mekkah. Melalui jaringan sanad keilmuan beliaulah melahirkan banyak tokoh ulama di Nusantara. Namanya juga sering disebut-sebut dalam catatan sanad-sanad para musnid dunia, diantaranya Syekh Muhammad Yasin al-Padani dan ulama lainnya dalam kitab-kitabnya," kata Pengamat sejarah kota Palembang, Kemas Andi Syarifuddin kepada SINDOnews, Jumat (12/2/2021).



Baca:
Sejarah Jam Gadang di Bukittinggi dan Berkibarnya Bendera Merah Putih




Setelah menyelesaikan pendidikan awalnya di Palembang, lanjut Andi, Syekh Hasanuddin kemudian melanjutkan studinya ke Timur Tengah kepada para ulama terkenal dunia, di antaranya yakni ayahnya sendiri Khalifah Jakfar, Syekh Aid bin Ali al-Misri al-Makki, Syekh Abdullah bin Salim al-Basri, Ahmad bin Muhammad al-Nakhli dan lainnya.

"Syekh Hasanuddin menguasai berbagai disiplin ilmu agama seperti hadis, fiqih, tauhid, tasawuf, tarekat dan lainnya. Beliau menetap di Makkah bertahun-tahun bersama saudara-saudaranya Kiagus H Jakfar, Khalifah Mahdi dan lainnya. Keluarga besarnya ini telah lama bermukim di Makkah," lanjutnya.

Setelah merampungkan kuliahnya di tanah suci, selanjutnya Syekh Hasanuddin ikut mengajar di Makkah. Dengan banyak disiplin ilmu yang dikuasainya, tidak sedikit ulama dari berbagai belahan dunia pada masa tersebut belajar kepadanya.

"Sekitar tahun 1740-an, Syekh Hasanuddin kemudian pulang ke tanah kelahirannya, menetap dan mengajar ilmu-ilmu agama di guguk Pengulon di lingkungan Masjid Agung dan keraton," katanya.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More