Dari Kanreapia, Rumah Koran Andil Entaskan Buta Aksara Petani
Senin, 09 November 2020 - 22:27 WIB
GOWA - Entah bagaimana nasib Mardi, 34 tahun, bersama sejumlah petani lainnya yang bermukim di Desa Lappara, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, jika sampai hari ini tak mengenal Rumah Koran, yang berlokasi di Desa Kanreapia, Kecamatan Tombolo Pao. Bisa jadi, usahanya tak sesukses ini dan tak merintis pembangunan Rumah Kambing yang merupakan mitra Rumah Koran.
Madi sapaan akrabnya berkisah, jika baru di usia 25 tahun bisa membaca dan menulis . Dahulu, jika melihat koran atau majalah, hanya terfokus pada gambarnya saja tanpa harus mengerti apa sebenarnya makna dalam susunan kalimat di dalamnya.
Semuanya berubah setelah mengenal Rumah Koran. Rasa penasarannnya mengunjungi Rumah Koran yang dipenuhi tempelan kertas koran di semua dindingnya membuatnya kemudian tergerak untuk ikut dalam program yang dihadirkan Rumah Koran.
“Dulu saya tidak tahu membaca, gampang dibodoh-bodohi kalau ada surat menyurat urusan apa saja. Alhamdulillah berkat Rumah Koran semuanya berubah, saya dan anak saya bisa membaca serta berhitung. Tak hanya itu, seluruh petani yang ada di dekat Rumah Koran menjadi pintar membaca dan meningkatkan usaha mereka,” ujarnya, saat dihubungi, Senin (9/11/2020).
Dia mengaku, tak hanya kemampuan membaca diperoleh, tapi juga kemampuan dalam hal berdagang dan pemasaran. Sebab dari edukasi dan literasi buku yang ada, petani semakin sukses karena didampingi oleh pengelola Rumah Koran untuk berkembang, tidak saja membaca tapi juga bagaimana mengembangkan hasil pertanian, sehingga bisa menjangkau banyak pembeli di luar Tombolo Pao, Gowa hingga Sulawesi Selatan.
“Anak-anak dulu hanya tahu bermain saja, mereka kini sudah pintar karena diajar di Rumah Koran. Di sana mereka bermain sambil belajar, dan didorong untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya,” ujarnya.
Rumah Koran ini dirintis oleh Jamaluddin, 32 tahun, pemuda asal Desa Kanreapia, Kecamatan Tombolo Pao. Desa Kanreapia berada di dataran tinggi kaki Gunung Bawakareng yang bersuhu dingin. Daerah ini sangat masyhur sebagai penghasil beragam sayuran, makanya penduduknya banyak bekerja sebagai petani.
Jamaluddin pertama kali membangun Rumah Koran ini pada 2011. Namun karena Jamaluddin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, maka akhirnya barulah pada 2014 Rumah Koran kembali diaktifkan usai menyelesaikan pendidikan S2-nya.
Madi sapaan akrabnya berkisah, jika baru di usia 25 tahun bisa membaca dan menulis . Dahulu, jika melihat koran atau majalah, hanya terfokus pada gambarnya saja tanpa harus mengerti apa sebenarnya makna dalam susunan kalimat di dalamnya.
Semuanya berubah setelah mengenal Rumah Koran. Rasa penasarannnya mengunjungi Rumah Koran yang dipenuhi tempelan kertas koran di semua dindingnya membuatnya kemudian tergerak untuk ikut dalam program yang dihadirkan Rumah Koran.
“Dulu saya tidak tahu membaca, gampang dibodoh-bodohi kalau ada surat menyurat urusan apa saja. Alhamdulillah berkat Rumah Koran semuanya berubah, saya dan anak saya bisa membaca serta berhitung. Tak hanya itu, seluruh petani yang ada di dekat Rumah Koran menjadi pintar membaca dan meningkatkan usaha mereka,” ujarnya, saat dihubungi, Senin (9/11/2020).
Dia mengaku, tak hanya kemampuan membaca diperoleh, tapi juga kemampuan dalam hal berdagang dan pemasaran. Sebab dari edukasi dan literasi buku yang ada, petani semakin sukses karena didampingi oleh pengelola Rumah Koran untuk berkembang, tidak saja membaca tapi juga bagaimana mengembangkan hasil pertanian, sehingga bisa menjangkau banyak pembeli di luar Tombolo Pao, Gowa hingga Sulawesi Selatan.
“Anak-anak dulu hanya tahu bermain saja, mereka kini sudah pintar karena diajar di Rumah Koran. Di sana mereka bermain sambil belajar, dan didorong untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya,” ujarnya.
Rumah Koran ini dirintis oleh Jamaluddin, 32 tahun, pemuda asal Desa Kanreapia, Kecamatan Tombolo Pao. Desa Kanreapia berada di dataran tinggi kaki Gunung Bawakareng yang bersuhu dingin. Daerah ini sangat masyhur sebagai penghasil beragam sayuran, makanya penduduknya banyak bekerja sebagai petani.
Jamaluddin pertama kali membangun Rumah Koran ini pada 2011. Namun karena Jamaluddin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, maka akhirnya barulah pada 2014 Rumah Koran kembali diaktifkan usai menyelesaikan pendidikan S2-nya.
tulis komentar anda