Margaretha Mala, Milenial Tana Bentarum Pelestari Pewarna Alami Tenun Dayak Iban
Sabtu, 28 November 2020 - 01:09 WIB
KAPUAS HULU - Aktivitas menenun kain yang biasa dilakoni perempuan Indonesia zaman dulu, kini bisa dikatakan sudah dilupakan oleh generasi muda sekarang ini. Perkembangan zaman yang kian canggih perlahan turut menggerus kearifan lokal bernilai seni tinggi tersebut.
Di tengah situasi memprihatinkan itu, ada secercah asa sejak munculnya sosok Margaretha Mala. Perempuan dari Dusun Sadap, Desa Menua Sadap, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat ini, ternyata mau belajar dan mengajarkan cara menenun kepada generasi di bawahnya.
(baca juga: 5 Fakta Menarik tentang Danau Sentarum, Kapuas Hulu yang Perlu Diketahui )
Di samping memang menyukai tenun tradisional, Margaretha Mala menganggap hal ini juga sebagai wujud kepedulian dirinya dalam melestarikan tradisi leluhur sukunya, yakni Dayak Iban.
Dan, ketekunan dan konsistensi Margaretha dalam melestarikan tradisi menenun ini pun berbuah manis. Ibu-ibu dan remaja putri di dusunnya akhirnya kembali menyukai tenun. Tak hanya itu, pada 27 November kemarin, Margaretha bahkan dianugerahi penghargaan kategori Tunas Kehati di ajang Kehati Award 2020.
Kehati Award merupakan penghargaan yang diberikan oleh Yayasan Kehati kepada perorangan atau kelompok remaja nusantara atau mahasiswa. Peraih penghargaan ini sebagai tunas harapan dalam menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia di masa yang akan datang.
(baca juga: Tiga Desa di Kapuas Hulu Sabet Gelar Proklim Utama 2020 )
Untuk diketahui, Margaretha Mala juga turut andil dalam pelestarian atau konservasi tumbuhan pewarna alam sebagai bahan untuk mewarnai benang tenun. Bersama ibu–ibu dan remaja putri Dusun Sadap, Margaretha bahkan ikut serta dalam kegiatan penanaman tanaman pewarna alam di Kebun Etnobotani Dusun Sadap.
Adapun program ini, sudah sejak 2018 dirintis oleh Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (Tana Bentarum). Makanya, prestasi yang diraih Margaretha ini turut mengharumkan nama Tana Bentarum di kancah dunia konservasi tanah air.
Di tengah situasi memprihatinkan itu, ada secercah asa sejak munculnya sosok Margaretha Mala. Perempuan dari Dusun Sadap, Desa Menua Sadap, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat ini, ternyata mau belajar dan mengajarkan cara menenun kepada generasi di bawahnya.
(baca juga: 5 Fakta Menarik tentang Danau Sentarum, Kapuas Hulu yang Perlu Diketahui )
Di samping memang menyukai tenun tradisional, Margaretha Mala menganggap hal ini juga sebagai wujud kepedulian dirinya dalam melestarikan tradisi leluhur sukunya, yakni Dayak Iban.
Dan, ketekunan dan konsistensi Margaretha dalam melestarikan tradisi menenun ini pun berbuah manis. Ibu-ibu dan remaja putri di dusunnya akhirnya kembali menyukai tenun. Tak hanya itu, pada 27 November kemarin, Margaretha bahkan dianugerahi penghargaan kategori Tunas Kehati di ajang Kehati Award 2020.
Kehati Award merupakan penghargaan yang diberikan oleh Yayasan Kehati kepada perorangan atau kelompok remaja nusantara atau mahasiswa. Peraih penghargaan ini sebagai tunas harapan dalam menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia di masa yang akan datang.
(baca juga: Tiga Desa di Kapuas Hulu Sabet Gelar Proklim Utama 2020 )
Untuk diketahui, Margaretha Mala juga turut andil dalam pelestarian atau konservasi tumbuhan pewarna alam sebagai bahan untuk mewarnai benang tenun. Bersama ibu–ibu dan remaja putri Dusun Sadap, Margaretha bahkan ikut serta dalam kegiatan penanaman tanaman pewarna alam di Kebun Etnobotani Dusun Sadap.
Adapun program ini, sudah sejak 2018 dirintis oleh Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (Tana Bentarum). Makanya, prestasi yang diraih Margaretha ini turut mengharumkan nama Tana Bentarum di kancah dunia konservasi tanah air.
Lihat Juga :
tulis komentar anda