Bule Argentina Tak Malu Jualan Kebab di Pinggir Jalan, Padahal Istrinya Dokter
Senin, 01 Februari 2021 - 11:57 WIB
KOTAWARINGIN BARAT - Seorang bule asal Argentina jualan kebab dan nasi kebuli di pinggir Jalan Antasari, Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalteng ini viral. Ia adalah Umar bin Abdullah (24) seorang mualaf sejak 2013. Padahal istrinya yang asli warga Kotawaringin Barat berprofesi seorang dokter umum di sebuah rumah sakit swasta di Pangkalan Bun.
Umar kini tinggal di RT 24, Desa Pasir Panjang, Kecamatan Arut Selatan bersama istri dan satu naknya. “Sudah sejak Juli 2020 saya berjualan kebab dan nasi kebuli di pinggir jalan dengan motor. Awalnya dulu saya mangkal di depan masjid Sirajul Huhtadin dekat pasar. Baru satu bulan mangkal di sini (Jalan Antasari depan lapangan istana kuning),” ujar Umar yang sudah mulai fasih berbahasa Indonesia yang belajar secara otodidak sejak di Indonesia.
Baca juga: Dampak COVID-19, Bule Belanda Banting Setir dari Usaha Wisata ke Jualan Mie Ayam
Ia mengaku mempunyai ide berjualan kebab pinggir jalan setelah melihat penjual kebab di Pangkalan Bun belum banyak dan harganya juga mahal. Untuk itu ia mencoba berjualan kebab dan nasi kebuli dengan harga murah.
“Harga kebab mini Rp5.000, yang besar Rp10 ribu, nasi kebuli per bungkus Rp10 ribu. Semua bahannya ini saya buat sendiri,” ujar Umar yang sudah menjadi mualaf sejak 2013 saat masih di Argentina.
Ia mengaku tidak malu berjualan kebab di pinggir jalan menggunakan motor meski istrinya seorang dokter. Bahkan ia mengaku mertua dan istri mendukung atas usaha kulinernya ini.
Baca juga: Diduga Selingkuh dengan Pria Idalam Lain, Wanita di Deli Serdang Dibakar Suami
“Ngapain malu, gengsi. Daripada maling atau mencuri. Mertua saya dan istri mendukung. Yang penting halal dan barokah. Cita cita saya nanti jika usaha saya laris akan menbuat food truck. Semoga saja kesampaian.. bismilllah,” suami dr Aulia ini.
Umar berjualan setiap hari mulai pukul 06.00 WIB sampai sore hari dan mangkal di depan lapangan tugu Istana Kuning. “Sehari paling sepi 20 kebab terjual, kalau rame bisa 30 kebab. Nasi kebuli sekitar 20-25 bungkus,” ujar ayah Maryam yang beumur 1 tahun.
Umar kini tinggal di RT 24, Desa Pasir Panjang, Kecamatan Arut Selatan bersama istri dan satu naknya. “Sudah sejak Juli 2020 saya berjualan kebab dan nasi kebuli di pinggir jalan dengan motor. Awalnya dulu saya mangkal di depan masjid Sirajul Huhtadin dekat pasar. Baru satu bulan mangkal di sini (Jalan Antasari depan lapangan istana kuning),” ujar Umar yang sudah mulai fasih berbahasa Indonesia yang belajar secara otodidak sejak di Indonesia.
Baca juga: Dampak COVID-19, Bule Belanda Banting Setir dari Usaha Wisata ke Jualan Mie Ayam
Ia mengaku mempunyai ide berjualan kebab pinggir jalan setelah melihat penjual kebab di Pangkalan Bun belum banyak dan harganya juga mahal. Untuk itu ia mencoba berjualan kebab dan nasi kebuli dengan harga murah.
“Harga kebab mini Rp5.000, yang besar Rp10 ribu, nasi kebuli per bungkus Rp10 ribu. Semua bahannya ini saya buat sendiri,” ujar Umar yang sudah menjadi mualaf sejak 2013 saat masih di Argentina.
Ia mengaku tidak malu berjualan kebab di pinggir jalan menggunakan motor meski istrinya seorang dokter. Bahkan ia mengaku mertua dan istri mendukung atas usaha kulinernya ini.
Baca juga: Diduga Selingkuh dengan Pria Idalam Lain, Wanita di Deli Serdang Dibakar Suami
“Ngapain malu, gengsi. Daripada maling atau mencuri. Mertua saya dan istri mendukung. Yang penting halal dan barokah. Cita cita saya nanti jika usaha saya laris akan menbuat food truck. Semoga saja kesampaian.. bismilllah,” suami dr Aulia ini.
Umar berjualan setiap hari mulai pukul 06.00 WIB sampai sore hari dan mangkal di depan lapangan tugu Istana Kuning. “Sehari paling sepi 20 kebab terjual, kalau rame bisa 30 kebab. Nasi kebuli sekitar 20-25 bungkus,” ujar ayah Maryam yang beumur 1 tahun.
tulis komentar anda