Dari Kanreapia, Rumah Koran Andil Entaskan Buta Aksara Petani
Senin, 09 November 2020 - 22:27 WIB
“Sengaja di dinding-dinding di tempel artikel-artikel biar yang datang penasaran. Lama kelamaan, kemudian mereka tertarik melihat lebih dekat dan akhirnya mau membaca apalagi bacaannnya bukan bacaan berat,” jelasnya.
Jamaluddin menuturkan, di Rumah Koran inilah, pihaknya melahirkan program gerakan cerdas anak petani. Targetnya, agar bagaimana menanamkan minat baca untuk anak-anak, belajar berorganisasi dan memanfaatkan media sosial untuk hal positif bagi petani muda, serta membangun kesadaran petani tua untuk menyekolahkan anak-anaknya.
“Tiga hal yang jadi fokus perhatian, yakni anak-anak, pemuda dan petaninya. Semuanya diedukasi, agar mereka bisa saling mensupport bahwa betapa pentingnya sebuah pendidikan,” tuturnya.
Tak hanya itu, Jamaluddin juga mengedukasi pemuda di daerahnya untuk memperkuat kelembagaan di desa dengan belajar tentang organisasi. Seperti, kelompok tani didorong agar bisa berdaya dan menjadi penggerak di lingkungannya.
Termasuk mengajarkan mereka pola pemasaran agar mudah dikenal dengan memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan Instagram.
“Tidak mudah mengedukasi mereka, karena biasa ada tidak percaya diri apalagi merekakan petani. Tapi, saya sampaikan agar tidak perlu demikian. Justru hal ini bisa membuat mereka dikenal diluar,” terangnya.
Jamaluddin menegaskan, petani harus berpendidikan agar bisa membaca dan memahami takaran dosis pupuk atau pestisida yang mereka gunakan. Karena, tentunya ketidaktepatan dosis akan berdampak pada tanaman dan merugikan mereka.
“Sejak mereka tahu membaca, petani sudah pintar menakar kebutuhan pupuk pertanian mereka. Dan tentunya ini sangat membantu,” ungkapnya.
Jamaluddin menuturkan, di Rumah Koran inilah, pihaknya melahirkan program gerakan cerdas anak petani. Targetnya, agar bagaimana menanamkan minat baca untuk anak-anak, belajar berorganisasi dan memanfaatkan media sosial untuk hal positif bagi petani muda, serta membangun kesadaran petani tua untuk menyekolahkan anak-anaknya.
“Tiga hal yang jadi fokus perhatian, yakni anak-anak, pemuda dan petaninya. Semuanya diedukasi, agar mereka bisa saling mensupport bahwa betapa pentingnya sebuah pendidikan,” tuturnya.
Tak hanya itu, Jamaluddin juga mengedukasi pemuda di daerahnya untuk memperkuat kelembagaan di desa dengan belajar tentang organisasi. Seperti, kelompok tani didorong agar bisa berdaya dan menjadi penggerak di lingkungannya.
Termasuk mengajarkan mereka pola pemasaran agar mudah dikenal dengan memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan Instagram.
“Tidak mudah mengedukasi mereka, karena biasa ada tidak percaya diri apalagi merekakan petani. Tapi, saya sampaikan agar tidak perlu demikian. Justru hal ini bisa membuat mereka dikenal diluar,” terangnya.
Jamaluddin menegaskan, petani harus berpendidikan agar bisa membaca dan memahami takaran dosis pupuk atau pestisida yang mereka gunakan. Karena, tentunya ketidaktepatan dosis akan berdampak pada tanaman dan merugikan mereka.
“Sejak mereka tahu membaca, petani sudah pintar menakar kebutuhan pupuk pertanian mereka. Dan tentunya ini sangat membantu,” ungkapnya.
tulis komentar anda