Margaretha Mala, Milenial Tana Bentarum Pelestari Pewarna Alami Tenun Dayak Iban

Sabtu, 28 November 2020 - 01:09 WIB
Patut diakui, misi Margaretha Mala untuk menjaga kelestarian budaya dan tradisi luhur nenek moyang dalam penggunaan pewarna alami untuk wastra atau kain tradisional secara lestari, sungguh sangat luar biasa.

Bahkan, sebagai Wakil Ketua Kelompok Pengrajin Tenun Sadap, ia mampu mendorong ibu–ibu dusun Sadap untuk terus menggunakan pewarna alami. Selain bahannya mudah didapat, penggunaan pewarna alami untuk kain tenun juga menghindari pencemaran lingkungan yang disebabkan limbah kimia.

Bagi Margaretha sendiri, penghargaan yang diraihnya sebagai pemantik semangatnya untuk terus melakukan upaya pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia. Dan ia pun berharap semoga tradisi menenun dengan pewarna alami ini dapat terus dilestarikan dan digemari oleh generasi muda.

“Saya akan terus mengajak dan mengajarkan warisan leluhur Dayak Iban berupa tradisi menenun kain ini kepada generasi muda. Saya juga akan terus melakukan penanaman tanaman pewarna alami agar tetap lestari dan bumi menjadi asri”, ungkap milenial Tana Bentarum yang akrab disapa Kak Mala ini.

Sebagai generasi yang melek teknologi, Margaretha juga berperan sebagai fasilitator ibu–ibu pengrajin tenun dusun Sadap untuk mempromosikan dan menjual kain tenun kepada pembeli dari luar, melalui media sosial. Bahkan, salah satu pembelinya adalah Ibu Mira Widiono, Ketua Perhimpunan Pewarna Alam Nasional (Warlami).

Yang mencengangkan, tercatat pada Oktober 2020 kemarin, hasil penjualan kain tenun berbagai macam motif karya ibu – ibu dusun Sadap terjual hingga Rp13.400.000. Harga yang cukup fantastis di tengah pandemi Covid-19 sekarang ini.

“Ini (prestasi dan penghargaan yang diraih Margaretha Mala) sebagai bukti bahwa menjaga tradisi leluhur bisa beriringan dengan upaya konservasi alam yang sedang digalakkan dewasa ini,” kata Kepala Balai Besar Tana Bentarum Arief Mahmud.

Arief pun berharap prestasi yang diraih Margaretha Mala ini dapat ditularkan kepada generasi muda lainnya. “Ini agar tradisi menenun dan konservasi tumbuhan pewarna alam bisa terus lestari,” pungkas Arief.
(end)
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content