Mencetak Santri Jadi Pemimpin yang Amanah Dunia Akhirat
Rabu, 06 Mei 2020 - 05:55 WIB
Al Kamal Jakarta secara struktur organisasi lebih besar dari pendahulunya di Blitar. Bahkan sampai memiliki kampus dan rumah sakit.
Pengaruh "kiprah politik" Kiai Tohir Wijaya mendorong santri di Al Kamal tidak hanya bersemangat mempelajari ilmu agama, khususnya pengetahuan ukhrawi, serta ilmu umum yang bersifat duniawi.
Santri juga dikenalkan berbagai materi teori kepemimpinan. Mendalami diskusi, pidato, serta penguasaan ilmu retorika. Kepemimpinan bukan sekedar pengetahuan ekstra. Melainkan memang disiapkan untuk santri Al Kamal ketika nanti terjun di masyarakat.
Tak heran, Pesantren Al Kamal menjunjung tinggi platform "Siap Memimpin dan bersedia dipimpin". Nilai kepemimpinan menjadi bekal santri dalam bermuamalah (bermasyarakat). "Karena jiwa leader ship atau kepemimpinan harus dimiliki seorang santri," jelas Gus Udin
Penguatan jiwa kepemimpinan itu membuat di setiap generasi selalu ada alumni santri (Al Kamal) yang menjadi pemimpin di lingkungannya. Baik pemimpin mulai tingkat RT, desa hingga legislatif.
Sebut saja yang paling populer Anas Urbaningrum, mantan Ketua Umum Partai Demokrat. Terlepas dari persoalan yang menderanya, Anas merupakan alumni santri Al Kamal.
Saat masih duduk di bangku MTs Al Kamal Kunir, ia tiga tahun hidup di lingkungan pesantren Al Kamal. "Mas Anas (Anas Urbaingrum) memang alumni Al Kamal," kata Gus Udin.
Sepeninggal generasi awal, seperti Mbah Mansyur, Mbah Imam Muhayat, Mbah Tohir serta beberapa orang tua, satu generasi dibawah ketiganya, pesantren Al Kamal, kata Gus Udin diakui banyak mengalami perubahan. Kendati demikian, pendidikan kepemimpinan dalam rangka mencetak pemimpin santri di masyarakat, tetap berjalan.
"Dan karena pesantren ini merupakan amanah, sudah menjadi kewajiban para dzuriyat untuk senantiasa menjaga dan mempertahankan apa yang sudah dimulai pada pendahulu," ungkap Gus Udin yang menambahkan sejak terjadi pandemi COVID-19, seluruh santri untuk sementara telah dipulangkan.
Pengaruh "kiprah politik" Kiai Tohir Wijaya mendorong santri di Al Kamal tidak hanya bersemangat mempelajari ilmu agama, khususnya pengetahuan ukhrawi, serta ilmu umum yang bersifat duniawi.
Santri juga dikenalkan berbagai materi teori kepemimpinan. Mendalami diskusi, pidato, serta penguasaan ilmu retorika. Kepemimpinan bukan sekedar pengetahuan ekstra. Melainkan memang disiapkan untuk santri Al Kamal ketika nanti terjun di masyarakat.
Tak heran, Pesantren Al Kamal menjunjung tinggi platform "Siap Memimpin dan bersedia dipimpin". Nilai kepemimpinan menjadi bekal santri dalam bermuamalah (bermasyarakat). "Karena jiwa leader ship atau kepemimpinan harus dimiliki seorang santri," jelas Gus Udin
Penguatan jiwa kepemimpinan itu membuat di setiap generasi selalu ada alumni santri (Al Kamal) yang menjadi pemimpin di lingkungannya. Baik pemimpin mulai tingkat RT, desa hingga legislatif.
Sebut saja yang paling populer Anas Urbaningrum, mantan Ketua Umum Partai Demokrat. Terlepas dari persoalan yang menderanya, Anas merupakan alumni santri Al Kamal.
Saat masih duduk di bangku MTs Al Kamal Kunir, ia tiga tahun hidup di lingkungan pesantren Al Kamal. "Mas Anas (Anas Urbaingrum) memang alumni Al Kamal," kata Gus Udin.
Sepeninggal generasi awal, seperti Mbah Mansyur, Mbah Imam Muhayat, Mbah Tohir serta beberapa orang tua, satu generasi dibawah ketiganya, pesantren Al Kamal, kata Gus Udin diakui banyak mengalami perubahan. Kendati demikian, pendidikan kepemimpinan dalam rangka mencetak pemimpin santri di masyarakat, tetap berjalan.
"Dan karena pesantren ini merupakan amanah, sudah menjadi kewajiban para dzuriyat untuk senantiasa menjaga dan mempertahankan apa yang sudah dimulai pada pendahulu," ungkap Gus Udin yang menambahkan sejak terjadi pandemi COVID-19, seluruh santri untuk sementara telah dipulangkan.
(nth)
tulis komentar anda