Dirilis Media Korsel, ABK WNI Diperbudak di Kapal China
Rabu, 06 Mei 2020 - 23:09 WIB
Para pelaut China di sekitar peti mati menjalankan prosesi pemakaman sederhana dengan menyalakan dupa dan menaburkan alkohol. "Apakah ada orang lain yang melakukan lebih banyak (prosesi)? Tidak? Tidak?," kata pelaut China dalam video yang ditayangkan MBC.
Lalu, pelaut itu mengangkat peti mati dan melemparkannya ke laut. Ari dimakamkan di laut yang kedalamannya tidak diketahui. Sebelum Ari meninggal, ada ABK bernama Alfata yang berusia 19 tahun dan Sepri yang berusia 24 tahun juga dilaporkan meninggal.
Beberapa pelaut China sebelumnya berjanji mengirim sisa-sisa jasad mereka pulang ke negaranya setelah mereka dikremasi. Para kolega tidak pernah membayangkan bahwa jasad Ari akan dibuang ke laut.
"Saya tahunya saya akan mengkremasi jasad di pantai," kata seorang ABK Indonesia di video itu yang diidentifikasi MBC dengan sebutan "Pelaut Indonesia A".
Rekan-rekan pelaut bersaksi bahwa kondisi di kapal itu buruk dan eksploitasi berlanjut, dan bahwa para pelaut yang telah meninggal sebelumnya mengeluh tentang penyakit mereka selama sekitar satu bulan.
"Rekan-rekan yang terengah-engah merasakan mati rasa di kaki pada awalnya, dan kaki-kaki itu mulai membengkak. Tubuhnya bengkak dan sulit bernapas," kata ABK lain yang diidentifikasi MBC dengan sebutan "Pelaut Indonesia B".
Mayoritas pelaut China minum air kemasan dari darat, tetapi para pelaut Indonesia mengaku minum air laut. Lantaran minum air laut itulah, mereka jatuh sakit.
"Awalnya, saya tidak bisa minum air laut yang disaring dengan baik. Saya pusing. Kemudian, dahak mulai keluar dari tenggorokan saya," kata Pelaut Indonesia B.
Selain itu, para ABK dilaporkan menjalani kerja 18 jam sehari.
"Kadang-kadang saya harus berdiri dan bekerja selama 30 jam berturut-turut, dan saya tidak bisa duduk kecuali ketika nasi keluar setiap enam jam," kata Pelaut Indonesia A.
Lalu, pelaut itu mengangkat peti mati dan melemparkannya ke laut. Ari dimakamkan di laut yang kedalamannya tidak diketahui. Sebelum Ari meninggal, ada ABK bernama Alfata yang berusia 19 tahun dan Sepri yang berusia 24 tahun juga dilaporkan meninggal.
Beberapa pelaut China sebelumnya berjanji mengirim sisa-sisa jasad mereka pulang ke negaranya setelah mereka dikremasi. Para kolega tidak pernah membayangkan bahwa jasad Ari akan dibuang ke laut.
"Saya tahunya saya akan mengkremasi jasad di pantai," kata seorang ABK Indonesia di video itu yang diidentifikasi MBC dengan sebutan "Pelaut Indonesia A".
Rekan-rekan pelaut bersaksi bahwa kondisi di kapal itu buruk dan eksploitasi berlanjut, dan bahwa para pelaut yang telah meninggal sebelumnya mengeluh tentang penyakit mereka selama sekitar satu bulan.
"Rekan-rekan yang terengah-engah merasakan mati rasa di kaki pada awalnya, dan kaki-kaki itu mulai membengkak. Tubuhnya bengkak dan sulit bernapas," kata ABK lain yang diidentifikasi MBC dengan sebutan "Pelaut Indonesia B".
Mayoritas pelaut China minum air kemasan dari darat, tetapi para pelaut Indonesia mengaku minum air laut. Lantaran minum air laut itulah, mereka jatuh sakit.
"Awalnya, saya tidak bisa minum air laut yang disaring dengan baik. Saya pusing. Kemudian, dahak mulai keluar dari tenggorokan saya," kata Pelaut Indonesia B.
Selain itu, para ABK dilaporkan menjalani kerja 18 jam sehari.
"Kadang-kadang saya harus berdiri dan bekerja selama 30 jam berturut-turut, dan saya tidak bisa duduk kecuali ketika nasi keluar setiap enam jam," kata Pelaut Indonesia A.
tulis komentar anda